Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

UGM Bukan Kampus Overrated bagi Orang yang Pernah Merasakan Kuliah di Kampus Medioker

Naufalul Ihya Ulumuddin oleh Naufalul Ihya Ulumuddin
28 Agustus 2025
A A
UGM Bukan Kampus Overrated bagi Orang yang Pernah Merasakan Kuliah di Kampus Medioker Mojok.co

UGM Bukan Kampus Overrated bagi Orang yang Pernah Merasakan Kuliah di Kampus Medioker (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa hari yang lalu, saya membaca poster raksasa di gedung Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM). Tulisannya “Selamat Datang Mahasiswa Biasa Aja di Kampus Overrated”. Poster ini menghadap taman Fisipol dan terpampang gamblang agar dibaca siapa saja yang melintas. 

Maksud poster raksasa ini jelas pengin bilang kalau mahasiswa dan Universitas Gadjah Mada itu biasa aja. Poster ini ingin menyindir orang-orang yang terlalu mengagung-agungkan UGM.

Pendapatan tersebut sah-sah saja. Namanya juga berpendapat, tapi jujur saja, saya kurang sependapat. Bagi orang-orang yang pernah mencicipi studi di kampus medioker seperti saya. Saya menamatkan sarjana di Universitas Negeri Surabaya (Unesa).

Kenapa? Pertama, mahasiswa UGM itu nggak biasa aja. Mereka minimal punya keberuntungan lebih daripada yang lain. Yaa gimana nggak punya keberuntungan lebih, orang yang mau masuk banyak, tapi yang keterima sedikit. Pasti persaingannya ketat dong.

Ini juga dikonfirmasi beberapa meme di Instagram tentang betapa susahnya masuk UGM. Apalagi, mahasiswa yang masuk melalui jalur tes perlu bersaing dengan ribuan calon lain. Mereka perlu skor yang benar-benar tinggi untuk bisa tembus. Ini butuh persiapan dan belajar mati-matian. Itu mengapa saya agak heran mahasiswa UGM disebut sebagai orang biasa saja.

Kedua, bilang UGM overrated itu jadi problematis kalau diucapkan mahasiswa UGM itu sendiri. Soalnya kalian nggak pernah ngerasain kuliah S1 di kampus-kampus medioker seperti saya.

Saya merasa sangat bersyukur bisa melanjutkan studi di UGM. Saya merasakan betul betapa ketimpangannya. Mari saya uraikan alasan kalau UGM nggak overrated dan mahasiswanya harus lebih banyak bersyukur sekaligus bangga (bukan sombong lho, ya).

Fasilitas UGM jauh di atas kampus-kampus medioker

Saya coba uraikan beberapa perbandingan agar siapapun pembuat poster itu lebih bersyukur. Dari sisi fasilitas, kampus medioker nggak bisa dibandingin sama UGM. Mari saya tunjukkan betapa timpang.

Baca Juga:

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Salah Kaprah tentang Jurusan Ilmu Politik yang Sudah Terlanjur Dipercaya

Di kampus medioker, nggak ada perpustakaan dan digital library yang layak seperti punya UGM. Nggak ada pula fasilitas reservasi komputer buat cari e-book, jurnal, skripsi, tesis, dan disertasi alumni kayak di Fisipol UGM. Komputernya iMac pula.

Di kampus medioker, nggak ada fasilitas ruang reservasi mahasiswa buat diskusi dan rapat untuk kepentingan akademik atau non akademik. Apalagi fasilitas coworking. Fasilitas-fasilitas pendukung yang tampak sepele, tapi membantu seperti Fisipoint juga sulit ditemukan di kampus medioker. 

Sadis nggak perbandingannya? Masih mau lagi? Oke. Di Kampus medioker, nggak ada taman penitipan anak (daycare) buat mahasiswi maupun dosen yang juga seorang ibu. Sementara, itu ada di UGM. Gimana? Ngawurkan timpangnya. Akui saja lah, UGM memang kampus yang bagus dan layak dibanggakan.

Kualitas dosen nggak kaleng-kaleng

Kalau hanya fasilitas, kampus medioker juga bisa mengejar dalam waktu beberapa tahun. Tapi UGM, bukan cuma unggul dalam hal fasilitas, tapi juga sumber daya manusia. Dosen-dosen UGM rata-rata keren dan bertaraf internasional. Dosen berkualitas yang keren di Kampus medioker adalah kualitas dosen rata-rata di Fisipol Universitas Gadjah Mada. 

Itu kenyataannya ya. Selama 4 tahun kuliah S1 di kampus medioker, hanya ada 2 dosen yang menurut saya berkualitas dan saya kagumi. Sekarang, saya kuliah di UGM, semua dosen saya kagumi karena berkualitas semua. Kalau nggak percaya, cobain deh anak Fisipol UGM pertukaran mahasiswa ke kampus medioker. Biar tau rasa. 

Ekosistem belajar dan penugasan

Karena dosennya berkualitas, maka ekosistem belajarnya juga berkualitas. Meski saya S2, nggak ada tuh dosen langsung ngasih tugas presentasi tanpa pengantar konseptual dulu. Sekalipun presentasi, dosennya tetap hadir dan nimbrung dalam proses diskusi.

Dosennya berperan krusial mengawal jalan diskusi agar substansinya tetap dirasakan mahasiswa. Di kampus medioker seringnya nggak begitu. Paling nggak di jurusan saya dulu. Saya sering mengalami dosen melimpahkan proses belajar sepenuhnya pada mahasiswa. Dalih yang digunakan, pembelajaran berpusat pada mahasiswa karena sudah pembelajar dewasa. Hasilnya, ya diskusinya ngawur dan berujung pada debat kusir.

Belum lagi soal penugasan. Di Fisipol UGM, penugasannya jelas. Basisnya bacaan artikel jurnal atau chapter buku dari dosen tanpa membatasi referensi tambahan. Tugas akhirnya juga esai yang merupakan aktualisasi dari apa yang sudah dipelajari.

Sedangkan di kampus medioker, tugasnya ngawur. Setiap mata kuliah, tugasnya meneliti dan submit artikel jurnal. Nggak masuk akal bin nggak realistis. Bayangkan saya ngambil 8 mata kuliah. Setiap mata kuliah tugas akhirnya nulis artikel ilmiah. Artinya, saya harus melakukan 8 penelitian dalam satu semester (4 bulan). Ngawur nggak tuh. Peneliti BRIN aja nggak segitunya kaleee.

Kualitas pelayanan UGM memang oke

Di Fisipol UGM, mahasiswa dilayani dengan baik. Mulai dari parkir motor diprioritaskan sampai ke pelayanan akademik yang membantu mahasiswanya makin nyaman menempuh dan menyelesaikan studi. 

Di jurusan saya sekarang, ada namanya Academic Engagement. Ini adalah program pelayanan untuk mahasiswa terkait urusan akademik. Bisa jadi ruang curhat personal terkait dosen pembimbing atau masalah substansi tugas akhir yang susahnya masyaallah tabarakallah. Hal pelayanan semantap ini baru saya kenal dan dapat ketika masuk jadi mahasiswa di Fisipol UGM. Di kampus medioker, nggak akan ada yang begini-begini.

Lebih dari itu, di Fisipol UGM juga ada pelayanan khusus konsultasi kejiwaan dengan menghadirkan psikolog. Jadi Fisipol UGM punya psikolog untuk membantu menangani masalah mahasiswa. Di kampus medioker, mungkin ada, tapi nanti kapan-kapan. Masih luama.

Jadi, tulisan ini bukan bermaksud menjelekkan kampus medioker, tapi ingin menyadarkan mahasiswa UGM. Ini baru dari Fisipolnya aja lho yang dibandingin. Belum yang lain. UGM itu keren. Memang layak sebagai kampus top di Indonesia.

Penulis: Naufalul Ihya’ Ulumuddin
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA 5 Tempat Nostalgia di UGM yang Bikin Alumni seperti Saya Pengin Balik Jadi Mahasiswa.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 28 Agustus 2025 oleh

Tags: KampusKampus mediokerKuliahUGMuniversitas gadjah mada
Naufalul Ihya Ulumuddin

Naufalul Ihya Ulumuddin

Pegiat sosiologi asal Madura. Tertarik isu pendidikan, kebijakan sosial, dan keluarga. Cita-cita tertinggi jadi anak yang berbakti dan suami ideal untuk istri.

ArtikelTerkait

kenapa UMP Jogja rendah titik kemacetan di jogja lockdown rekomendasi cilok di Jogja Sebenarnya Tidak Romantis Jika Kamu Cuma Punya Gaji UMR dawuh dalem sabda pandita ratu tugu jogja monarki mojok

Stop Menganggap Hidup di Jogja Itu Lebih Murah

29 Desember 2020
6 Tips Mengatur Keuangan untuk Mahasiswa Perantauan dengan Uang Saku Pas-pasan Mojok.co

6 Tips Mengatur Keuangan untuk Mahasiswa Perantauan dengan Uang Saku Pas-pasan

11 Juni 2024
Maba UGM Senengnya Cuma Sebulan Pertama, Abis Itu Biasa Aja

Maba UGM: Senengnya Cuma Sebulan Pertama, Abis Itu Biasa Aja

7 Agustus 2023
Kok Bisa Mahasiswa Bangga Kuliah di Kampus yang Punya Gedung Kayak Mal, Ya_ terminal mojok

Kok Bisa Mahasiswa Bangga Kuliah di Kampus yang Punya Gedung Kayak Mal, ya?

11 Agustus 2021
karya fiksi UT kuliah ekonomi kuliah sastra kuliah online mahasiswa s-1 dan s-2 Sebagai Penulis, Saya Sering Disangka Romantis dan Bisa Menjadi Sekretaris kuliah online

Cabut Kuliah Ekonomi, Masuk Sastra, eh Malah Ingin Jadi Pengusaha

13 Juli 2020
Lebih Baik Tidak Kuliah daripada Kuliah Hasil Ngutang kuliah malam

Lebih Baik Tidak Kuliah daripada Kuliah Hasil Ngutang

4 Januari 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.