Tak bisa ditampik, Semarang itu surganya para penjelajah kuliner. Dari lumpia, bandeng presto, sampai wingko babat, semua sukses bikin ketagihan dan kangen kalau sudah jauh dari kota dengan ikon Lawang Sewu ini. Pokoknya agenda utama kalau mampir Semarang pasti tak akan jauh dari mencicip segala panganan khas yang dijajakan.
Namun di balik deretan menu favorit yang selalu jadi incaran para pelancong tadi, ada sederet hidangan yang bikin warga lokal angkat tangan. Sebagai salah satu orang yang sudah puluhan tahun berdiam di Semarang, jujur saja, memang ada beberapa kuliner yang buat saya tidak perlu sering-sering disantap. Ini bukan soal rasa atau tidak bangga atas kekayaan kuliner sendiri. Tetapi memang terselip alasan tersembunyi yang mungkin tidak akan dipahami para wisatawan.
#1 Tahu pong enak, sih, tapi kalau niatnya jadi teman makan nasi bakalan gigit jari
Saya akui, gorengan tahu yang garing di luar dengan sensasi gurih dan asin ini memang lezat. Nggak heran, banyak turis yang kepincut membawa jajanan ini pulang untuk buah tangan. Namun, bagi warga Semarang sendiri, tahu pong bukan kuliner yang akan dikonsumsi setiap hari.
Pasalnya, kalau mau hitung-hitungan rupiah, kami akan merasa rugi. Tahu kopong atau kosong ini lebih pas buat ngemil sore-sore sambil nyeruput teh atau kopi. Makanya kalau mau menyumpal perut, warga lokal lebih memilih tahu padat biasa yang dinikmati bersama nasi. Kalaupun tidak, membeli tahu gimbal sekalian akan lebih mengenyangkan dan sepadan.
Baca halaman selanjutnya: Wedang ronde cuma cocok dinikmati kalau…




















