Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

3 Alasan yang Membuat Orang Purwokerto Iri pada Warga Jogja

Wahyu Tri Utami oleh Wahyu Tri Utami
15 Juli 2025
A A
3 Alasan yang Membuat Orang Purwokerto Minder dan Iri pada Warga Jogja Mojok.co

3 Alasan yang Membuat Orang Purwokerto Minder dan Iri pada Warga Jogja (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Saya orang Purwokerto yang kini merantau ke Jogja. Menjadi perantauan di Jogja membuat saya sadar, iri itu tidak melulu perkara teman menikah duluan atau tetangga beli motor baru. Ternyata, iri juga bisa soal daerah tempat tinggal. 

Walau berat, saya harus mengakui. Purwokerto adalah kota yang saya cintai, tapi Jogja punya hal-hal yang berhasil bikin saya benar-benar iri. Bahkan, terkadang minder. “Kok enak banget sih jadi warga Jogja?” kalimat itu begitu sering terlintas. Mari saya beberkan satu per satu alasannya. 

#1 Lapangan kerja Jogja lebih bervariasi dan lebih waras buat anak muda

Di Purwokerto, pilihan pekerjaan masih itu-itu saja. Kantor pemerintahan, bank, rumah sakit, toko retail atau waralaba ayam goreng. Pokoknya kalau nggak jadi ASN, ya jadi SPG atau ngojek. Dunia kerja di Purwokerto belum terlalu memberi ruang untuk bidang kreatif.

Sementara di Jogja, dari pertama saya pindah, rasanya lebih mudah cari kerja. Saya pernah kerja di startup bidang percetakan sampai perusahaan outsourcing yang gajinya sudah di atas UMR. Semua itu bisa saya dapatkan hanya bermodalkan CV, portofolio, dan kemampuan bahasa Inggris. Nggak perlu bawa orang dalam.

Teman-teman saya di Jogja juga banyak yang kerja di bidang seni, desain, IT, sampai pengelola akun media sosial brand-brand lokal. Jenis pekerjaan yang bahkan belum tentu dianggap pekerjaan di Purwokerto. Saya jadi berpikir. Kalau dahulu nggak nekat pindah, mungkin saya masih nyetok barang di swalayan dengan jam kerja shift-shiftan dan gaji yang mepet ongkos bensin.

#2 Tukang parkir Jogja nggak sebrutal Purwokerto

Belakangan, Purwokerto dapat julukan Kota 1000 Parkir. Julukan itu benar adanya karena di setiap tempat ada tukang parkir. Bahkan, di tempat-tempat yang sebenarnya nggak perlu dijaga. Warung es teh tiga ribuan misal, bisa-bisanya ada tukang parkirnya. Mereka muncul entah dari mana. Tiba-tiba memegang peluit dan minta uang parkir walaupun saya merasa tidak sedang “diarahkan” ke mana-mana.

Sementara di Jogja ada tukang parkir, tapi nggak terlalu ngotot. Di beberapa tempat malah nggak ada tukang parkir sama sekali. Bahkan, kalau parkir di minimarket dan keluar dalam waktu cepat, sering nggak “dipalakin”.

Saya jadi ingat, suatu waktu di Purwokerto, saya cuma turun dari motor buat ambil uang di ATM selama dua menit. Balik-balik sudah ada tangan menjulur, minta dua ribu. Saya cuma bisa menghela napas. ATM-nya ngasih uang, tukang parkirnya minta bagian.

Baca Juga:

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

#3 Zona merah di Jogja lebih manusiawi

Ini hal yang cukup menyakitkan. Saya pernah pulang kampung naik kereta, turun di Stasiun Purwokerto, tapi ojek online nggak ada yang mau ambil order. Bukan karena sepi orderan, tapi karena stasiun termasuk zona merah. Artinya, ojol tidak bisa mengangkut penumpang dari area itu. Kemungkinan besar, di daerah tersebut sudah dikuasai oleh ojek pangkalan.

Saya akhirnya jalan kaki dari stasiun sampai Pasar Manis, hampir satu kilometer jauhnya. Di titik itu baru ada driver yang mau mengambil orderan saya.

Di Jogja, saya bisa keluar dari Stasiun Lempuyangan dan jalan beberapa meter saja untuk bisa memesan ojol. Biasanya ojol sudah berjaga di sekitar situ, sehingga tidak sampai lima menit driver sudah datang. 

Saya mengerti kalau zona merah semacam jadi area kompromi ojek pangkalan dan  ojol. Tanpa area itu ojek pangkalan bisa kehilangan seluruh penumpangnya. Namun, sebagai seseorang yang ingin segera pulang, zona merah itu cukup merepotkan. 

Tentu saja, saya masih cinta Purwokerto. Tapi tiga hal tadi itu semua membuat saya sering kepikiran, “Kok Jogja bisa  begini sih? Kenapa Purwokerto belum?”

Semoga ini bukan bentuk pengkhianatan, tapi justru bentuk cinta. Karena kalau kita tidak merasa ada yang kurang, kita tidak akan pernah ingin kota kita jadi lebih baik. Dan saya, meski merantau, tetap ingin Purwokerto jadi tempat yang membanggakan. Tapi ya… tetep, iri itu nyata. 

Penulis: Wahyu Tri Utami
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA 4 Makanan Khas Purwokerto yang Pantas Jadi Oleh-oleh selain Keripik Tempe dan Nopia, Sayangnya Tidak Banyak Wisatawan Tahu 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 15 Juli 2025 oleh

Tags: Jogjapurwokertowarga jogjawarga purwokerto
Wahyu Tri Utami

Wahyu Tri Utami

Pembaca buku, penonton film, penulis konten. Sesekali jadi penyelam andal (di internet, bukan di air).

ArtikelTerkait

Hargai Orang yang Belajar Bahasa Jawa, dong. Jangan Sedikit-sedikit Dibilang Nggak Pantas terminal mojok.co

Panduan Dasar Bahasa Jawa yang Solo Banget

11 Desember 2020
Tips Membelah Kemacetan di Depan Plaza Ambarrukmo, Salah Satu Jalur Paling Macet di Jogja

Tips Membelah Kemacetan di Depan Plaza Ambarrukmo, Salah Satu Jalur Paling Macet di Jogja

9 November 2022
Transum Jogja Terlalu Busuk, Malu Sama Orang Jakarta (Unsplash)

Pemerintah Jogja Sebaiknya Segera Memperbaiki Transportasi Umum dengan Mencontoh Jakarta karena Jogja Semakin Meresahkan

19 Juli 2025
Purbalingga Bikin Warga Bangga karena Bisa Mengalahkan Purwokerto

Purbalingga Bikin Warga Bangga karena Bisa Mengalahkan Purwokerto

8 April 2024
Jalan Rawan Macet di Jogja yang Sebaiknya Dihindari Selama Libur Tahun Baru Mojok.co

Selain Malioboro, Puluhan Jalan Jogja Ini Sebaiknya Dihindari Selama Libur Tahun Baru

29 Desember 2024
Membayangkan Tingkah Laku Upin Ipin dan Anak-anak Tadika Mesra kalau Punya Grup WhatsApp Mojok.co jogja kuliah di jogja

Membayangkan Tokoh Upin Ipin Kuliah di Jogja: Susanti Nongkrong di Bonbin, Ehsan Jadi Anak Amikom

21 Januari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.