Menang tapi tak senang. Sebuah ungkapan yang unik dan tak normal. Aneh, namun itulah yang saya dan teman-teman rasakan setelah nobar pertandingan PSS Sleman melawan Madura United. Apalagi para suporter yang datang langsung ke Stadion Gelora Bangkalan. Perasaan marah, kecewa, dan kesal semua bercampur menjadi satu. Sorak-sorak di babak pertama tak lain hanyalah penghibur sesaat.
Pagelaran BRI liga 1 musim 2024/2025 telah usai. PSS Sleman menyelesaikan kompetisi dengan menyedihkan, finish di posisi 16 dan terdegradasi ke Liga 2. Kemenangan 3-0 atas Madura United terasa tidak berarti setelah Semen Padang berhasil mengalahkan Arema. Padahal syarat PSS tetap survive di liga 1 Semen Padang harus kalah.
Kondisi PSS di akhir-akhir sangat sulit. Di pertandingan terakhir harus menggantungkan nasibnya pada tim lain. Dan akhirnya, hasil pertandingan kunci tidak sesuai harapan. Penggemar PSS (termasuk saya) harus menerima pil pahit karena timnya degradasi ke liga 2.
Melihat lebih jauh perjalanan PSS di musim ini juga sangat pelik. Memulai kompetisi dengan poin minus tiga, dilanjutkan dengan mengalami kekalahan beruntun di tiga laga awal. Terlebih pemain PSS di musim ini bukan pemain dengan kualitas jempolan macam Persib, Persija, atau Dewa United. PSS menggunakan pemain seadanya, alias murah-murah. Kualitasnya pun kaki lima.
Kendati demikian, yang paling patut disalahkan atas hasil buruk PSS Sleman di musim ini ialah manajemen. Manajemen sebuah tim sepak bola merupakan “otak” dari segalanya. Semakin cerdas dan sehat otaknya, maka semakin sehat pula timnya.
BCS benar-benar menjadikan Stadion Maguwoharjo bak neraka bagi Persija. Tifo, koreo, giant banner, pyro show, dan suara gemuruh mereka lakukan tanpa batas.
Dukungan serta perlawanan tak masuk akalnya menggetarkan langit Bumi Sembada malam tadi.
PSS Sleman selamanya! #bcsxpss pic.twitter.com/mUoqFvTk5k
— milantesse (@milantesse) May 17, 2025
Sebagai pemerhati sekaligus penggemar PSS, saya mencoba merangkum beberapa kesalahan manajemen, eh, bukan ketololan, maksud saya. Itu lebih tepat.
Lambat dalam mempersiapkan tim
Menjelang kompetisi dimulai, tim-tim akan mempersiapkan skuad terbaiknya untuk berkompetisi di liga. Cepat atau lambatnya persiapan akan berpengaruh pada prestasi. Tim yang mempersiapkan skuadnya lebih matang biasanya memiliki prestasi yang lebih baik.
Di awal musim, PSS Sleman dikenal lambat dalam menyiapkan tim. Saat tim lain skuadnya mulai terbentuk, PSS biasanya belum mengumumkan pemainnya. Jangankan pemain, pelatih pun kadang juga belum diumumkan. Persiapan yang mepet ini menyebabkan PSS hanya mendapatkan pemain seadanya. Walhasil komposisi skuad PSS musim ini tidak memiliki kedalaman skuad yang baik.
Tidak memiliki scouting pemain
Aneh bin goblok. Sebuah tim sepakbola kok tidak punya scouting pemain. Tetapi inilah fenomena yang ada di tubuh manajemen PSS Sleman.
Diketahui bahwa selama bertahun-tahun PSS mengandalkan orang yang tidak berkompeten di bidangnya untuk mencari pemain. Orang-orang di jajaran direksi PT PSS seperti Gusti Randa (Presiden Direktur PT PSS) dan Yoni Arseto (Direktur Marketing dan Bisnis PT PSS) merangkap sebagai scouting pemain. Yang artinya scouting pemain PSS bukan orang yang kompeten dalam bidangnya.
PSS Sleman sering tertipu agen pemain asing
Entah kenapa saya merasa kalau PSS ini sering ditipu oleh agen pemain asing. Selama bertahun-tahun berkompetisi di liga 1, PSS sering mendapat pemain asing yang kualitasnya jauh dari harapan. Alih-alih mendongkrak prestasi tim, kualitas pemain asing PSS terkadang malah di bawah pemain lokal.
Entah saya tidak paham lagi dengan cara manajemen mengontrak pemain asing. Bak membeli kucing dalam karung. Seringkali ketika dilihat di youtube, skill pemain seakan-akan sangat luar biasa. Namun ketika pemain datang, kualitasnya tidak sesuai harapan.
Padahal adanya pemain asing ini diharapkan bisa mendongkrak performa tim, lantas jika kualitasnya seperti pemain lokal, lalu apa bedanya?
Dari alasan-alasan yang sudah saya sebutkan, sudah jelas bahwa manajemen PSS Sleman bertanggung jawab penuh atas degradasinya PSS. Sekarang, tinggal mereka mau berkontemplasi, atau malah cuci tangan. Saya tak tahu. Saya berharap sih, segera ada perbaikan!
Penulis: Muhammad Ubaidillah Hanan
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA PSS Sleman Pulang: Api Perjuangan Jangan Sampai Padam
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















