Sungai Oya atau Kali Oya adalah sungai terpanjang di Yogyakarta dengan keindahan alam yang begitu memukau. Sungai yang melintasi bukit-bukit kapur dari Wonogiri, Gunungkidul, hingga Bantul ini keasriannya masih terjaga. Nggak heran kalau banyak orang berkunjung ke sejumlah titik Sungai Oya ingin melihat kemolekannya.
Menurut berbagai sumber, awalnya sungai ini terpusat di celah-celah bebatuan karst. Adanya proses erosi yang dipengaruhi oleh air hujan, angin, serta perubahan temperature, menyebabkan rongga atau celah itu meluas hingga membentuk aliran sungai.
Saat ini, nyaris setiap titik Sungai Oya dijadikan tempat wisata, salah satunya di Kelurahan Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul. Air yang mengalir di sungai ini melewati lempengan-lempengan batu kapur yang usianya diperkirakan sudah ada sejak ribuan tahun silam. Suasana di kawasan ini semakin sejuk dan syahdu karena diapit oleh perbukitan kapur yang menakjubkan.
Sungai indah yang menghubungkan Kabupaten Wonogiri, Gunungkidul, dan Bantul
Sungai yang memiliki panjang sekitar 106,75 meter ini membentang dari Gunung Gajah Mungkur, Wonogiri hingga bermuara di Sungai Opak, Bantul. Setidaknya ada beberapa bagian Sungai Oya yang kini populer karena dijadikan obyek wisata. Misalnya River Tubing Oya di Karangmojo, Gunungkidul dan Lembah Oya Kedungjati di Imogiri, Bantul.
Nggak hanya menawarakan keindahan alam yang eksotis, konon dulunya sungai ini dijadikan sarana penghubung bagi mereka yang tinggal di pedalaman. Orang zaman dahulu ketika hendak berpergian akan menyusuri Sungai Oya. Mereka yang tinggal di Wonogiri yang hendak ke Kota Jogja bisa melintasi sungai ini.
Kini, Sungai Oya dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk beragam keperluan. Mulai dari mandi, mencuci pakaian, irigasi pertanian, dan perikanan. Tentu saja, keberadaan Sungai Oya memiliki manfaat besar dan sangat berarti untuk warga sekitar.
Saksi bisu keberadaan manusia purba di Sungai Oya
Sungai Oya juga menjadi saksi bisu keberadaan manusia purba yang hidup ribuan tahun lalu. Sungai yang melintasi Kabupaten Wonogiri, Gunungkidul, hingga Bantul ini banyak ditemukan artefak peninggalan orang-orang pra-sejarah.
Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta (BPCB DIY) beberapa tahun lalu menemukan benda-benda kuno di kawasan Sungai Oya. Tepatnya di Kelurahan Watusigar, Ngawen, Gunungkidul. Para akreolog itu menemukan bebatuan berupa fosil tulang, fosil kayu, dan serut yang dipakai untuk menguliti binatang. Diperkirakan fosil tersebut berusia sekitar lebih dari 70.000 tahun.
Surga bagi para pemburu harta karun
Penemuan-penemuan tersebut tentu membuktikan bahwa keberadaan Sungai Oya nggak hanya berfungsi sebagai habitat aneka satwa, tapi juga sarat akan nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masa lampau. Banyaknya misteri yang menyelimuti sungai ini bikin para arkeolog dan bahkan pencari harta karun sering mencari benda-benda kuno di kawasan aliran air.
Ya, nggak sedikit cerita tentang warga sekitar yang menemukan harta karun di Sungai Oya. Seperti halnya yang dilakukan oleh warga di Kalurahan Katongan, Ngawen, Gunungkidul.
Sejak 2008 lalu, penduduk sekitar sudah terbiasa mencari barang-barang berharga di sepanjang aliran sungai. Hasilnya nggak main-main. Ada yang menemukan keris emas, tanduk tembaga, dan benda-benda berharga lainnya.
Selain itu, tahun 2016 lalu, Arkeolog Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menemukan artefak di Sungai Oya dari Playen sampai Semin, yang menunjukkan adanya aktivitas manusia pada zaman Paleolitikum. Beberapa artefak kuno seperti kapak penetak dan kapak perimbas ditemukan di sepanjang sungai ini.
Sungai Oya memang indah, tapi menyimpan bahaya dan cerita mistis
Harus diakui kalau Sungai Oya memang indah dan memiliki nilai-nilai sejarah yang berkontribusi penting untuk ilmu pengetahuan. Nggak heran kalau banyak orang tertarik untuk susur sungai, berenang, atau sekedar mandi di tempat ini. Namun bukan berarti sungai ini aman dari bahaya.
Ya, nggak sedikit kasus orang tenggelam di sungai ini hingga meregang nyawa. Di balik ketenangannya, beberapa titik di sungai ini memiliki rongga-rongga cukup dalam dan sering terjadi pusaran air. Pusaran ini bisa menyeret orang yang berada di atasnya hingga tenggelam.
Selain itu, ada juga mitos atau cerita rakyat tentang tujuh jin tua yang menghuni sungai ini sejak ribuan tahun lalu. Setiap ada kejadian tenggelam yang menelan korban, sering dikaitkan dengan mitos ini. Konon, jin purba itu akan marah dan menarik korban dengan seikat rambut sampai tenggelam ke dasar sungai ketika habitatnya terganggu.
Terlepas dari itu, Sungai Oya menjadi salah satu kekayaan alam di Yogyakarta dan sekitarnya yang memang harus tetap dijaga kelestariannya. Sebab, sudah sejak puluhan bahkan ribuan tahun lalu, sungai ini banyak memberi manfaat bagi setiap makhluk yang hidup di sekitarnya. Semoga tetap asri, indah, dan alami. Rahayu Sungai Oya!
Penulis: Jevi Adhi Nugraha
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 3 Alasan Orang Kota Jogja Lebih Suka Piknik ke Gunungkidul dibandingkan Kulon Progo.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















