Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Personality

Kumpul Keluarga, Waktunya Mom Shaming

Utamy Ningsih oleh Utamy Ningsih
16 Juni 2019
A A
mom shaming

mom shaming

Share on FacebookShare on Twitter

Bahwa tidak semua orang menyambut momen kumpul keluarga saat hari raya dengan perasaan bahagia dan penuh sukacita, bisa saya pastikan adalah fakta. Saya adalah satu dari tidak sedikit orang yang merasa begitu berat hati menghadapi momen kumpul keluarga. Ada rasa takut dan sedih yang menutupi rasa bahagia dalam hati saya. Malam lebaran, ketika semua orang mulai sibuk mempersiapkan makanan dan segala hal untuk menyambut lebaran, saya justru sibuk menata hati—menguatkan hati—agar besok tidak sampai menitikkan air mata atau berlaku tidak sopan di hadapan keluarga besar.

Andai saya bisa memilih, rasanya ingin sekali untuk di rumah saja—tidak harus ikut kumpul keluarga. Atau kalaupun harus kumpul keluarga, saya sangat berharap orang yang tindakan dan perkataannya sering menyakitkan hati, tidak hadir saat momen tersebut. Saya bukannya ingin membatasi diri, bukan tidak ingin berbaur, bukan juga tidak rindu untuk kumpul keluarga, atau tidak bisa menerima keluarga apa adanya, tapi ini tentang perasaan saya sebagai seorang ibu.

Ibu mana yang tidak akan sedih dan hancur hatinya jika melihat dan mendengar anaknya direndahkan di depan banyak orang—sekalipun mereka adalah keluarga sendiri. Membayangkan pertanyaan-pertanyaan khas mom shaming yang akan muncul saat momen kumpul keluarga rasanya saya jadi ingin amnesia sementara. Lupa kalau punya keluarga yang harus ditemui saat lebaran.

Mentang-mentang punya anak gendut, jadi seenaknya ngatain anak orang kurus. Padahal kata dokter, bukan kurus itu namanya, tapi ideal. *sodorin KMS (Kartu Menuju Sehat)…

Adalagi pertanyaan “Anak kamu sudah bisa apa?” sekilas pertanyaan ini memang terdengar wajar, sekadar ingin tahu. Tetapi, berubah jadi menyeramkan jika diikuti dengan “kalau anakku sudah bisa begini begitu, loh. Hebat yah, dia. Padahal lebih tua anakmu dari anakku. Kamu mau lihat?” (lalu kemudian memanggil anaknya untuk “tampil” tapi anaknya malah cuek).

Nah, loh. Jadi sebenarnya, mau tahu tentang anak orang lain apa mau menyombongkan anak sendiri? Kalau mau menyombongkan anak sendiri, untuk apa bertanya anak orang lain sudah bisa apa? Kan bisa langsung to the point. Aneh deh.

Itu baru dua dari entah berapa banyak pertanyaan khas mom shaming yang oleh pelaku dianggap biasa saja. Padahal, bagi (saya) yang jadi korban yah…gemas-gemas gimana gitu. Ketika berhadapan dengan pelaku mom shaming ini, saya lebih memilih diam. Paling jauh yah disenyumin saja. Percuma menjelaskan apa pun kepada mereka. Toh mereka memang tidak butuh dan tidak benar-benar ingin tahu. Apa pun yang ditanyakan, ya sekadar pertanyaan basa basi busuk.

Satu hal yang entah sengaja dilupa atau memang belum diketahui oleh para pelaku mom shaming ini adalah tiap anak itu berbeda—dalam hal tumbuh kembangnya—dan tiap ibu pasti punya cara sendiri dalam hal membesarkan anak. Kita tidak pernah tahu apa saja yang sudah dilewati setiap keluarga untuk mendapatkan hasil yang terbaik bagi anaknya.

Baca Juga:

Iklan Indomilk Gemas 2022: Iklan Cerdas yang Tampar Masyarakat Indonesia

5 Topik Terhangat Mom Shaming Abad Ini yang Seharusnya Kita Hentikan

Sangat mudah memang meminta orang untuk selalu mengerti apa pun yang akan kita perbuat. Mau itu menyinggung perasaan orang lain juga yah bodoh amat, kan saya cuma bertanya. Begitu mungkin yang ada di pikiran para pelaku mom shaming ini. Padahal faktanya tidak sesimpel itu. Saya sendiri yakin, ibu-ibu yang punya anak gendut juga pasti tidak akan terima kalau orang-orang lebih senang mem-bully daripada memuji anaknya yang gendut. Mau bagaimanapun keadaan seorang anak, bagi ibunya dia tetap istimewa. Lagipula ejaan anak sehat itukan bukan G E N DU T, tapi S E H A T, mosok gitu saja tidak paham?

Memiliki suatu anugerah yang menurut kita tidak dimiliki oleh orang lain sudah seharusnya membuat kita menjadi manusia yang lebih banyak bersyukur—daripada bersifat sombong dan suka merendahkan orang lain. Hidup yang hanya sekali ini, sayang sekali jika hanya diisi dengan selalu ingin terlihat paling hebat sampai lupa caranya memanusiakan orang lain. Bahagia dan bangga terhadap kehebatan anak sendiri memang hal yang wajar, yang tidak wajar adalah menjadikan kehebatan anak sendiri sebagai kesombongan sampai merendahkan orang lain.

Percayalah, menahan diri untuk tidak menyakiti perasaan orang lain akan jauh lebih baik daripada meminta orang lain untuk memahami perilaku kita yang sudah telanjur menyakiti.

Jangan sampai, niat untuk menjadi orang yang lebih baik setelah momen lebaran, hanya sekadar wacana belaka. Baru sepersekian detik setelah meminta maaf, ehh sudah nyakitin orang lagi…huuuuu ramashookkk.

Terakhir diperbarui pada 17 Januari 2022 oleh

Tags: Kritik SosialKumpul KeluargaMom ShamingShaming
Utamy Ningsih

Utamy Ningsih

Suka Membaca, Belajar Menulis.

ArtikelTerkait

knalpot brong

Bertaubatlah Kalian yang Pakai Knalpot Brong

15 Agustus 2019
pasal

Menghakimi Status di Instastory: Pasal Mana Pasal?

19 September 2019
wacana

Waspada! Kalimat-Kalimat Ini Menandakan Rencana Bakal Jadi Wacana

6 September 2019
Mohon Dimengerti, Indie Itu Bukan Aliran Musik! terminal mojok.co

Mendengarkan Musik Mainstream Tanpa Prasangka

17 Mei 2019
makam BJ Habibie

Di Balik Aksi Selfie di Makam BJ Habibie

17 September 2019
Menimbang Keputusan Resign buat Jadi Pengangguran Sementara terminal mojok.co

Rendahnya Selera Pekerjaan Sarjana Masa Kini, Iyakah?

16 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Lontong Kupang Tidak Cocok untuk Lidah Saya yang Terlampau Agraris

Lontong Kupang Tidak Cocok untuk Lidah Saya yang Terlampau Agraris

10 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
Solo Gerus Mental, Sragen Memberi Ketenangan bagi Mahasiswa (Unsplash)

Pengalaman Saya Kuliah di Solo yang Bikin Bingung dan Menyiksa Mental “Anak Rantau” dari Sragen

13 Desember 2025
4 Jasa yang Tidak Saya Sangka Dijual di Medsos X, dari Titip Menfess sampai Jasa Spam Tagih Utang Mojok.co

4 Jasa yang Tidak Saya Sangka Dijual di Medsos X, dari Titip Menfess sampai Jasa Spam Tagih Utang

9 Desember 2025
Ruang Merokok Changi Airport Singapura Membuatnya Menang dari Soekarno-Hatta dan Bandara-bandara Lain yang Pernah Saya Sambangi Mojok

Ruang Merokok Changi Airport Singapura Adalah yang Terbaik Dibandingkan Soekarno-Hatta dan Bandara-bandara Lain yang Pernah Saya Sambangi

10 Desember 2025
Suzuki S-Presso, Mobil "Aneh" yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

Suzuki S-Presso, Mobil “Aneh” yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

13 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah
  • Borobudur Moon Hadirkan Indonesia Keroncong Festival 2025, Rayakan Serenade Nusantara di Candi Borobudur
  • Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua
  • Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban
  • Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri
  • Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.