Sebagai orang bandung, saya bangga sekali setiap menceritakan kalau saya lahir, tumbuh, dan besar di Bandung. Meskipun sering diledekin karena macet di mana-mana, saya tetap bangga. Nggak ngerti juga sih kenapa saya bangga, pokoknya yang penting bangga dulu aja lah ~ perasaan bangga ini tuh mirip-mirip jatuh cinta kali ya, meskipun banyak jeleknya, semua kejelekan yang ada pada kekasih itu hilang begitu saja, karena kalau udah cinta, semuanya terasa begitu sempurna, hoeeek ~
Perasaan bangga sebagai orang bandung ini juga nampaknya dirasakan oleh orang kabupaten bandung yang akhirnya suka ngaku-ngaku sebagai orang bandung. Biasanya sih dilakukan sama warga Cimahi, uhuuk.
Jadi, sejak dipugarnya kecamatan Cimahi di wilayah kabupaten Bandung pada tahun 2001, kecamataan ini berubah menjadi kota otonom. Sejak itu sebutannya berubah menjadi Kota Cimahi, alih-alih menjadi daerah yang mandiri agar bisa mengurus urusan umum dengan harapan menjadi kota yang lebih baik, kebanyakan warganya malah denial dan nggak bisa move on sebagai warga bandung.
Orang Cimahi yang suka ngaku-ngaku orang bandung itu biasanya berkelit dengan bilang kalau dia memperkenakan diri sebagai orang Cimahi, biasanya bakal ribet karena nggak banyak orang yang tahu Cimahi. Ujung-ujungnya pasti nanya-nanya lagi. “Cimahi tuh makanan sejenis cireng atau cilok gitu, ya?” Tentu saja alasan yang sangat klise dan nggak ada lucu-lucunya.
Ini juga mungkin yang menginspirasi surayah Pidi Baiq pas bikin quote “Bandung bukan sekadar wilayah geografis, tapi melibatkan perasaan”, perasaan yang dimaksud surayah adalah perasaan orang Cimahi yang nggak move on karena daerahnya nggak lagi masuk kawasan Bandung xixixixi.
Karena penasaran sama alasan kenapa orang cimahi suka ngaku orang bandung dan belum menemukan penjelasan yang masuk akal, saya jadi pengin wawancara orang cimahinya langsung, Tapi karena sekarang lagi musim corona dan dilarang buat pergi ke mana-mana, jadinya yang bisa saya lakukan hanya wawancara imajiner saja.
Tapi tenang, lur, ini mah wawancara imajinernya beda, soalnya narasumbernya orang-orang penting dan sangat berpengaruh di Cimahi. Kalau ada kesamaan nama, mohon maklum, itu hanya kebetulan belaka karena nama yang terkenal di tanah Sunda kan emang itu-itu aja.
Langsung aja, yuk ah, mangga ~
“Ya, kalau ditanya urusan warga Cimahi lebih suka jadi orang kota bandung dan merasa belum siap menjadi warga Cimahi seutuhnya sih menurut saya, sebagai Mall pertama dan tertua yang berdiri di Kota Cimahi ini, karena masalah hiburan.
Orang cimahi males ngaku orang cimahi soalnya gimana ya, di Cimahi mah nggak ada hiburan. Saya sebagai mall paling tua aja nggak ada bioskopnya, apalagi mall-mall yang lain.
Dulu katanya pernah ada kabar mau dibangun bioskop, tapi itu mah cuman janji palsu, sama kayak janjinya fakboi.” Jaja, Mall tertua di Kota Cimahi.
“Kalau dari saya sebagai alun-alun, alasan kenapa orang cimahi suka ngaku orang bandung itu karena dari sisi sarana dan prasarana public open space-nya, Cimahi itu kurang membanggakan. Alun-alun kota Bandung jelas lebih syantiqqq, padahal alun-alun itu ikon yang dimiliki suatu kota. Kalau begini, sampai kapan juga susah membangun kebanggaan warga Cimahi terhadap kotanya sendiri.” Ujang, Alun-alun Kota Cimahi.
Itulah wawancara saya dengan beberapa narasumber yang setidaknya saya anggap kridibel untuk dimintai keterangan. Dan merangkum beberapa alasan kenapa warga Cimahi kerap mengaku sebagai warga Bandung.
BACA JUGA Tidak Perlu Malu Mengakui Tinggal di Sidoarjo yang Sering Disebut Pinggiran Kota Surabaya atau tulisan Ammar Taufiq lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.