Saya nggak pernah paham, kenapa selalu ada celetukan tidak masuk akal keluar dari pejabat negara kita. Yang terbaru adalah “OTT telepon dulu” yang sampai sekarang masih bikin saya nggak paham kenapa celetukan itu bisa keluar. Terpikir pun harusnya tidak.
Anggota Komisi III DPR RI, Hasbiallah Ilyas, mengeluarkan statement itu dalam fit and proper test calon pimpinan KPK. Dalam fit and proper test tersebut, Hasbi mengeluarkan statement bahwa jika ada pejabat yang korupsi, bisa ditelepon dulu sebagai pencegahan. Menurutnya, OTT KPK ini merupakan pemborosan karena prosesnya kelewat lama dan merugikan uang negara.
“Kita telepon, ‘hai bapak jangan melakukan korupsi, melakukan korupsi anda saya tangkap’. Kan selesai, tidak ada uang negara yang dirugikan,” tutur Hasbi, dikutip dari Tirto.
Ungkapan OTT telepon dulu itu, diklarifikasi Hasbi, adalah guyonan. Beliau sendiri setuju dengan OTT KPK, tapi pencegahan juga harus dilakukan. Sejauh ini, keliatan masuk akal.
Keliatan lho ya.
Saya sendiri tidak bisa menerima itu. Bahwa itu guyonan, oke, tapi syarat sebuah humor itu jadi humor ya reseptornya harus bisa menganggap itu humor. Singkatnya, selera humornya harus sama dulu. Lalu, apakah OTT telepon dulu ini bisa dianggap humor?
Sense of humor
Begini. Sense of humor itu adalah kemampuan seseorang menggunakan humor untuk menyelesaikan masalah, menciptakan humor, kemampuan untuk menerima, serta bereaksi terhadap humor tersebut (Hartanti, 2002: 110). Nah, sense of humor itu harus dimiliki orang-orang agar bisa menerima itu guyonan apa bukan.
Masalahnya, sense of humor itu dibentuk dari banyak hal. Background, pengetahuan yang dimiliki, lingkungan sosial, dan sebagainya, itu membentuk selera humor seseorang. Makanya perdebatan dark jokes itu bisa panjang karena ya manusia itu mengalami perjalanannya sendiri-sendiri. Singkatnya, beda orang, beda pengalaman, beda pula jenis humornya. Itu kenapa orang-orang bisa sama sekali membenci dad jokes, tapi ketawa hampir mati mendengar guyonan Tretan Muslim.
Ini yang bikin saya nggak bisa menerima OTT telepon dulu itu adalah guyonan. Pertama, rakyat Indonesia pada umumnya tidak bisa menerima korupsi sebagai sesuatu yang menyenangkan untuk dibahas. Concern rakyat pada pejabat bersih begitu tinggi, makanya ketika ada pejabat ketahuan korupsi, sumpah serapah mereka bisa mengerikan.
Kedua, momennya nggak pas. Acara fit and proper test itu bukan acara sembarangan. Bahwa guyonan bisa mencairkan suasana, itu betul, tapi tidak semua acara butuh dicairkan suasananya. Pemahaman seperti ini, harusnya dimiliki oleh semua pejabat karena ya mereka perwakilan rakyat. Otomatis, rakyat menuntut standar yang lebih tinggi.
OTT KPK, dari dulu adalah program yang diapresiasi oleh rakyat. Maka, rasanya kok agak tidak bijak tiba-tiba melempar guyonan sebelum OTT, telepon dulu. Secara pribadi, saya nggak ngerti lucunya di mana. Malah saya penasaran bagaimana bisa kepikiran jokes seperti itu.
Kok ya kepikiran bikin guyonan OTT KPK
Misalkan jika itu dianggap lucu oleh beberapa orang, okelah. Tidak semua orang punya sense of humor yang bagus, kita harus hormati itu. Beberapa orang memang terlahir noob di beberapa aspek. Tapi menurut saya, ya, manusia harusnya punya restraint lah. OTT KPK adalah metode yang selama ini menunjukkan hasil.
Sekalipun ada orang yang menganggap OTT KPK itu kampungan, well, ya biarin aja. If it’s stupid, but it works, it ain’t stupid.
Saya berharap betul para pejabat mulai lebih hati-hati dalam mengeluarkan statement. Orang bisa salah, betul, tapi tak ada salahnya untuk benar-benar hati-hati dalam berucap. Belajarlah dari orang-orang di Twitter yang remuk kariernya gara-gara blunder. Sewa tim PR kek, apa gimana. Tapi kalau nggak mau ya nggak apa-apa, saya malah ada bahan buat nulis lagi.
Tapi, kok ya kepikiran ngono lho gawe guyon tentang OTT KPK, tulung tenan.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 4 Hal yang Saya Baru Ketahui Setelah Mengunjungi Malang Secara Langsung