Lembang jadi destinasi wisata andalan yang terletak di Bandung Barat. Udara sejuk dan pemandangan indah jadi salah satu faktor yang menarik bagi wisatawan. Apalagi mereka yang sehari-hari tinggal di kota dengan pemandangan gedung-gedung tinggi.
Saya jadi ingat, sekitar 20 tahun lalu, saya dan keluarga pergi ke Lembang setiap beberapa minggu sekali. Kami menikmati destinasi wisata yang ada di sana atau sekadar mampir untuk makan bersama. Lembang benar-benar jadi tempat melarikan diri terbaik dari Kota Bandung yang padat.
Akan tetapi, itu semua dahulu. Lembang sekarang tidak sama dengan 20 tahun lalu. Saya pernah menuliskan perbedaan itu di Terminal Mojok dengan judul 20 Tahun Setelah Petualangan Sherina, Lembang Benar-benar Berubah. Kini, bagi saya dan sebagian besar masyarakat yang lahir dan tumbuh di Kota Bandung, berwisata ke Lembang sangatlah dihindari. Kami plesir ke sana saat ada teman atau saudara minta ditemani saja. Ada beberapa alasan yang membuat kami sangat malas ke Lembang.
#1 Harga tiket masuk tempat wisata yang mahal
Lembang dan kawasan sekitarnya menyimpan banyak destinasi wisata seperti Gunung Tangkuban Parahu, The Lodge Maribaya, Orchid Forest, Lembang Park & Zoo, hingga Observatorium Bosscha. Tentu, destinasi wisata tersebut tidak gratis.
Tiket masuk ke tempat yang saya sebutkan tersebut beragam. Mulai dari puluhan ribu hingga ratusan ribu. Paling mahal tentu masuk di kawasan wisata itu di akhir pekan atau hari libur nasional, harga tiketnya ada yang sampai Rp200.000-an.
Nominal tersebut memang terdengar terjangkau, apalagi dibandingkan UMR Kota Bandung yang mencapai Rp4,2 juta. Persoalannya, berapa banyak sih orang Bandung yang gajinya menyentuh UMR? Itu mengapa bagi orang Bandung, mendapat gaji UMR itu dianggap tinggi dan mapan. Ditambah, ketika berwisata, kita tidak hanya mengeluarkan duit untuk tiket, masih ada keperluan lain seperti bensin, makan, hingga parkir. Jadinya ya menurut hitungan saya sih, mahal!
#2 Transportasi umum ke Lembang sulit
Terdapat tiga akses jalan menuju Lembang dari Kota Bandung. Tiga akses itu adalah Jalan Setiabudi, Ciumbuleuit (Punclut), dan Jalan Dago. Ketiganya menyimpan satu persamaan yakni sama-sama harus ditempuh menggunakan kendaraan pribadi. Hampir tidak ada kendaraan umum yang dapat mengangkut wisatawan ke sana kecuali ojek online (ojol) dan taksi online. Itu pun pasti kejebak macet.
“Memang nggak ada angkot gitu atau bus?”
Sebenarnya kalau mau naik angkot atau bus bisa saja, tapi sangat tidak saya sarankan. Ada sejumlah trayek angkot yang bisa dicoba yakni trayek Stasiun Hall-Lembang yang bisa kalian naiki dari Stasiun Bandung dan trayek Ledeng–Parongpong yang bisa kalian naiki dari Terminal Ledeng.
Baca halaman selanjutnya: Akan tetapi …