Masa remaja adalah masa yang paling krusial untuk menikmati sesuatu dengan hasrat dan sotoy yang sedang kencang-kencangnya. Membaca keadaan dengan perasaan analisa alakadarnya dan menemukan hal-hal yang tidak penting-penting amat.
Awal tahun 2000-an adalah tahun paling sentimentil untuk para remaja, setelah dipeluk hangat oleh album yang disebut-sebut sebagai masterpiece sepanjang masa Enema of the State, Blink-182 kembali mengudarakan albumnya yang berjudul Take Off Your Pants and Jacket. Album yang menandakan kalau mereka bikin album ini dengan serius dan pakai celana. Album yang sampai saat ini cukup melekat untuk para pop punk kids, terutama dalam track First Date dan Stay Together For The Kids.
Secara tidak langsung Blink-182 berhasil menuntun kita menuju gerbang masa muda paling seru sekaligus sialan, mereka memberitahu kita bagaimana seharusnya anak muda menikmati hidupnya, mengenalkan cara berpakaian yang edgy dan dipaksa sepakat kalau skateboard itu memang olahraga yang keren abis.
Kita akan setuju andai ada seseorang yang ngomong kalau waktu SMA bakal berasa gitu-gitu aja tanpa My Friends Over You punya New Found Glory, kita juga mungkin pasti bakal kebingungan ungkapin perasaan “You are all my bromanch, Mates.” buat para homies, sekaligus kasih sinyal fuck up buat pacar-pacar kita yang minta porsi dan waktu lebih.
Musik pop punk akan tetap sangat dua kali lebih terasa catchy saat kita masih remaja, menyadur dalam lirik-lirik yang tidak jauh dari cerita bagaimana rasanya mencium dan ditolak wanita, nongkrong bareng teman-teman dan kisah masa-masa sekolah yang absurd.
Dari waktu ke waktu, pop punk banyak sekali mengalami perubahan—entah dari segi musikalitas atau lirik. Perubahan yang paling berasa adalah ketika Green Day merilis lagu Boulevard Of Broken Dreams, pada lagu tersebut pop punk atau punk rock terasa lebih tenang dan dewasa. Terlepas dari kritik para pendengar soal lagu Green Day tersebut, pada akhirnya kita semua setuju kalau Green Day ada benarnya, bahwa pop punk akan tetap asik walaupun dibungkus dengan musik yang pelan dan tenang.
Umur saya sekarang hampir 21, tidak jarang teman-teman saya mulai tanya kenapa sampai sekarang saya masih betah dengan musik-musik yang paling cocok jadi teman masturbasi sewaktu kami masih belasan tahun? saya pribadi tidak akan membantah dan tidak sepenuhnya setuju kalau mereka bilang hari ini pop punk itu krisis identitas. Revolution Radio punya Green Day dan argumentasi Billie Joe Amstrong soal genre ini, cukup buat saya jiper dan pesimis soal kelanggengan saya dengan genre ini.
Kita tidak bisa naif, kalau hari ini folk-lah yang akhirnya mengokupasi industi musik, terutama di Indonesia, pop punk kehilangan wadah untuk menampung musik yang biasa saya sebut bragging music ini. Namun, hal baiknya adalah, genre ini menemukan pendengar sesungguhnya, pendengar yang tetap merasa don’t give a fuck tentang yang sebagian orang setuju dengan meredupnya eksistensi pop punk.
Tapi, rilisan album dari regenerasi milik band pop punk hari ini juga termasuk salah satu alasan banyak orang mengapa mereka masih harus suka genre ini untuk waktu yang lebih lama. Neck Deep adalah contoh paling dekat yang bisa kita ambil, “The Peace and the Panic” adalah bukti kalau istilah Defend Pop Punk masih layak kita apresiasi dan ikut perjuangkan. Diikuti dengan album Proper Dose kepunyaan The Story So Far juga bisa kita jadikan arugmentasi kalau masih banyak orang-orang yang berusaha membuat pop punk terdengar keren.
Saya selalu lupa waktu ketika membayangkan pertemuan saya dengan genre ini, mengingat-ingat kembali saat pertama kali saya mulai mendengar Burnout, Adam Songs dan Hope membuat saya seperti orang yang menemukan satu juta wanita mirip Maddi Jane.
Kalau dipikir-pikir, umur album Dookie yang udah sampai 26 tahun itu bukti kalau pop punk tetap musik yang bisa dinikmatin meskipun kita hampir tidak muda lagi.
Pada akhirnya kita akan tetap banyak berterima kasih dan merasa jengkel sebesar-besarnya dengan genre ini, pop punk membuat masa remaja kita terasa lebih menyenangkan, keren sekaligus idiot.
Saya akan tetap memasukan semua lagu milik Blink-182, Descendents, Green Day dan SUM 41 ke dalam playlist. Saya juga akan tetap mendengarkan dan menyanyikan lagu-lagu A Day To Remember, The All-American Rejects dan Taking Back Sunday dengan suara yang kencang saban hari.
If you think pop punk is dead, I think it’s part of defending it.
BACA JUGA Menikmati Beragam Genre Musik Adalah Hak Setiap Manusia atau tulisan Muhammad Muslim lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.