Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

Dilema Coffee Shop di Kabupaten: Hidup Segan, Mati kok Udah Keluar Modal Banyak, Pusing!

Ken Elsaning Savitri oleh Ken Elsaning Savitri
10 September 2024
A A
Dilema Coffee Shop di Kabupaten: Hidup Segan, Mati kok Udah Keluar Modal Banyak, Pusing!

Dilema Coffee Shop di Kabupaten: Hidup Segan, Mati kok Udah Keluar Modal Banyak, Pusing!

Share on FacebookShare on Twitter

Coffee shop menguasai Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Baik kota-kota besar maupun level kabupaten, hampir selalu ada coffee shop di setiap titik. Kalau di kota, coffee shop bisa mekar layaknya jamur di musim hujan, tapi di kabupaten, fenomenanya beda lagi. Banyak dari mereka yang “hidup segan, mati tak mau”. Secara kasat mata, mereka buka, tapi kalau dilihat dari sisi bisnis, ya cuma bertahan buat nyambung hidup.

Bukannya laris, seringnya malah bikin nangis.

Saya mengambil contoh dari sebuah coffee shop di kabupaten X yang pernah saya kelola. Di awal pembukaan, saya optimis penuh harap dan meyakini bahwa kabupaten yang menjadi locus butuh tempat nongkrong kekinian. Dengan modal nekat, tim kecil kami bikin konsep dan desain ala-ala eco-friendly. Padahal ya sebenernya karena tidak punya budget. Sehingga banyak memanfaatkan pohon-pohon di lokasi.

Konsepnya terbuka, hijau, banyak pohon, adem, hutan. Asik banget di tengah gempuran coffee shop dengan design industrial. Saat itu saya yakin bisnisnya bisa 100% berjalan mulus, lancar, dan saya jadi miliarder.

Hehehe.

Sayangnya, setelah beberapa tahun, yang nongkrong di coffee shop ini bisa dihitung pakai jari tangan. Itu juga seringnya karena orang penasaran dan mau merasakan vibes hutan yang asri.

Budaya nongkrong di coffee shop

Setelah saya pikir-pikir, salah satu alasan kenapa coffee shop di kabupaten susah berkembang adalah budaya nongkrong yang beda. Di kota besar, nongkrong di coffee shop sambil ngobrolin investasi, saham, atau rencana nikah sudah jadi gaya hidup. Di kabupaten, nongkrong ya di warung kopi tradisional atau angkringan. Lebih merakyat, lebih nyaman, dan yang penting, lebih murah.

Perkara harga ini penting. Sepuluh ribu rupiah di warung kopi bisa dapat segelas kopi tubruk plus gorengan. Sementara di coffee shop? Kopi susu gula aren bisa bikin kantong bolong. Belum lagi kalau nambah camilan, bisa setara biaya makan siang satu keluarga kecil.

Baca Juga:

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

Unek-unek Barista yang Tidak Tersampaikan ke Pelanggan Kafe yang Kurang Peka

Ini bukan soal anak kabupaten nggak suka ngopi. Mereka suka, tapi cara ngopinya yang beda. Nggak ada tuh, ngopi sambil buka laptop berjam-jam dengan playlist musik indie di latar. Kalau ngopi di coffee shop, rasanya kok terlalu formal dan mahal, toh ujung-ujungnya tujuan untuk ngobrol ngalor-ngidul pun tetap bisa terealisasi di warung kopi maupun angkringan.

Lokasi coffee shop yang salah strategi

Masalah lain yang bikin coffee shop kabupaten sulit berkembang adalah lokasi. Pemilik coffee shop seringkali terjebak dalam euforia “cari tempat strategis”, yang ujung-ujungnya malah salah strategi. Lokasi strategis di kabupaten itu beda sama di kota besar. Di kota, coffee shop yang dekat perkantoran atau pusat perbelanjaan pasti ramai.

Tapi di kabupaten? Lokasi strategis justru bisa di dekat pasar tradisional, terminal, atau tempat ibadah. Kalau terlalu elit lokasinya, yang datang cuma orang lewat, itupun jarang. Orang kabupaten lebih nyaman ke tempat yang familiar, jadi lokasi yang “ngehits” di kota bisa saja malah jadi jebakan di kabupaten.

Dilema: bertahan atau tutup?

Pemilik coffee shop di kabupaten ini biasanya menghadapi dilema klasik: bertahan dengan segala kerugian, atau tutup saja.

Bertahan, berarti harus siap-siap nombok terus. Saya pun pernah merasakan pahitnya nombok gaji karyawan berbulan-bulan. Apalagi kalau sudah masuk musim hujan. Maklum, tempatnya misbar alias gerimis bubar.

Tapi untuk membuat keputusan tutup juga nggak mudah, apalagi kalau sudah telanjur ”investasi besar” buat beli mesin kopi, cangkir/gelas, pernak-pernik kecil dan bahan baku. Banyak yang akhirnya memilih bertahan sambil berharap ada keajaiban. Tapi masalahnya, keajaiban itu jarang datang di kabupaten kecil. Sebaliknya, yang ada justru makin banyak saingan baru, entah warung kopi lokal yang lebih murah atau malah kedai franchise yang datang dengan modal lebih besar.

Ada juga yang mencoba bertahan dengan cara mengubah konsep. Yang awalnya cuma jual kopi dan camilan ringan, mereka mulai menyediakan menu makanan berat biar orang lebih betah nongkrong lama. Sayangnya, perubahan ini seringkali bikin mereka keluar dari identitas asli sebagai coffee shop. Akhirnya, jadi nggak jelas lagi apakah tempat itu warung makan, restoran, atau masih bisa disebut coffee shop. Malah jadi semacam krisis identitas.

Adaptasi atau menyerah?

Kalau mau survive, pemilik coffee shop di kabupaten sebenarnya punya dua pilihan: adaptasi atau menyerah. Adaptasi bukan berarti harus menurunkan standar kualitas kopi, tapi lebih kepada memahami kebiasaan lokal. Misalnya, menyediakan kopi lokal dengan cara penyajian yang lebih sesuai selera masyarakat kabupaten, atau menawarkan harga yang lebih bersahabat.

Selain itu, pemilik juga bisa menggandeng komunitas lokal, membuat acara-acara kecil yang melibatkan warga sekitar, atau bahkan mengubah jam operasional agar lebih sesuai dengan aktivitas harian masyarakat. Yaa bisa lah approach-approach kantor kelurahan dikit biar mau ambil konsumsi rapat dari coffee shop.

Kalaupun nggak bisa bertahan, paling tidak, pemiliknya masih bisa bilang, “Ya sudahlah, anggap saja ini pengalaman.” Toh, kalau benar-benar mentok, mesin espresso-nya bisa disulap jadi dekorasi ruang tamu. Siapa tahu, nanti ada tamu yang datang dan tanya, “Wah, pernah buka coffee shop, ya?” Setidaknya ada cerita heroik buat dibagikan sambil ngopi sachet bareng. Yaa, ujung-ujungnya tetap kopi saset. Hidup kopi saset!

Penulis: Ken Elsaning Savitri
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Sisi Gelap Coffee Shop di Jogja: Jadi Tempat Cuci Uang para Owner “Gelap”

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 10 September 2024 oleh

Tags: BisnisCoffee Shopkabupatenkerugian
Ken Elsaning Savitri

Ken Elsaning Savitri

Seorang yang suka mempersuasi orang lain, tapi gagal mempersuasi diri sendiri untuk hemat.

ArtikelTerkait

Minta Es Batu di Kedai Kopi Itu Sesekali Nggak Apa-apa, kalau Tiap Hari Nah Baru Bagusnya Dilempar Batu

Minta Es Batu di Kedai Kopi Itu Sesekali Nggak Apa-apa, kalau Tiap Hari Nah Baru Bagusnya Dilempar Batu

29 November 2023
Bisnis Es Teh Sesat: Lebih Banyak Es Batu daripada Tehnya

Bisnis Es Teh Sesat: Lebih Banyak Es Batu daripada Tehnya

6 Desember 2023
4 Alasan PNS Enggan Mengambil Tugas Belajar Terminal Mojok

PNS Masih Bisa Berbisnis, tapi Pebisnis Belum Tentu Bisa Jadi PNS, Rumus dari Mana?

9 April 2023
3 Rekomendasi Coffee Shop di Jogja dengan Jam Buka Pagi Terminal Mojok

3 Rekomendasi Coffee Shop di Jogja dengan Jam Buka Pagi

17 Juni 2022
Barista Jogja: Antara Seksi, Romantis, dan Upah Kelewat Rendah

Membongkar Alasan Barista Jogja Diupah Begitu Rendah

4 Oktober 2022
3 Bisnis Langka di Argodadi Bantul

3 Bisnis Langka di Argodadi Bantul, Bisa Jadi Peluang buat yang Ingin Buka Usaha

27 September 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
4 Rekomendasi Film Natal di Netflix yang Cocok Ditonton Bersama Keluarga Mojok

4 Rekomendasi Film Natal di Netflix yang Cocok Ditonton Bersama Keluarga

11 Desember 2025
4 Varian Rasa Nutrisari yang Gagal dan Bikin Pembeli Kapok Mojok.co

4 Varian Rasa Nutrisari yang Gagal dan Bikin Pembeli Kapok

12 Desember 2025
3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

14 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper
  • Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang
  • Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal
  • Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah
  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna
  • Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.