Penjual soto begitu mudah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari penjual yang menggunakan gerobak, warung-warung kecil, hingga gerai yang tampak mahal. Kuliner ini memang cocok di sebagian besar lidah masyarakat Indonesia. Mungkin karena banyak varian atau jenisnya ya, sehingga tiap daerah punya kesukaannya masing-masing.
Sepanjang pengalaman saya menjajal soto dengan berbagai varian itu, ada beberapa kesamaan yang perlu diwaspadai. Ini bukan tentang variasi sotonya ya, tapi lebih kepada ciri atau kriteria warung soto yang perlu sepatutnya dihindari. Warung-warung soto red flag ini mengabaikan aspek-aspek penting sehingga membuat konsumen tidak nyaman.
Daftar Isi
Mungkin bagi sebagian orang, keberadaan daftar menu ini opsional. Tapi bagi saya, adanya daftar menu ini penting untuk membantu konsumen memperkirakan total harga menu soto yang dibeli. Sebagai konsumen, kita juga gak harus repot-repot menanyakan harga seporsinya terlebih dahulu. Ada kalanya, merasa canggung juga, mau beli harus nanya harga seporsi dulu.
Selain itu, keberadaan daftar menu ini juga menghilangkan rasa khawatir kita sebagai konsumen. Banyak kejadian, konsumen dengan dompet tipis seperti saya terkaget-kaget ketika membayar soto yang harganya dirahasiakan. Estimasi harganya dikira hanya kisaran Rp10.000, ternyata harganya Rp20.000, kan repot. Nah dengan adanya daftar harga menu, konsumen jadi nggak perlu khawatir lagi soal itu.
#2 Tempat yang Jorok
Jorok ini mencakup berbagai aspek, mulai dari peralatan makannya seperti sendok, garpu, dan sedotannya yang gak pernah dilap atau dibersihkan. Jadi kelihatan berdebu seperti foto mantan kalian itu. Kemudian ada juga warung yang mejanya terlihat berantakan sehingga mengurangi kenyamanan, serta gerobaknya yang tampak begitu kotor.
Perkara lain yang tidak kalah penting adalah cara mencuci mangkoknya yang yaah sangat minimalis dan irit dengan hanya satu ember. Air dalam satu ember itu digunakan untuk seharian, nah apa gak merasa geli kalian makan di mangkok yang nyucinya alakadarnya begitu?
#3 Pelayanan yang tidak ramah
Memasuki warung soto yang pelayannya kurang ramah dan sigap itu menyebalkan. Misalnya ketika memesan, kok penjualnya malah berwajah masam kayak jeruk purut. Selaku konsumen, ketika menghadapi penampakan seperti itu tentu mempengaruhi mood untuk makan.
Mungkin kalau wajah bisa sedikit dimaklumi karena tiap orang punya kontur wajah bawaan masing-masing. Tapi kalau soal menyapa dengan ramah dan sopan kan jadi bare minimum dong. Penjual yang ramah dan sopan bikin konsumen jadi nyaman. Kalau konsumen nyaman, tentu imbasnya, soto yang dijualkan akan mendapatkan kesan yang positif.
#4 Tidak mencatat pesanan konsumen
Penjual yang tidak mencatat pesanan konsumen ini sering ditemukan di beberapa warung soto pinggir jalan. Warung soto jenis ini cukup menyebalkan. Pasalnya, dengan tidak mencatat pesanan konsumen, potensi kesalahan soto yang dipesan jadi makin tinggi. Pesan soto berkuah santan, yang datang berkuah bening. Ada yang lebih parah, misalnya pesan soto, yang datang malah mie ayam. Kan jadi beda server dong.
Padahal mencatat pesanan konsumen ini bukan perkara sulit. Cukup menggunakan sticky note atau kertas kecil sebagai media untuk mencatat detail pesanan. Kalau sudah begitu, penjual juga dimudahkan karena gak perlu menanyakan pesanan berulang kali. Kondisi sudah lapar tapi masih ditanya pesanannya apa kan ya cukup menyebalkan.
#5 Tidak menyediakan kipas angin
Makan soto itu memang cocok disantap di waktu kapanpun. Tapi mayoritas menyantapnya saat pagi atau siang hari. Persoalannya ada warung soto yang tidak menyediakan kipas angin. Jadi ketika konsumen masuk ke dalam warungnya, berasa cosplay jadi daging panggang.
Hawa panas makin menyeruak ketika menyantap soto yang kuahnya panas itu. Kalau begitu, masak soto kuahnya dikasih es biar hawa panasnya hilang? Oleh karena itu, keberadaan kipas angin sangat bermanfaat bagi para konsumen. Yah minimal kipas angin doraemon lah.
#6 Warung soto tidak menyediakan air putih
Saya paham betul strategi penjual untuk mendapatkan keuntungan. Salah satunya dengan menjual es teh atau minuman jenis lainnya. Lah modal teh nget-ngetan dua hari ditambah air dan es, penjual bisa menjual es teh itu seharga Rp2.000-3.000. Karena inilah saya sering menemukan warung yang menghilangkan menu air putih. Mereka secara tersirat memaksa pembeli memesan minimal es teh. Soalnya kalaupun air putih ada, mereka akan diprotes ketika harus membayar. Mosok minum air putih kok bayar.
Selain persoalan strategi penjualan, keberadaan air putih ini juga penting bagi konsumen yang nggak doyan minuman berwarna dan rasa-rasa. Alias, mereka hanya minum air putih atau air putih es. Saya cukup memahami sih, kuliner soto sendiri sudah kaya rasa, itu mengapa beberapa orang lebih memilih menetralkan mulutnya dengan air putih.
Nah, di ata beberapa kriteria warung soto yang sebaiknya dihindari. Kalian boleh saja nggak sepakat, setiap orang punya pendapat masing-masing. Di atas adalah pendapat saya berdasar pengalaman menjajal berbagai warung soto. Bagi saya selain rasa, menemukan warung soto yang enak dengan tempat nyaman, bersih, dan pelayanan yang baik, makanan yang ditelan pun jadi berkah.
Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 3 Jenis Warung Bakso yang Wajib Dihindari karena Membawa Bahaya bagi Konsumen
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.