Menjadi mahasiswa baru atau maba adalah momen yang sudah ditunggu-tunggu oleh banyak orang, apalagi kalau kampusnya di luar kota. Dengan kata lain, bisa merantau. Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta (UNS) adalah kampus negeri di Kota Solo yang menarik banyak pelajar dari luar kota. Saya salah satunya. Beberapa ada yang sudah menargetkan kampus Ultraman ini sebagai pilihan utamanya, tapi kebanyakan karena kepepet alias second choice.
Daftar Isi
Kuliah di UNS banyak jurusannya, murah pula biaya hidupnya
Tahun ini, UNS menerima mahasiswa baru sebanyak 3.607 melalui SNBT. Bisa bayangkan sebanyak apa mahasiswa baru kampus ini mengingat angka tersebut belum termasuk jalur SNBP dan mandiri. Ada berbagai alasan mengapa mahasiswa memilih UNS menjadi pilihan mereka. Selain karena jurusannya yang banyak dan kota yang katanya ramah, biaya hidup yang cenderung murah juga menjadi salah satu alasan kenapa para maba memilih UNS sebagai perguruan tinggi tempat belajar.
Sebenarnya, murah atau tidaknya tergantung pengelolaan keuangan masing-masing. Tapi dengan uang jajan bersih Rp1,5-2 juta saja kamu sudah bisa hidup berkecukupan, bahkan sisa-sisa kalau kuliah di Solo. Tapi, sebaik-baiknya hal, pasti ada kurangnya, begitu pula dengan UNS. Berikut adalah kekurangan jadi mahasiswa UNS yang nggak ngenes amat tapi sangat mengganggu.
Tapi panasnya Solo nggak ngotak!
Kalau ditanya mengenai first impression saya terhadap Kota Solo, sebagai warga Magelang, saya akan teriak, “PANAS!”. Bukannya lebay, tapi entah kenapa Kota Solo ini definisinya panas yang gersang, apalagi kalau lagi di jalan dan naik motor. Alih-alih kena angin sepoi, yang ada malah kena udara panas kayak napas naga.
Anehnya, cuaca ekstrem ini berada di luar pengaruh heat wave yang merebak di beberapa bagian dunia. bisa bayangin nggak sih kalau Indonesia, khususnya Kota Solo, terdampak heat wave? Bisa pingsan kami.
Kirain bau kali, ternyata bau sampah!
Selain panas yang nggak karuan, bau kurang sedap kadang-kadang lewat di sekitaran UNS. Awalnya, saya pikir bau tersebut berasal dari anak Sungai Bengawan Solo yang ada di dekat kampus UNS. Hal tersebut mengingat adanya industri batik yang pengelolaan limbahnya tidak menggunakan IPAL alias langsung dibuang ke sungai.
Akan tetapi setelah saya telusuri, ternyata bau tersebut berasal dari Tempat Pembuangan Akhir Putri Cempo yang berada di Mojosongo, Kecamatan Jebres, Surakarta. Walaupun berjarak kurang lebih 5 kilometer dari kampus UNS dan sekitarnya, TPA ini tetap menimbulkan bau yang menyengat sampai kampus.
Bayangkan ketika kalian lagi makan siang di kantin kampus UNS dan tiba-tiba ada angin lewat membawa bau yang nggak sedap. Dapat dipastikan itu dari TPA Putri Cempo.
Kalau ditelusuri lebih dalam, TPA ini sudah menampung sampah Kota Surakarta dan sekitarnya selama lebih dari 3 dekade. Setiap harinya, Putri Cempo menerima 300 ton sampah yang berasal dari rumah tangga dan aktivitas warga. Sebenarnya, TPA ini memiliki peran yang sangat krusial dalam menjaga kebersihan Kota Solo, tetapi perlu dilakukan upaya lebih dalam pengelolaan sampah agar nggak mengganggu warga sekitar. Tentunya upaya ini bukan jadi beban pemerintah saja, tetapi juga masyarakat Solo termasuk mahasiswa rantau yang belajar di UNS.
Itulah average experience menjadi warga di UNS. Jadi, kalau kalian berencana kuliah di UNS, siapkan diri kalian untuk merasakan sensasi “panas naga” dan “aroma sampah” yang menantang ini, ya!
Penulis: Julia Nita Sifa Prabarani
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.