Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Mari Merayakan Valentine dengan Memberi Hadiah pada Diri Sendiri

Iqbal AR oleh Iqbal AR
14 Februari 2020
A A
Mari Merayakan Valentine dengan Memberi Hadiah pada Diri Sendiri
Share on FacebookShare on Twitter

Hari ini, 14 Februari dirayakan sebagai hari yang disebut oleh banyak orang “Hari Kasih Sayang”. Iya, hari ini adalah hari valentine, sebuah perayaan yang masih belum pasti asal usulnya dan apa sebenarnya cerita di baliknya. Tidak ada yang tahu pasti apakah cerita mengenai Santo Valentine (yang katanya jadi inspirasi perayaan hari valentine) itu benar-benar nyata. Ataukah ini hanya cerita fiktif dan perayaan ini hanya akal-akalan bisnis belaka. Kalau saya, sih, lebih percaya bahwa merayakan valentine ini hanya soal bisnis, meskipun bukan jadi masalah buat saya.

Perayaan ini juga menjadi salah satu perayaan yang paling menimbulkan keramaian. Bukan soal perayaannya, tetapi soal boleh atau tidaknya perayaan ini dirayakan. Biasanya, yang memulai narasi bahwa perayaan valentine ini tidak boleh dirayakan adalah sebagian golongan umat Islam. Mereka beranggapan bahwa perayaan valentine ini bukan bagian dari budaya umat Islam. Selain itu, perayaan ini identik dengan perbuatan zina.

Bahkan, di kota tempat saya tinggal ada semacam pawai dari salah satu pondok pesantren yang mengampanyekan haramnya perayaan valentine. Mereka turun ke jalan, membawa poster-poster dan spanduk yang bertuliskan campaign soal haramnya valentine. Sialnya, hal ini tidak banyak digubris oleh warga sekitar.

Tapi mari kita singkirkan dulu perdebatan mengenai asal usul perayaan valentine. Atau perdebatan mengenai boleh tidaknya merayakan valentine. Kita sudah terlalu lelah berdebat setiap tahun mengenai ini dan saya pribadi sudah muak dengan perdebatan yang kurang bermutu ini. Mari kita lupakan perdebatan yang tidak bermutu ini dan mari kita fokus pada esensi perayaan valentine.

Apa yang biasanya orang lakukan untuk merayakan valentine? Memberi hadiah “membosankan” pada pasangannya (biasanya bunga dan cokelat), menghabiskan satu hari bersama pasangannya, atau melakukan hal-hal lain yang biasanya dilakukan oleh sepasang kekasih atau sepasang suami istri? Iya, itu merupakan hal-hal yang lumrah atau sering kali dilakukan oleh orang-orang untuk merayakan valentine. Mereka masih memaknai bahwa merayakan hari kasih sayang adalah memberikan sesuatu yang romantis pada pasangannya. Iya, pasangan, itu kuncinya. Meski sebenarnya kalau tidak adapun, tidak jadi masalah.

Banyak orang terlalu fokus pada “pasangan” dalam merayakan valentine. Mereka seakan lupa bahwa tanpa pasangan pun (alias sendiri), kita masih bisa merayakan hari kasih sayang ini. Dengan cara apa? Ya tentunya dengan memberikan sesuatu yang tadinya ditujukan untuk pasangan, sekarang ditujukan untuk diri sendiri. Memberikan hadiah pada diri sendiri, menghabiskan satu hari dengan diri sendiri, atau melakukan sesuatu yang biasanya dilakukan oleh diri sendiri.

Mungkin terdengar aneh, tetapi hal ini yang banyak sekali orang lupa. Mencintai diri sendiri atau self-love itu kadang perlu dirayakan. Kita mungkin terlalu sibuk memikirkan apa yang pasangan kita mau untuk merayakan valentine. Kita terlalu sibuk mencari hadiah yang cocok untuk pasangan kitadan terlalu sibuk untuk mencari destinasi wisata yang membuat pasangan kita senang, tanpa memikirkan hal-hal yang membuat kita senang. Jangan membalas dengan argumen klasik semacam, “Asalkan pasangan senang, kita juga ikut senang”. Itu argumen busuk dan terlalu inferior.

Kita terlalu sibuk untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak membuat kita benar-benar senang. Bekerja di kantor setiap hari, kuliah yang membosankan setiap hari, bahkan ketika berkencan pun kita kadang tidak merasakan kesenangan. Kita kadang lupa untuk melakukan sesuatu yang membuat diri sendiri senang. Singkatnya, kita lupa untuk menghadiahi diri sendiri. Kita terlalu sibuk untuk memikirkan kesenangan orang lain. Bahkan di hari seperti hari hari kasih sayang ini saja, kita belum tentu merasa senang meskipun merayakannya dengan pasangan.

Baca Juga:

5 Cokelat Indomaret yang Cocok untuk Merayakan Valentine bersama Ayang

White Day 14 Maret: Hari Balasan Valentine yang Bermula dari Strategi Marketing di Jepang

Masih menjadi hal yang aneh jika merayakan hari hari kasih sayang dengan diri sendiri. Padahal ya biasa saja, yang namanya hari kasih sayang ya bebas mau bagaimana merayakannya, sendiri pun tidak masalah. Ini adalah wujud dari self-love, bukan soal egoisme diri sendiri. Akan tetapi soal bagaimana kita memberikan cinta dan apresiasi terhadap diri sendiri. Jadi, lupakan soal promo hotel atau kopi yang syaratnya harus membawa pasangan. Jangan pedulikan itu. Mari kita beli apa saja yang membuat kita senang, beli hadiah untuk diri sendiri, apresiasi diri kita sendiri, lalu kita pulang ke rumah, masuk kamar, putar lagu-lagu dari artis favorit, rileks, dan rasakan bahwa menjadi sendiri itu menyenangkan.

BACA JUGA Perayaan Valentine Bukan Budaya Kita, Budaya Kita Adalah Berdebat Perihal Valentine atau tulisan Iqbal AR lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 14 Februari 2020 oleh

Tags: hari kasih sayangself lovevalentine
Iqbal AR

Iqbal AR

Penulis lepas lulusan Sastra Indonesia UM. Menulis apa saja, dan masih tinggal di Kota Batu.

ArtikelTerkait

Perayaan Valentine Bisa Lebih Keren dari Sekadar Ritual Pemberian Coklat

Perayaan Valentine Bisa Lebih Keren dari Sekadar Ritual Pemberian Coklat

14 Februari 2020
Jujur Pada Perasaan Diri Sendiri

Selamat Hari Kesehatan Jiwa, Mari Berani Jujur Pada Perasaan Sendiri!

10 Oktober 2019
Apakah Kampanye Body Positivity Harus Dilakukan dengan Busana yang Minim?

Apakah Kampanye Body Positivity Harus Dilakukan dengan Busana yang Minim?

6 Maret 2020
Setting Boundaries: Bukan Egois, Hanya Tak Mau Menyakiti Diri Sendiri

Setting Boundaries: Bukan Egois, Hanya Tak Mau Menyakiti Diri Sendiri

29 Juni 2022
Bajigur, Alternatif Kado Valentine untuk Ayang

Bajigur, Alternatif Kado Valentine untuk Ayang

13 Februari 2022
Pesan yang Gagal Ditangkap Kemenkominfo dari Unggahan Foto Tara Basro

Pesan yang Gagal Ditangkap Kemenkominfo dari Unggahan Foto Tara Basro

5 Maret 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.