Seperti umumnya orang yang merantau, saya pasti pernah merasa kangen dengan kampung halaman. Bahasa kerennya, homesick. Saya merindukan suasana rumah dan masakan ibu. Dua hal yang membuat rasa ingin pulang menjadi sangat besar. Namun, Kabupaten Pati seperti membuat para perantau enggan pulang ke kampung halaman.
Iya, sebagai perantau, kita nggak bisa seenaknya pulang. Misalnya karena jarak yang terlalu jauh dan mahalnya ongkos pulang.
Namun, bagi kami orang yang tinggal di Kabupaten Pati, permasalahannya bukan hanya 2 faktor itu. Lebih dari itu, banyak yang mengeluh soal infrastruktur jalur pantura. Sebagai perantau, saya ingin menceritakan “3 dosa” yang saya rasakan terkait kampung halaman sendiri.
Daftar Isi
Kondisi jalanan Kabupaten Pati yang menyiksa batin
Suatu hari, ada teman saya dari daerah lain pernah bertanya, “Kamu nggak capek kalau pulang ke rumah? Bukannya soal jarak ya, tapi kondisi jalannya itu, lho, yang bikin malas.”
Mendengar perkataan itu, saya cuma bisa senyum-senyum saja. Saya nggak bisa membantah. Memang faktanya seperti itu. kondisi jalur pantura di Jawa Tengah itu bikin sebagian orang malas melewatinya, termasuk saya sendiri, untuk pulang ke Kabupaten Pati.
Saat ini, kondisi jalur tersebut cukup memprihatinkan. Kalau saya bisa bilang, pantura memang terbuat dari debu beterbangan, cuaca panas menyengat, dan perbaikan jalan yang nggak pernah selesai.
Sejujurnya, saya menghargai effort pemerintah memperbaiki jalan yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah ini. Tapi ya begitu, sudah dibeton pun masih bisa rusak dan butuh perbaikan lagi dan lagi.
Terlalu sering ada perbaikan membuat waktu tempuh pengendara semakin lama. Kalau sudah ada perbaikan, di sekitar Kabupaten Pati, macetnya bisa 1 sampai 3 jam. Kalau sudah macet lebih dari 1 jam, rasanya jadi semakin malas pulang ke rumah. Mau buru-buru tapi nggak bisa. Apalagi bagi perantau yang sudah menempuh jarak jauh sebelumnya. Pantatnya pasti bakal terasa tepos dulu di jalan.
Banjir rob yang mengancam
Selain kondisi jalan yang memprihatinkan, kami, warga Kabupaten Pati, juga harus menghadapi banjir rob. Masalahnya, bencana ini nggak menentu kapan terjadinya. Berbeda dengan banjir yang datang saat musim hujan tiba, rob memang agak unik karena penyebabnya adalah pasangnya air laut. Makanya, kami kadang nggak bisa menebak kapan air laut akan menggenangi pantura.
Buat yang sering melewati jalur Semarang-Demak, pasti paham bahwa banjir rob itu sangat mengganggu perjalanan. Nggak sering banget, sih, tapi sekalinya ada, bisa bikin macet sampai berjam-jam lamanya.
Biasanya, banjir rob ini terjadi di daerah sekitar Kecamatan Genuk, Semarang, hingga Kecamatan Sayung, Demak. Saking tidak pastinya banjir rob, kadang kami harus memantau kondisi terkini dari media sosial, Google Maps, maupun dari orang yang sebelumnya sudah melewati jalur ini sampai ke Kabupaten Pati.
Banyak pengendara ngawur dan ugal-ugalan
Kalau soal perilaku pengendara, rasanya orang-orang pantura memang menjadi salah satu golongan masyarakat yang patut diwaspadai. Apalagi kalau lewat jalur provinsi yang setiap hari nggak pernah sepi itu. Ya bagaimana ya, bayangkan saja, kita akan menghadapi jalan rusak, perbaikan jalan, debu, dan cuaca panas yang naudzubillah itu, siapa yang bakal sabar?
Perilaku pengendara yang cenderung ngawur dan ugal-ugalan ini pasti akan menjadi culture shock kalau kami sudah lama di perantauan. Ajaibnya, kelakuan semacam ini nggak hanya terjadi kepada pengendara motor saja karena yang membawa mobil sampai bus juga banyak yang begini. Nggak heran, kan, kalau di pantura banyak banget kasus kecelakaan.
Begitulah keluh kesah saya sebagai warga Kabupaten Pati yang memilih untuk jarang pulang. Saya, sebagai warga, pastinya berharap persoalan infrastruktur jalan di wilayah utara Jawa Tengah ini segera terselesaikan. Lha gimana ya, gubernurnya sudah ganti berkali-kali sampai yang terakhir mau naik jadi presiden masalah jalan, kok, nggak pernah selesai.
Penulis: Laksmi Pradipta Amaranggana
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Punya Julukan Kota Pensiunan, Kabupaten Pati Justru Luput dari Rekomendasi Kota Pensiun Terbaik