Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Halo Kak Seto, Ide Anak Sekolah Cukup Tiga Hari itu Sungguh Ramashook

Jon Erwin oleh Jon Erwin
11 Desember 2019
A A
sekolah tiga hari

sekolah tiga hari

Share on FacebookShare on Twitter

Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi yang akrab dipanggil kak Seto memberikan usul menarik. Dia berharap dalam kurikulum terbaru yang dirancang oleh Mendikbud kelak anak sekolah cukup tiga hari.

Menurut kak Seto, sekolah hanya tiga hari dalam seminggu justru membuat siswa lebih berprestasi. Hal itu sudah terbukti lewat homeschooling miliknya yang sudah berjalan lebih kurang tiga belas tahun. Menurut kak Seto lagi, banyak lulusan sekolahnya yang bisa tembus universitas bergengsi di tanah air.

Saya nyengir onta mendengar usulan ini. Berprestasi atau tidaknya seorang anak tak hanya ditentukan lamanya durasi mereka di sekolah. Percuma saja sekolah hanya tiga hari, sementara empat harinya dihabiskan oleh anak untuk main mobil lejen onlin bareng Agnes Mo dan Abu Janda. Tambah stress orang tua. Kerja mencari nafkah tidak konsen karena ingat anak di rumah sedang nonton film “Salahnya di mana?”

Mengerikan!

Maaf kak Seto, tolong jangan pindahkan kebingungan sekolah dan guru pada orang tua. Sekolah bingung dengan kurikulum yang terus berubah. Guru bingung meningkatkan kualitas ajarnya. Orang tua bingung membaca buku paketnya. Lima hari sekolah saja anak tak dapat apa-apa. Apalagi hanya tiga hari.

Menurut saya, biarlah anak berlama-lama di sekolah bermain dengan sebayanya. Itu lebih baik dari pada mereka main petak umpet di rumah sambil nonton film “Salahnya di mana?” edisi empat hari!

Sebagai orang terpelajar, mestinya kak Seto lebih paham dibanding saya atau Gus Muwafiq. Banyak faktor lain yang ikut menyumbang suramnya prestasi dan kualitas anak Indonesia. Bukan perkara jumlah hari semata. Jumlah gaji juga ikut campur kok!

Katakanlah soal kurikulum. Sifat kurikulum kita ini masih musiman. Ganti presiden ganti arah. Berganti juga kurikulum oleh menterinya. Kalo nggak ganti atau direvisi, kabarnya pejabat tingkat elit bertabiat lama nggak dapat duit dari perusahaan percetakan buku. Wong guru di sekolah saja jual buku dapat persenan dari distributor. Sah-sah saja namanya juga dagang. Yang tak boleh itu “memperdagangkan” jabatan demi mengatur Harga Eceran Tertinggi agar dapat “upeti” tahunan.

Baca Juga:

Menjamurnya Bimbel Bukan karena Pendidikan Kita Ampas, tapi karena Mengajar di Bimbel Memang Lebih Mudah

Apa pun Kurikulumnya, Guru Tetaplah Pihak yang Selalu Disalahkan

Kurikulum ke depan hendaknya lebih bersahabat dengan semua pihak. Mudah dicerna guru, menarik dan nyaman di mata siswa, dan tentu tidak membingungkan bagi orang tua. Inilah titik pertama yang harus dibenahi.

Soal fasilitas jangan ditanya. Sangat jomplang. Ada sekolah yang sudah mewah, mungkin seperti sekolahnya kak Seto. Wajar kalau muridnya pinter-pinter. Belum lagi ditunjang kondisi ekonomi orang tua yang sudah mapan. Gimana nggak tambah jenius tuh anak?

Tapi catatan suramnya, masih bejibun juga sekolah yang berkelas ndeso, mungkin banyak kurangnya seperti sekolahnya Abu janda, maka wajar juga jika mutunya kurang “halal” dan hasilnya ngelantur.

Belum lagi perkara administrasi guru yang bertumpuk. Semua harus dikerjakan kalau tidak mau disemprot kepala sekolah yang gencar cari muka ke dinas ketimbang cari mutasi. Sungguh beban yang sangat berat. Lebih berat dibanding kerja presiden Papua Nugini.

Dan masih banyak lagi problematika pendidikan yang sebenarnya dipahami juga oleh kak Seto.

Bagi saya pribadi. Anak sekolah cukup lima hari dalam seminggu. Itu sudah ideal. Lebih ideal lagi jika jumlah mata pelajaran dikurangi. Administrasi guru dipangkas habis, kecuali yang pokok saja. Usulan seperti ini lebih produktif ketimbang mengurangi jatah anak mendapat ilmu di sekolah, yang sekaligus mengurangi jatah berinteraksi sosial mereka dengan guru dan teman sebaya. Sebagai pelindung tertinggi anak Indonesia dengan LPAI-nya, masa kak Seto melupakan itu? Gerangan apa yang merasukimu?

Sekali lagi maaf kak Seto, mau pake kurikulum sehebat apapun, tak ada bukti semakin berkurang hari sekolah, maka semakin berkualitas siswanya. Jangan pernah dipikir negara Jepang itu maju karena durasi sekolahnya lebih pendek dibanding kita. Atau Israel menjadi lebih unggul karena mereka sekolahnya cuma satu hari dalam seminggu. Bukankah logika surutnya begitu, kak? Salahnya di mana coba?

BACA JUGA Guru Honorer: Dilema Antara Cinta Mengajar dan Pendapatan atau tulisan Jon Erwin lainnya. Follow Facebook Jon Erwin.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 11 Desember 2019 oleh

Tags: kak setokurikulumkurikulum pendidikansekolah tiga hari
Jon Erwin

Jon Erwin

Musisi dan Pencipta Lagu Daerah

ArtikelTerkait

Kurikulum Merdeka Gurunya Merdeka, Muridnya Terjajah (Unsplash)

Kurikulum Merdeka: Kurikulum yang Membuat Guru Merasa Merdeka, tapi Malah Menjajah para Siswa

8 November 2023
Cikgu Melati dalam Serial Upin Ipin Perlu Introspeksi Diri. Kasih Tugas Boleh, tapi yang Masuk Akal

Cikgu Melati dalam Serial Upin Ipin Perlu Introspeksi Diri. Kasih Tugas Boleh, tapi yang Masuk Akal

3 Maret 2024
kak seto

Permasalahan Memiliki Nama Seto: Dari Candaan Si Komo, Sampai Dikira Kak Seto Mulyadi

12 September 2019
5 Alasan Utama Pendidikan Indonesia Nggak Bakal Maju (Unsplash.com)

5 Alasan Utama Pendidikan Indonesia Nggak Bakal Maju

6 September 2022
Apa Itu Kurikulum Prototipe? Panduan Ringkas untuk Pahami Kurikulum Baru terminal mojok.co

Apa Itu Kurikulum Prototipe? Panduan Ringkas untuk Pahami Kurikulum Baru

3 Januari 2022
Memahami Matematika Dasar Itu Wajib, Sekalipun Kalian Menganggap Matematika Nggak Berguna dalam Kehidupan Nyata

Memahami Matematika Dasar Itu Wajib, Sekalipun Kalian Menganggap Matematika Nggak Berguna dalam Kehidupan Nyata

3 November 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.