Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Tradisi Maleman di Malang Bikin Dilema

Erma Kumala Dewi oleh Erma Kumala Dewi
18 April 2023
A A
Tradisi Maleman di Malang Bikin Dilema

Tradisi Maleman di Malang Bikin Dilema (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Pernah denger soal tradisi maleman di Malang? Tradisi ini tak jarang bikin dilema penerimanya, lho.

Memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadan, umat Islam sedang giat-giatnya berburu pahala. Sebab, pada 10 malam terakhir di bulan Ramadan itu terdapat malam Lailatul Qadar yang lebih baik dari 1000 bulan. Mulai dari itikaf, tadarus, bersedekah, hingga rupa-rupa ibadah lainnya semakin sering diamalkan. Bagi masyarakat Jawa, sebagian ada yang menggelar selamatan di 10 hari jelang lebaran. Tradisi selamatan ini bisa dimaknai sebagai bentuk sedekah kepada sesama.

Barangkali nama selamatan ini berbeda-beda di beberapa daerah. Bentuk kegiatannya pun bisa berbeda pula. Di Malang dan sekitarnya, selamatan jelang Lebaran disebut maleman, sedangkan yang menjelang puasa disebut punggahan.

Cara orang Malang merayakan tradisi maleman

Nah, di Malang tradisi maleman cenderung lebih meriah dibandingkan punggahan itu sendiri. Sedangkan di desa kakek saya di Tulungagung sana, yang terjadi malah sebaliknya. Di tempat tinggal saya, tradisi maleman dilakukan secara individual. Tak ada ritual membawa makanan ke masjid atau musala terdekat untuk didoakan bersama. Orang-orang yang mau selamatan akan membagikan makanan ke tetangga sekitar dari rumah ke rumah.

Terkadang acara ater-ater ini juga jadi berkah tersendiri bagi anak-anak kecil. Biasanya pemilik hajat yang nggak sanggup ater-ater sendiri dan kebetulan nggak ada anak kecil di rumahnya akan minta tolong ke anak tetangga atau saudara yang terdekat. Sebab orang yang dihantari lumayan banyak, kerap lebih dari 50 orang.

Sebagai imbalan, tak jarang anak-anak ini mendapat uang saku. Walau begitu, nggak semua orang melakukan hal yang sama. Namun tetap saja rasanya menyenangkan ketika mereka mendapat uang saku.

Momen yang menggembirakan terutama untuk anak-anak

Selain mendapat imbalan seusai ater-ater tadi, tradisi maleman di Malang memang terasa istimewa bagi anak-anak. Bisa dibilang maleman adalah hajat selamatan paling besar di tempat tinggal saya. Sebab dibandingkan dengan di pedesaan, orang-orang di kota memang jarang banget dapat nasi berkat. Sedangkan di momen maleman itu berkat datang silih berganti nyaris setiap hari.

Namanya juga anak-anak, pemberian apa pun terkesan lebih menyenangkan. Entah bagaimana, sensasi makan nasi berkat rasanya lebih nikmat. Padahal lauk-pauknya bukanlah makanan yang asing.

Baca Juga:

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

Biasanya orang-orang cenderung mengambil malam ganjil untuk menggelar tradisi maleman. Jadi, berkat yang didapat bisa begitu menumpuk. Cukup untuk membuat penerimanya berhemat. Ibu saya contohnya, beliau nyaris nggak pernah masak saat musim maleman. Bahkan menanak nasi pun nggak.

Dilema makanan yang menumpuk dalam waktu bersamaan

Sebenarnya makanan yang terlalu menumpuk akibat tradisi maleman ini juga menimbulkan keresahan tersendiri. Bayangin saja, sehari bisa menumpuk lebih dari lima nasi kotak kalau jadwal selamatan orang-orang tempuk. Kalau yang diberi punya banyak anggota keluarga sih nggak masalah, ada pasukan buat menghabiskannya.

Lha, kalau serumah isinya cuma dua orang gimana? Mau dibagiin lagi ke tetangga yang lain juga belum tentu bisa. Sebab mereka juga sudah dapat makanan yang sama, atau bisa jadi sedang struggle dengan masalah yang sama.

Kondisi ini bisa berlangsung berhari-hari, lho. Nggak jarang orang-orang kebosanan lantaran harus menyantap nasi berkat terus-terusan. Dari yang awalnya senang, lama-lama antusiasmenya turun. Mau masak sendiri atau berburu takjil di bazaar Ramadan, kok ya rasanya sayang. Kasihan nanti berkatnya nggak kemakan.

Makanya saat Lebaran tiba, saya malah pengin makan masakan rumahan yang simpel. Maunya sayur yang seger-seger saja, nggak mau lagi makan ayam atau daging. Apalagi nggak ada budaya kumpul keluarga besar untuk makan bersama di rumah saya. Sebab kami keluarga perantau yang kerap mudik di hari-hari awal Lebaran.

Nasib makanan yang telanjur menumpuk

Ketika sudah benar-benar nggak sanggup menghabiskan berkat dari tradisi maleman yang menumpuk, terpaksa sekali ada makanan yang mubazir. Tentu sangat miris ketika melihat makanan ini terbuang sia-sia. Jadi, untuk mengantisipasi hal ini biasanya bakalan muncul pembuat karak dadakan.

Orang-orang ini menjadi stasiun terakhir bagi nasi-nasi yang nggak termakan dari tetangga sekitarnya. Nasi yang terkumpul akan dijemur untuk dijadikan karak. Bisa dipakai sendiri untuk pakan ayam atau dijual. Keberadaan pembuat karak dadakan ini seolah menjadi angin segar bagi para tetangganya.

Masih lebih baik kan daripada membiarkan nasi-nasi ini menumpuk di tempat sampah?

Penulis: Erma Kumala Dewi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Kota Malang Hari Ini: Problem Keamacetan dan Tamu-tamu Peradaban.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 18 April 2023 oleh

Tags: Malangnasi berkatanselamatantradisi
Erma Kumala Dewi

Erma Kumala Dewi

Penggemar berat film kartun walaupun sudah berumur. Suka kulineran dan kekunoan.

ArtikelTerkait

Mustahil Hidup Tentram di Lingkungan Pecinta Sound Horeg Banyuwangi (Pexels)

Mereka yang Menemukan Cinta dan Keindahan dalam Gelegar Sound Horeg

27 April 2025
Culture Shock Arek Malang Saat Menikah dengan Orang Kertosono Nganjuk

Culture Shock Arek Malang Saat Menikah dengan Orang Kertosono Nganjuk

27 Juni 2025
Smart Gate System Universitas Negeri Malang (UM) Merepotkan! (Unsplash)

Smart Gate System (SGS) di Universitas Negeri Malang (UM), Kebijakan Baru dengan Rasa Lawas: Tetap Mendadak dan Merepotkan!

7 April 2025
4 Kuliner yang Lumrah Saya Jumpai di Malang tapi Tidak di Magetan

4 Kuliner yang Lumrah Saya Jumpai di Malang tapi Tidak di Magetan

20 November 2025
kopi malang

Selamat Datang di Malang, Kota Sejuta Kedai Kopi

31 Juli 2019
Malang Tak Perlu Meniru Jogja yang (Katanya) Istimewa Lebih "Menyala" biaya hidup di malang

Malang Tak Perlu Meniru Jogja yang (Katanya) Istimewa karena Lebih “Menyala”

14 Juli 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.