Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Hidup Tidak Adil, Buktinya Yang Menyontek Selalu Lebih Bagus Nilainya dari yang Dicontek

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
20 November 2019
A A
Hidup Tidak Adil, Buktinya Yang Menyontek Selalu Lebih Bagus Nilainya dari yang Dicontek

https://unsplash.com/photos/hgFY1mZY-Y0

Share on FacebookShare on Twitter

Selama proses belajar di sekolah hingga bangku perkuliahan, dari siswa sampai dengan mahasiswa, kita semua tidak akan pernah lepas dari istilah ulangan, ujian—baik ulangan harian, kuis, UTS, UAS—dan lain sebagainya dengan istilah serupa. Metode belajar pun beragam, ada yang belajar sendiri di kamar, berdiskusi dengan teman yang lain, bahkan ada yang belajar sambil mendengarkan musik.

Namun, pada realitanya, metode belajar yang paling banyak dilakukan oleh para pelajar adalah metode SKS (Sistem Kebut Semalam). Besok ujian, malam ini baru mulai belajar. Bahkan saya memiliki banyak teman kuliah yang baru belajar beberapa jam sebelum ujian dimulai. Memang, banyak yang beranggapan, untuk apa belajar dari jauh-jauh hari jika mendekati tanggal ujian atau ketika ujian apa yang sudah dipelajari malah lupa sama sekali.

Di sisi lain juga bisa dipahami, karena di negara +62 ini sistem belajar masih mengedepankan menghafal dibanding memahami pelajaran atau mata kuliah. Buktinya, apa yang dipelajari lekas terlupakan seiring berakhirnya ujian. Maka tak heran tujuan utama adalah mendapatkan nilai yang tinggi, bukan paham atau tidaknya sesuatu yang dipelajari, juga bagaimana hal yang didapat bisa diaplikasikan di kehidupan sehari-hari.

Apa pun metode yang dilakukan, paling tidak seseorang masih mau belajar sebelum ujian berlangsung. Tidak seperti beberapa teman saya ketika kuliah yang seakan sudah memastikan diri akan menyontek sewaktu ujian—entah bertanya pada teman di dekatnya atau menyiapkan contekan yang sudah dirangkum sebelumnya. Agak mengherankan sebetulnya, karena ketika mereka merangkum contekan di secarik kertas atau hape, secara tidak langsung mereka harus mempelajari terlebih dahulu materinya. Jika memang malas belajar, kenapa tidak membaca saja? Paling tidak lebih baik dibanding membuat contekan.

Saya memang bukan siswa yang pintar selama sekolah, tapi tetap saja rasanya jengkel dan mangkel ketika ada teman yang bertanya jawaban saat ujian. Jika soalnya pilihan ganda, mungkin bisa dengan mudah saya beritahu dengan menggunakan jari sebagai kode. Satu jari untuk jawaban A, dua jari untuk jawaban B, dan seterusnya. Jujur saja, beberapa kali saya berbohong dalam memberikan jawaban. Akan repot jika memberi tahu jawaban dalam bentuk esai, apalagi jawaban dibuat sama persis. Ketika diperiksa oleh guru tak jarang akan jadi bahan pertanyaan, siapa menyontek, siapa dicontek.

Sebab, orang yang sama sekali tidak belajar akan langsung menuliskan jawaban tanpa mau mengubah sedikit pun jawaban yang dilihat. Pikir mereka, yang paling penting soal terjawab semua.

Hal lain yang membuat saya mangkel dan tidak suka dengan perilaku menyontek adalah, seringkali yang dicontek akan mendapat nilai lebih kecil dibanding yang menyontek. Meski nilai bukan menjadi hal utama dalam proses belajar-mengajar, tetap tidak bisa dipungkiri terkadang nilai yang baik menjadi tolok ukur sejauh mana seseorang memahami materi atau bisa juga menjadi hiburan bagi mereka yang sudah bersungguh-sungguh dalam belajar. Karena di Indonesia, sudah menjadi rahasia umum nilai yang didapat selama belajar menjadi salah satu syarat bagi seseorang dalam berbagai hal—tes masuk PTN, bekerja di suatu perusahaan, atau dalam mengikuti tes CPNS.

Rasanya tidak berlebihan jika yang dicontek kemudian misuh, apalagi yang menyontek mendapatkan nilai yang lebih tinggi, apa nggak mangkel?

Baca Juga:

Siasat Menaklukan TOEFL: Tidak Hanya Jago Bahasa Inggris, Strategi Tes Juga Diperlukan

Duka Siswa Eligible di Masa Pendaftaran Kuliah: Dilarang Daftar Kampus Prestisius oleh Guru yang Narsis dan Sok Tahu

Entah kenapa bisa demikian. Bisa jadi karena keberuntungan atau memang yang menyontek sebelumnya juga sudah belajar. Hanya saja, tinggal melengkapi jawaban yang lupa atau tidak tahu sama sekali—kemudian agar lengkap dan lebih sempurna, soal yang belum terisi tinggal ditanyakan atau melihat jawaban orang lain. Apa pun dalih dan caranya, hal tersebut tetap saja menjengkelkan. Dan tentu saja, termasuk hal curang.

Sebagai seorang recruiter dan terbiasa memberikan psikotes kepada calon karyawan, sudah beberapa kali saya melihat para kandidat menyontek satu sama lain. Rasanya aneh saja, memangnya mereka mau kalau penilaian terhadap tingkat kecerdasan juga kepribadian mereka dibagi atau tertukar dengan orang lain? Lagipula, apa susahnya sih mengerjakan ujian—termasuk psikotes—sendiri? Bukannya mau sok pintar, tapi saya pribadi lebih nyaman mengerjakan soal ujian dengan jerih payah sendiri. Ada kepuasaan ketika mendapatkan nilai melebihi ekspektasi.

Dan saat ini, saya harus memaafkan diri sendiri yang sewaktu sekolah—khususnya selama SMA—seringkali menyontek PR (Pekerjaan Rumah) kepunyaan teman. Menjadikannya sebagai salah satu kenakalan ketika belajar dan tidak ingin diulangi kembali.

BACA JUGA Tenang, Tak Perlu Insecure Terhadap Pencapaian Seseorang di Usia 27 Tahun atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 20 November 2019 oleh

Tags: curangmenyontekujian
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

soal ppkn njelimet panjang cara menjawab ujian mojok

Cara Efektif Menjawab Soal PPKn yang Panjang dan Njelimet Itu

27 September 2020
Siasat Menaklukan TOEFL, Hal-hal Teknis Juga Perlu Diperhatikan Mojok.co

Siasat Menaklukan TOEFL: Tidak Hanya Jago Bahasa Inggris, Strategi Tes Juga Diperlukan

3 Agustus 2024
Guru-guru Itu Tahu kalau Siswanya Menyontek, Udah Nggak Usah Pura-pura Polos Gitu

Guru-guru Itu Tahu kalau Siswanya Menyontek, Udah Nggak Usah Pura-pura Polos Gitu

4 Oktober 2021
Plis Deh, Nggak Perlu Bacain Ulang Makalahnya Saat Presentasi

Kata Siapa Presentasi Itu Lebih Gampang Dibanding Ujian?

7 September 2020
soal bahasa panda kunci jawaban cara menjawab utbk sbmptn 2020 mojok.co

Cara Mudah Memecahkan Soal Bahasa Panda UTBK 2020

15 Juli 2020
Tidak Belajar tapi Bisa Mengerjakan, Memangnya Bisa?

Tidak Belajar tapi Bisa Mengerjakan, Memangnya Bisa?

17 Januari 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.