Pernah nunggu bus di halte Transjakarta ini nggak? Gimana rasanya?
Di Jakarta, ada banyak transportasi umum yang bisa dipakai dan lumayan (bisa) diandalkan. Sebut saja mulai dari KRL, transportasi online seperti Gojek dan Grab, angkot JakLingko, bajaj, hingga Transjakarta.
Sebagai pengguna Transjakarta, sejujurnya dari dalam lubuk hati yang paling dalam saya sangat berterima kasih. Sebab, berkat Transjakarta, saya jadi bisa pergi ke mana-mana dengan biaya yang terjangkau. Tapi, mohon maaf banget nih, lantaran sering menggunakan moda transportasi satu ini, saya jadi hafal halte Transjakarta mana saja yang bikin saya dan mungkin juga penumpang lainnya merasa resah.
Kalau kalian baru akan mulai menjelajahi Jakarta, saya sangat menyarankan kalian buat naik Transjakarta. Tapi, hati-hati dengan beberapa halte yang saya sebutkan di bawah ini, ya. Sebab, pada jam-jam sibuk, kondisi di halte cukup engap dan bikin stres penumpang yang menunggu di sana!
#1 Halte Gatot Subroto Jamsostek
Kalau KRL punya Stasiun Manggarai yang bikin gila, Transjakarta juga punya halte yang bikin penumpangnya stres, yakni halte Gatot Subroto Jamsostek. Serius deh, pada jam-jam sibuk, menunggu bus di halte satu ini bak sedang simulasi apocalypse.
Sedikit gambaran soal halte Gatot Subroto Jamsostek, saat rush hour, situasi di sini padat, panas, dan jam tunggu bus yang cukup lama memperparah kondisi di dalam halte. Biasanya saat bus tiba di halte ini, kondisi bus sudah penuh, penumpang yang sudah menunggu lama di halte jadi makin banyak karena halte ini juga menjadi halte transit untuk Transjakarta jurusan Manggarai, Pinang Ranti, Ragunan, dan Ciledug.
Padahal dengan tujuan transit yang sebanyak itu, halte Gatot Subroto Jamsostek tuh nggak luas-luas banget. Bentuknya memanjang dengan ketersediaan gerbang pintu hanya tiga. Kebayang kan gimana engapnya situasi di jam sibuk pagi, sore, dan malam hari? Penumpang menumpuk jadi satu, berebut oksigen di antara polusi kendaraan dan tentu saja bau ketek dan keringat. Hiiiy~
#2 Halte S. Parman Podomoro City
Halte Transjakarta yang bikin resah penumpang lainnya adalah halte S. Parman Podomoro City. Bentuk halte satu ini persis halte Gatot Subroto Jamsostek. Haltenya memanjang dengan ketersediaan pintu gerang hanya tiga.
Pengalaman saya—dan mungkin penumpang lain—di sini nggak kalah buruk. Saya pernah stuck antre untuk masuk halte dari tangga jembatan penyeberangan, lho, saking banyaknya penumpang yang menumpuk di dalam halte. Padahal itu belum antre nunggu bus, baru mau masuk halte, Gaes!
Jika Jakarta diguyur hujan, keadaan bakal makin kacau. Sudah jalanan macet, busnya penuh, haltenya penuh, mau masuk ke halte pun antre dulu. Bener-bener mimpi buruk, sih.
#3 Halte Monas
Halte Monas yang ada di kawasan strategis juga nggak kalah bikin engap. Halte satu ini memang nggak sekecil dua halte Transjakarta yang saya sebut sebelumnya, tapi karena ini adalah halte transit, penumpang yang ada di sini nggak pernah sepi.
Di halte Monas ini gerbang yang terbuka cuma ada tiga. Rasanya kalau menunggu bus di sini nggak cuma merasakan engap dan panas, tapi juga was-was lantaran banyak pencopet yang berbaur dengan para penumpang dan lihai beraksi. Pokoknya jaga barang bawaan masing-masing, deh.
#4 Halte Departemen Kesehatan
Terletak di kawasan Kuningan, di antara pusat bisnis ibu kota, halte Departemen Kesehatan sudah nggak bisa saya deskripsikan dengan kata-kata. Seorang teman bahkan pernah memberikan testimoninya saat pertama kali melihat dan turun di halte ini. “Jelek bener ni halte,” begitu katanya. Tapi gimana ya, memang bener gitu, sih.
Halte Transjakarta satu ini kecil, padahal penumpang yang naik turun di sini cukup banyak. Bentuknya nggak karuan, jadi kelihatan timpang sekali dengan gedung-gedung tinggi di Kuningan yang megah itu.
Sebenarnya masih ada banyak halte Transjakarta yang bikin penumpang engap, senewen, dan nggak habis pikir karena nggak nyaman sama sekali. Kabarnya, Transjakarta memang akan melakukan revitalisasi halte yang ada, mungkin juga termasuk halte-halte yang saya sebutkan di atas.
Sebagai penumpang setia Transjakarta, saya benar-benar berharap bisa mendapatkan halte yang layak. Bukan cuma buat saya lho, tapi juga untuk penumpang dengan disabilitas, anak kecil, ibu hamil, hingga lansia. Ini bukan cuma soal estetika, tapi juga halte yang nyaman dan aman. Sebab, percuma banget kalau haltenya estetik, tapi penumpangnya nggak merasa nyaman.
Penulis: Atik Soraya
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Tap Out, Kebijakan Baru Transjakarta yang Menjengkelkan.