Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

Saya Orang Lamongan, dan Saya Tetap Makan Lele

Oktavia Ria Vungky V. oleh Oktavia Ria Vungky V.
4 Desember 2022
A A
Saya Orang Lamongan, dan Saya Tetap Makan Lele

Pecel lele (Faris Fitrianto via Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Makan ikan lele adalah perkara sederhana. Tapi akan menjadi pelik, apabila kamu bagian dari wong LA alias Lamongan Asli. Sejak lama memang dipercaya, bahwa pantang bagi orang Lamongan untuk makan ikan lele. Pun dengan keluarga dari trah Ayahku, yang masih memegang erat kepercayaan tersebut.

Mbah Uti, Ayah, dan ketiga saudara perempuannya, tidak pernah merasakan lele. Tapi tidak dengan Mbah Kung, yang memang bukan wong Lamongan asli. Beliau berasal dari Solo, sehingga mungkin, tidak merasa punya ikatan untuk mengikuti tradisi anti mamam lele garis keras. Bisa juga karena beliau berpikir ngapain menjadi golongan orang-orang merugi, yang seumur hidupnya ga pernah ngerasain gurihnya ikan lele? Entahlah. Tapi yang jelas, untuk perkara makan lele, mereka tampak seperti keluarga beda “agama”.

Bak nabi yang mendapatkan umat, Mbah Uti mungkin boleh berbangga diri karena berhasil mendoktrin keempat anaknya untuk tidak makan lele. Lele seakan setara dengan mirasantika atau babi saus kurma yang patut dijauhi. Mbah Uti tampaknya tak puas hanya dengan 4 pengikut, beliau mencoba berekspansi.

Sasarannya adalah menantu perempuan satu-satunya, yang tak lain dan tak bukan adalah Ibuku. Setelah menikah dengan Ayah, Ibu selalu diwanti-wanti Mbah Uti agar tidak makan lele, mengingat Ibu juga bagian dari wong Lamongan asli. Tapi emang dasar Ibu—sedikit manis, banyak rebelnya—beliau  justru makan ikan yang dilarang oleh mertuanya. Sebenarnya, sebelum menikah dengan Ayah, Ibu tidak pernah makan lele, entah karena pilihan atau karena kondisi.

Baru-baru ini Ibu mengaku bahwa peristiwa yang ku saksikan beberapa tahun lalu, adalah debutnya makan ikan “haram lokalan” tersebut. Kejadiannya tahun 2003. Ketika perut ibuku menggembung karena hamil adik pertamaku yang lahir pada bulan Juni di tahun yang sama. Ibu pulang kampung beberapa hari ke rumah orang tuanya.

Di satu kesempatan, aku pergi ke dapur dan mendapati ibu makan dengan lahap ikan yang dipenyet di atas cobek bersambal. Seketika aku bertanya, “Ikan apa iki, Bu?” tanyaku. “Lele,” jawab ibu. Katanya, beliau lagi ngidam makan lele.

Didorong oleh rasa penasaran, aku pun ikut mencicipi lele untuk pertama kalinya. Hmmm, kalau ada istilah love at first sight, maka perkenalanku dengan lele bisa disebut love at first bite. Sejak saat itu aku mengabdikan diri menjadi penyembah lele. Setelah kejadian tersebut, aku semakin sering minta ibu masak ikan lele.

Awalnya, ibu “gerilya” mengolah ikan tersebut, karena tak enak hati melanggar titah sang mertua. Tapi, lama-lama, ya sudahlah. Setelah ketahuan, ibu pun mengaku bahwa beliau dan aku adalah pemakan lele.

Baca Juga:

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

Mbah Uti sedikit murka. Katanya kurang lebih begini, “Kok nggak menghargai laki-laki, suamimu itu nggak makan lele. Kok kamu makan? Perempuan itu harus nurut sama suami.”

Ibu menjawab dengan tenang, “Kalau perempuan harus nurut suami, berarti Ibu harusnya makan lele, kan selama ini Bapak makan.”

Seketika Mbah Uti berseloroh, “Eeeeh jadi anak kok ngebantah aja!”

Sampai saat ini pun, aku, ibu, juga kedua adikku tetap makan lele. Jangan tanya bagaimana Ayah. Kami masih beda “agama”. Tapi kami saling menghargai pilihan masing-masing, termasuk menjadi bagian dari anti lele-lele club atau sebaliknya. Dan kalau sekarang ditanya soal mafa-mifa, aku akan tetap menjawab “apa pun minumannya, makannya tetep ikan lele”. Aku memang cukup konsisten kalau soal makanan.

Percaya atau tidak, ketika SMA, selama kurang lebih dua tahun, setiap sarapan ke kantin, menu yang kupesan hampir selalu pecel lele. Mungkin absen hanya ketika lele lagi out of stock di kantin langgananku. Kalau sudah begitu, Bu Kantin akan dengan sigap menginformasikan, bahkan sebelum aku bilang menu makanan apa yang ingin ku pesan. Entah sudah hafal karena yang kupesan itu-itu saja, atau karena beliau memang berbakat menjadi cenayang yang paham apa yang ingin ku kunyah.

Lambat laun aku menyadari sesuatu. Ada kesamaan antara pasangan dan makanan. Bagiku, ketika sudah cocok—makanan dengan lidahku, pasangan dengan hatiku, maka aku akan bersedia untuk bersetia. Menu makanan yang sama untuk ku makan berkali kali, dan pasangan untuk kucintai setiap hari. Keduanya memang membuatku sulit “berpindah” ke rasa dan cinta lainnya.

Penulis: Oktavia Ria Vungky V.
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Penyebab Orang Lamongan Pantang Makan Lele meskipun Jualan Pecel Lele

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 4 Desember 2022 oleh

Tags: lamonganmakan lelePantangan
Oktavia Ria Vungky V.

Oktavia Ria Vungky V.

ArtikelTerkait

Sudah Saatnya Pusat Kabupaten Lamongan Dipindah, dan Babat Adalah Opsi Paling Masuk Akal

Sudah Saatnya Pusat Kabupaten Lamongan Dipindah, dan Babat Adalah Opsi Paling Masuk Akal

3 November 2025
Menunggu Solusi dari Bupati Lamongan Atas Harga Ikan yang (Masih) Nggak Masuk Akal

Menunggu Solusi dari Bupati Lamongan Atas Harga Ikan yang (Masih) Nggak Masuk Akal

1 Juli 2024
Tahu Campur, Kuliner Nikmat Asal Lamongan yang Kalah Tenar dari Soto Terminal Mojok

Tahu Campur, Kuliner Nikmat Asal Lamongan yang Kalah Tenar dari Soto

15 Oktober 2022
Pantas Saja Warga Kediri Banyak yang Jomblo, Pantangan Pernikahannya Banyak dan Bikin Ribet!

Pantas Saja Warga Kediri Banyak yang Jomblo, Pantangan Pernikahannya Banyak dan Bikin Ribet!

22 Februari 2024
WBL Katanya Wisata Andalan Lamongan, kok Jalannya Berlubang?

WBL Katanya Wisata Andalan Lamongan, kok Jalannya Berlubang?

5 September 2025
Alas Dawar Blandong, Jalur Alternatif Lamongan-Gresik-Mojokerto yang Penuh Malapetaka, Nggak Cocok untuk Pengendara Pemula Mojok.co

Alas Dawar Blandong, Jalur Alternatif Lamongan-Gresik-Mojokerto yang Penuh Malapetaka, Nggak Cocok untuk Pengendara Pemula

12 Oktober 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025
Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.