Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Bahasa Indonesia, Mata Pelajaran yang Jadi Musuh para Siswa

Aida Kurniadi oleh Aida Kurniadi
11 November 2022
A A
Bahasa Indonesia, Mata Pelajaran yang Jadi Musuh para Siswa Terminal Mojok

Bahasa Indonesia, Mata Pelajaran yang Jadi Musuh para Siswa (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

“Kok mau sih masuk Sastra Indonesia? Kan pelajaran Bahasa Indonesia waktu SMA nggak asyik. Susah lagi!”

Sebagai mahasiswa Sastra Indonesia, saya sudah nggak heran dengan pertanyaan itu. Sejujurnya, saya pun tak bisa menentang. Salah satu alasan saya masuk Sastra Indonesia ya karena saya mengambil jurusan Bahasa di SMA, jurusan yang jarang sekali bisa ditemukan di tiap daerah. Nah, di sinilah saya bertemu dengan pelajaran Sastra Indonesia.

Sewaktu SMA dulu, saya juga mendapat Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran wajib dan saya setuju kalau mata pelajaran ini memang susah. Kebetulan semester ini saya dapat mata kuliah yang membahas pengajaran Bahasa Indonesia, khususnya tingkat SMA. Sebenarnya, apa sih yang membuat Bahasa Indonesia dimusuhi kebanyakan siswa sekolah?

Soalnya panjang!

Dari sekian banyak alasan, ini yang paling sering saya dengar kalau lagi membicarakan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Biasanya berupa kutipan novel atau artikel. Masalahnya, beberapa kali terjadi kesalahpahaman analisis kutipan novel. Misalnya, siswa diminta menganalisis sifat tokoh yang di kutipan itu jelas hanya sebagian gambaran dari keseluruhan cerita di novel. Beberapa soal akhirnya nggak sesuai dengan isi novel sepenuhnya. Analisis sifat orang saja nggak bisa secepat itu, tak terkecuali tokoh yang sifatnya sudah ditentukan sama penulis, kan?

Pokoknya Bahasa Indonesia bak musuh abadi bagi setiap siswa, apalagi kalau lagi ujian semester. Waktu ujian terbatas, tapi siswa harus bisa menganalisis teks yang panjangnya bisa mencapai empat paragraf! Melihatnya saja sudah bikin pusing. Apalagi kalau ingat total soalnya sampai lima puluh. Itu belum ditambah bagian esai, lho.

Mencari ide pokok yang bikin kapok

Mencari ide pokok adalah satu materi pelajaran Bahasa Indonesia yang nggak diharapkan muncul tapi malah jadi senjata andalan soal ujian. Paragrafnya satu sih, tapi isinya bisa enam kalimat!

Yang paling menyebalkan dari mencari ide pokok paragraf adalah posisinya yang bisa di mana saja. Di awal (induktif), di akhir (deduktif), dan bisa juga campuran (induktif-deduktif). Padahal jawabannya sudah di depan mata, tapi karena terlalu fleksibel kadang-kadang bikin siswa jadi overthinking.

“Kayaknya induktif, deh. Eh, apa campuran, ya?” Yang tadinya sudah bener akhirnya malah jadi salah.

Baca Juga:

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Menjamurnya Bimbel Bukan karena Pendidikan Kita Ampas, tapi karena Mengajar di Bimbel Memang Lebih Mudah

Analisis berdasarkan opini, jadi harus mengikuti opini yang membuat soal

“Memangnya kita ini cenayang?”

Ini kayaknya sudah jadi pendapat umum di kalangan siswa. Bahasa Indonesia mengajak kita untuk tahu perspektif tentang materi dan teori yang disajikan. Namun, tak jarang siswa malah merasa kalau opini mereka dikekang atau bahkan ditolak.

Sebenarnya ini kembali lagi dengan pemahaman masing-masing individu. Umumnya, kasus utama dari permasalahan ini adalah siswa tersebut memang belum memahami materi sepenuhnya. Meski begitu, sering juga ditemukan soal-soal Bahasa Indonesia yang terlalu subjektif. Soal seperti ini bisa ditemukan di latihan atau ulangan harian yang dibuat langsung oleh guru.

Itulah pendapat umum para siswa mengenai mata pelajaran Bahasa Indonesia yang kerap mereka hindari. Meski begitu, kenyataannya hasil dari pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah sangat membantu saya selama menempuh perkuliahan yang dipenuhi dengan esai dan karya tulis ilmiah ini. Soal yang panjang melatih saya berpikir kritis. Ide pokok mengasah saya merangkai paragraf. Begitu juga soal opini yang melatih saya untuk memahami jalan pikiran orang lain. Ehe.

Bahasa Indonesia yang merupakan mata pelajaran penting memang sering bikin misuh-misuh. Tapi, ada saatnya ia tak menjadi musuh karena musuh sejati para siswa adalah Matematika!

Penulis: Aida Kurniadi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Rasa Sesal yang Dulu Saya Rasakan ketika Kuliah Bahasa Indonesia di Universitas Indonesia.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 11 November 2022 oleh

Tags: bahasa indonesiaMata PelajaranSekolahSiswa
Aida Kurniadi

Aida Kurniadi

Manusia kebanyakan hobi.

ArtikelTerkait

bullying perundungan sekolah mojok

Bullying Masih Subur karena Sekolah Lebih Fokus Ngurusin Rambut dan Kaos Kaki

8 Oktober 2022
Masih Ada Sekolah Favorit dan Orang Tua Pindah KK Anak, Sistem Zonasi Gagal Total!

Karut Marut Sistem PPDB: Regulasi Zonasi yang Malah Menyayat Hati

17 Juli 2023
Ekskul KIR Sepi Peminat padahal Jadi Modal Siswa Masuk Kuliah

Ekskul KIR Sepi Peminat padahal Jadi Modal Siswa Masuk Kuliah

4 Februari 2024
Larangan Membawa Hape ke Sekolah, Masihkah Relevan?

Larangan Membawa Hape ke Sekolah, Masihkah Relevan?

21 Juli 2022
6 Istilah Menempel dalam Bahasa Jawa, Mulai dari Nemplek hingga Rengket. Beda Konteks Beda Penggunaan Mojok.co

6 Istilah dari Kata “Menempel” dalam Bahasa Jawa, Mulai dari Nemplek hingga Rengket. Beda Konteks Beda Penggunaan

3 April 2024
Nestapa Guru Bahasa Indonesia: Disepelekan Saat Masih Kuliah, Tanggung Beban Berat Saat Bekerja

Nestapa Guru Bahasa Indonesia: Disepelekan Saat Masih Kuliah, Tanggung Beban Berat Saat Bekerja

27 Agustus 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba! (Pixabay)

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba!

18 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025
Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

17 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.