Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Dear Moms, Berhentilah Menjadikan Bekal Anak Sekolah Ajang Pamer Kotak Makan dan Isinya

Dini N. Rizeki oleh Dini N. Rizeki
7 Oktober 2022
A A
Dear Moms, Berhentilah Menjadikan Bekal Anak Sekolah Ajang Pamer Kotak Makan Terminal Mojok

Dear Moms, Berhentilah Menjadikan Bekal Anak Sekolah Ajang Pamer Kotak Makan (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Adakah di antara kalian yang masih membawa bekal ke sekolah, kampus, atau ke kantor? Atau adakah di antara kalian yang saat ini sudah berperan sebagai sosok pembuat bekal untuk semua anggota keluarga di rumah?

Yah, sebenarnya tradisi membawa bekal, terutama bekal anak sekolah, ini sudah ada sejak lama sekali. Sebagai salah satu orang yang juga memegang peranan jadi pembuat bekal di rumah, saya cukup yakin tren ini akan terus ada.

Lantas, kenapa akhir-akhir ini rasanya tradisi membawakan bekal untuk anak sekolah menjadi sangat bergengsi? Kita coba bahas pelan-pelan, yuk! Kita mulai dari cerita pribadi saya. Disclaimer, untuk selanjutnya, sesuai dengan tren yang ada, bekal anak sekolah ini akan kita sebut dengan bento.

Saya sebagai penikmat bento

Judul subheading ini sebenarnya kurang tepat, sih. Di era saya sekolah, tentu saja nggak ada yang mengenal konsep bento. Kami tahunya ya bekal. Biasanya, bekal atau bento ini diberikan untuk anak sekolah dengan isi atau lauk yang beragam. Kalau kalian pikir, keributan mengenai ajang pamer isi bekal anak sekolah baru terjadi sekarang, kalian salah. 

Pamer isi bento untuk anak sekolah sudah terjadi sejak puluhan tahun lalu. Para ibu berlomba untuk mengisi kotak makan anaknya dengan makanan terbaik, bila perlu termahal. Saya adalah anak yang kurang peduli dengan hal itu, begitu juga ibu saya. Kami berprinsip apa pun isinya, yang penting bisa bikin kenyang. Kotak makan saya paling sering diisi dengan roti panggang yang diolesi mentega dengan tambahan telur mata sapi yang bertaburan banyak merica. 

Percaya atau nggak, saya membawa bekal roti ini sampai saya sudah ngantor.  Saya nggak pernah malu masih membawa kotak makan setiap hari. Bukan karena faktor keuangan juga, kalau pas kepengin, ya tentu saja saya masih membeli makan siang, tapi tetap membawa bekal. 

Saya sebagai pembuat bento

Saat akhirnya punya anak yang sudah masuk sekolah, otomatis naluri ingin memberikan bento ini muncul. Mungkin, ajaran dari ibu saya yang akhirnya mengajarkan saya bahwa isi kotak makan nggak harus selalu mewah. 

Anak saya sudah duduk di bangku SMP dan karena mereka sekolah full day, tentu saja kotak makan itu masih harus ada isinya sampai saat ini. Di bangku SD dan SMP, perbedaan isi kotak makan antara satu anak dengan yang lainnya sebenarnya sudah nggak terlalu berpengaruh lagi. Kenapa?

Baca Juga:

Dear HokBen, Nasi Pulenmu Itu Ditakdirkan buat Dimakan Langsung, Bukan Dijadikan Nasi Goreng

5 Kebiasaan Feodal di Sekolah yang Tidak Disadari dan Harus Segera Dibasmi

Pertama, ibu-ibu sudah jarang bertemu. Di usia sekolah SD ke atas, para ibu biasanya hanya mengantar dan menjemput anaknya. Percaya deh, faktor berkumpulnya ibu-ibu ini berpengaruh sekali pada rasa gengsi dalam kotak bekal anak sekolah. 

Saat anak-anak sekolah playgroup atau TK, mayoritas ibu-ibu ini akan berkumpul menunggui anaknya, dan anak menyuapi anaknya di momen istirahat sekolah. Di sinilah awal bencana isi kotak makan dimulai. Sebagian ibu yang rese dan nyinyir tentu akan saling mengomentari isi kotak makan. 

Saya yang berprinsip “isi kotak makan harus bikin kenyang dan yang pasti dimakan oleh anak”, tentu sudah sangat sering jadi korbannya. Kotak makan anak saya nggak terlalu fancy, nggak ada tuh yang namanya tusuk bento berbagai bentuk, alas kertas roti warna-warni, apalagi kotak makan dengan harga ratusan ribu sampai jutaan. Paling pol ya Tupperware. Lebih seringnya ya kotak makan jenis apa pun yang penting aman. Bahkan sering juga pakai kotak makan hadiah dari produk.

Isi bekal anak sekolah pun ya sederhana. Apa yang bisa saya masak dan apa yang anak saya doyan, itu menunya. Kalau kamu pikir, anak yang suka dengan tusukan bento adalah hal yang berharga, itu kurang tepat. Anak yang menghabiskan makanan yang dibawakan oleh ibunya lah yang berharga. 

Nyinyiran dari ibu-ibu lain ini akan sangat berpengaruh kalau mentalmu nggak kuat. Akhirnya jadi saling berlomba-lomba mengisi kotak makan dengan makanan yang mahal atau branded, padahal belum tentu anaknya doyan. 

Kedua, di bangku SD ke atas, anak-anaknya pun sudah nggak ingin kotak makan fancy. Ada cerita di Twitter dari akun @MrsEuscha yang bilang kalau anaknya nggak terlalu suka dengan tusukan bento yang lucu-lucu, atau catatan kecil yang disematkannya dalam kotak makan. 

Sekali lagi, hal ini masih akan terlihat oke bila anak tersebut duduk di bangku TK, atau setidaknya di kelas 1 atau 2 SD. Selanjutnya? Nope. Kenapa? 

Anak akan belajar mengenai prioritas. Mereka akan semakin paham bahwa yang namanya kotak makan isinya adalah makanan untuk dimakan, bukan tusukan hiasan untuk dilihat-lihat, tapi nggak bisa dinikmati. Lalu, seiring usia, anak akan mempunyai rasa malu—yang nggak bisa dicegah—sehingga beberapa dari mereka akan merasa malu jika kotak makannya berisi hal macam-macam, selain makanan. Terutama anak cowok.

Lagi pula kepribadian anak nggak sama antara satu dengan yang lainnya. Contohnya, anak sulung saya bisa bersikap biasa saja kalau saya kasih kotak makan atau alat makan yang unyu-unyu, tapi adiknya (sama-sama cowok) akan protes keras. 

Saya pernah membaca cerita mengenai seorang anak yang selalu mendapatkan “pesan cinta” dari ibunya di kotak makan setiap hari mulai dia kecil sampai sudah dewasa dan jadi karyawan kantoran. Hal ini tentunya terlihat manis sekali, tapi sayangnya nggak bisa berlaku bagi semua orang. Saya sendiri merasa nggak bisa melakukannya dengan berbagai alasan, dan rasanya mungkin anak saya juga kurang bisa menerimanya.

Jadi, inti dari tulisan yang panjang ini adalah: Wahai para ibu, berhentilah saling berlomba membawakan bekal anak sekolah yang kurang berfaedah. Paling nggak sesuaikanlah isinya dengan kondisi dompet. Jangan bandingkan kotak makan anakmu dengan milik Xabiru dan adiknya. 

Bento bukanlah tentang tampilan kotak makan atau alat makannya, melainkan rasa kasih yang dituangkan oleh ibu ke dalam makanan tersebut. Bento adalah bentuk perlindungan dari seorang ibu yang nggak ingin anaknya merasa lapar di sekolah. Bento adalah jaminan dari ibu, bukan hanya untuk anaknya, namun untuk dirinya sendiri, bahwa anaknya akan bisa belajar dengan baik di sekolah karena perutnya terisi.

Penulis: Dini N. Rizeki
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Mengenang Ibu Nunuk Nuraini dan Kenikmatan Indomie Goreng dalam Wadah Bekal Sekolah.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 Oktober 2022 oleh

Tags: anak sekolahbekalbentokotak makan
Dini N. Rizeki

Dini N. Rizeki

Seorang yang menulis supaya tetap waras.

ArtikelTerkait

Namanya doang Study Tour, Aslinya Lebih Banyak Jalan-jalan daripada Studinya Mojok.co

Namanya doang Study Tour, Aslinya Lebih Banyak Jalan-jalan daripada Studinya

28 Desember 2023
toilet

Toilet Sekolah di Timur Indonesia

13 Mei 2019
4 Hal yang Perlu Diketahui sebelum Menyekolahkan Anak di Sanggar Anak Alam (SALAM) Jogja

4 Hal yang Perlu Diketahui sebelum Menyekolahkan Anak di Sanggar Anak Alam (SALAM) Jogja

22 Desember 2023
impresi

Tak Perlulah Terlalu Berprestasi, Karena Impresi Awal Adalah Kunci

24 Mei 2019
Bento Alfamart: Rasa Tak Sebanding dengan Harga

Bento Alfamart: Rasa Tak Sebanding dengan Harga

7 Oktober 2022
laporan ditulis tangan, tulisan tangan jelek penderitaan ciri arti manfaat tanda orang cerdas mojok.co

Derita Orang dengan Tulisan Tangan Jelek yang Mungkin Tak Pernah Kamu Tahu

30 Maret 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang, Tempat Terbaik bagi Saya Menghilangkan Kesedihan

4 Aturan Tak Tertulis agar Liburan di Lumajang Menjadi Bahagia

17 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025
Solo Gerus Mental, Sragen Memberi Ketenangan bagi Mahasiswa (Unsplash)

Pengalaman Saya Kuliah di Solo yang Bikin Bingung dan Menyiksa Mental “Anak Rantau” dari Sragen

13 Desember 2025
Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo Mojok.co

Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo

14 Desember 2025
Dilema Warga Gondangrejo: Mengaku Orang Karanganyar, Jauhnya Kebangetan. Mengaku Orang Solo, KTP Nggak Setuju

Dilema Warga Gondangrejo: Mengaku Orang Karanganyar, Jauhnya Kebangetan. Mengaku Orang Solo, KTP Nggak Setuju

13 Desember 2025
Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia Mojok.co

Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia

13 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper
  • Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang
  • Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal
  • Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah
  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna
  • Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.