Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Menyatukan Air Mata untuk Tragedi Kanjuruhan, Memeluk Rival Menyudahi Pertikaian

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
5 Oktober 2022
A A
Menyatukan Air Mata untuk Tragedi Kanjuruhan, Memeluk Rival Menyudahi Pertikaian (Foto ini milik: @Dicki66)

Menyatukan Air Mata untuk Tragedi Kanjuruhan, Memeluk Rival Menyudahi Pertikaian (Foto ini milik: @Dicki66)

Share on FacebookShare on Twitter

Selasa (4/10) sekitar pukul 17.00, saya sampai di Stadion Mandala Krida. Beberapa suporter terlihat meriung di beberapa titik. Mereka sama-sama menunggu momen bersejarah itu. Ketika air mata anak kandung Bumi Mataram disatukan untuk menyeka Tragedi Kanjuruhan. Ketika nuansa damai di antara suporter mulai terbentuk.

Saya langsung menuju tempat parkir di selatan Wisma PSIM. Di sana, saudara saya sudah menggelar lapak parkir untuk suporter yang akan mengikuti salat ghaib di Stadion Mandala Krida. Pertemuan dengan saudara sepupu ini membangkitkan kenangan lama, ketika saya masih bocah dan ikut menjadi tukang parkir di laga-laga kandang PSIM.

Kira-kira 10 menit kemudian, suasana yang sebelumnya lengang, langsung berubah 180 derajat. Beberapa suporter dari Sleman fans mulai datang. Mereka ikut memarkirkan kendaraan di tempat parkir yang dipakai oleh suporter PSIM. Saat itu, rombongan besar dari Sleman belum sampai.

“Bapakmu ora melu?” Tanya saudara saya sambil mengarahkan suporter menuju tempat parkir yang masih lega.

“Ora, jare bapakku, sing enom sing kudu ning ngarep. Sing tuwo kirim doa,” jawab saya sambil membakar satu batang rokok.

Kami berdua sama-sama sadar bahwa sore itu, memang didominasi suporter muda. Bapak-bapak dan om-om suporter lama, asyik menonton dari tepi jalan. Mungkin mereka sedang asyik bernostalgia. Suporter muda, yang bersepakat untuk meriung bersama mendoakan korban Tragedi Kanjuruhan yang akan mencetak sejarah baru.

Kami tidak lama mengobrol karena dia semakin sibuk mengarahkan kendaraan untuk parkir. Sementara itu, saya sudah ditunggu kawan lama, teman SMA, yang akrab disapa Ayah Nawang oleh suporter lain. Kami janjian ketemu di bawah gapura pintu masuk Stadion Mandala Krida.

Baru sebentar berjalan, ternyata kami berpapasan di dekat pintu masuk. Mas Nawang siap menemani saya selama acara doa untuk Tragedi Kanjuruhan berlangsung. Padahal, dia menjadi panitia konsumsi untuk suporter yang datang. Malam itu, Brajamusti dan The Maident menyediakan konsumsi gratis sebagai jamuan.

Baca Juga:

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

Sekitar pukul 17.45, dari arah utara, terdengar rombongan besar sepeda motor mendekat. Sedetik kemudian, chant indah dari suporter terdengar.

“Di sini Sleman, di sana Jogja, di mana-mana kita saudara!”

Sigap saya merogoh hape dari saku dan mengabadikan momen bersejarah ini. Ketika suporter PSS Sleman dan PSIM Jogja sahut-menyahut chant. Bukan dengan lirik yang berbahaya dan mengancam, tapi lantunan lagu persaudaraan yang sudah lama sekali menghilang dari telinga anak-anak kandung Bumi Mataram.

Sembari merekam momen indah itu, dada saya tiba-tiba menjadi dingin. Penuh sesak suporter yang seharusnya terasa pengap dan panas, berubah menjadi sejuk tak terperi. Rasa haru langsung membuncah. Malam itu, di depan gerbang Stadion Mandala Krida, air mata saya menetes. Mimpi yang lama terpendam, akhirnya terwujud juga.

Sahut-menyahut chat dari suporter itu berlangsung cukup lama. Sampai saya dan Mas Nawang sudah masuk ke stadion dan jam menunjukkan pukul 18.15. Di dalam, sudah banyak suporter yang datang. Di pojok timur, sayup-sayup mulai terdengar nyanyian khas suporter kreatif dalam wadah bernama Brigata Curva Sud (BCS).

“Bianco verde ale. Bianco verde ale. Bianco, Bianco, Bianco, Bianco Verde ale!”

Chat itu ditimpa oleh tepuk tangan membahana dari suporter yang baru masuk ke halaman parkir barat Stadion Mandala Krida.

Menyusul kemudian chant “Di sini Solo, di sana Jogja. Di mana-mana kita saudara.” Lagu merdu yang tidak pernah saya dengar sebelumnya. Merinding.

Sekitar pukul 18.40, suporter sudah bergabung di depan panggung untuk melaksanakan salat Isya. Ustaz Salim a Filah yang menjadi imam. Ada yang membawa sajadah dari rumah, ada yang memakai alas seadanya. Salat Isya berjemaah malam itu berjalan khusyuk.

Sebelum menggelar salat Ghaib untuk korban Tragedi Kanjuruhan, beberapa tokoh suporter bergantian berbicara kepada suporter. Salah satunya Ustaz Salim a Fillah yang memberikan sebuah pandangan, yang menurut saya sangat tepat sasaran di momen doa untuk Tragedi Kanjuruhan.

Intinya, Ustaz Salim berpesan bahwa setelah momen damai ini terjadi, suporter tidak boleh lupa untuk meningkatkan kualitas diri. Bagi saya pribadi, ini sebuah pengingat yang istimewa. Niat luhur untuk bersatu itu luar biasa. Selanjutnya adalah usaha keras untuk menjaga perdamaian untuk tetap lestari. Jika kualitas diri suporter, pada akhirnya, klub dan budaya sepak bola yang akan menikmatinya.

Wejangan dari Ustaz Salim a Fillah itu menjadi sangat mengena karena mereka yang hadir di Stadion Mandala Krida bukan terbatas suporter Jogja, Solo, dan Sleman. Hadir pula perwakilan suporter dari Bantul, Semarang, Magelang, Malang, Surabaya, Jakarta, Bandung, Makassar, sampai Medan. Gaung perdamaian adalah ciri khas manusia berkualitas dan malam-malam haru di tengah doa untuk Tragedi Kanjuruhan jadi semakin terasa.

Syauqi Soeratno, Ketua Umum Asprov PSSI DIY menegaskan bahwa kesepakatan damai suporter ini pasti akan membuka lembaran baru bagi sepak bola Indonesia. Khususnya demi arah yang lebih baik.

“Semoga malam ini menjadi titik tolak untuk bangkit menjadi lebih baik ke depan. Semoga piala dunia tidak dipindahkan dari Indonesia, semoga timnas kita terus berjaya sehingga masuk Piala Dunia, dan semoga sepak bola Indonesia kelak menjadi referensi sepak bola dunia,” kata Syauqi.

Kumandang “Amin” terdengar dari segala penjuru Stadion Mandala Krida.

Acara bersejarah itu ditutup dengan penyalaan lilin. Beberapa orang yang tidak membawa lilin kompak menyalakan cahaya dari gawai masing-masing. Lautan cahaya mengiringi doa-doa terbaik untuk korban Tragedi Kanjuruhan.

Lautan cahaya mengiringi doa untuk korban Tragedi Kanjuruhan (Foto milik: @Dicki66)

Lautan cahaya itu juga mengiringi lagu Indonesia Pusaka yang dinyanyikan bersama-sama. Koor dari suporter Jogja, Sleman, Solo, Bantul, Malang, Surabaya, Semarang, Makassar, Magelang, dan Makassar membuat malam itu menjadi sangat magis. Rasa lega, haru, sedih, bahagia, cemas, marah campur aduk menjadi satu. Antara kemarahan dan kesedihan tidak terperi setelah Tragedi Kanjuruhan, bercampur dengan rasa bahagia dan sukacita melihat perdamaian anak-anak kandung Bumi Mataram.

Tak terasa, sekali lagi, air mata membasahi pipi melihat lautan cahaya dan koor para suporter. Saya tidak ingin malam itu berakhir.

Aksi damai dari suporter Jogja, Solo, dan Sleman ini akan selamanya membekas dalam sejarah. Menjadi titik balik dari segala permusuhan yang sudah diwariskan selama beberapa dekade. Kini, saatnya berbagi kebahagiaan ini ke segala penjuru daerah di tlatah Mataram. Supaya mereka yang belum terpapar dengan ikrar damai atau ragu, menjadi lega dan percaya bahwa bergandengan tangan itu jauh lebih indah ketimbang adu pukul. 

Sebelum pulang, melihat para suporter saling berbalas chant, saya teringat kata-kata bapak saya. Kini, saatnya yang muda yang mengambil panggung. Mengawali perdamaian dan membuat sepak bola Indonesia menjadi lebih ceria.

Terima kasih kawan-kawan suporter. Semoga perdamaian ini lestari sampai akhir zaman. Kini, saatnya menyatukan kreativitas dan segala daya untuk mendukung gerakan #UsutTuntasTragediKanjuruhan.

Penulis: Yamadipati Seno

Editor: Yamadipati Seno 

BACA JUGA Kesaksian Suporter: Malam Mencekam di Kanjuruhan dan Saya yang Gagal Menjadi Manusia

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2022 oleh

Tags: Jogjamandala kridaMataram islahpersis solopsimPSSSlemansolotragedi kanjuruhan
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

ArtikelTerkait

Sisi Gelap Tinggal di Kecamatan Moyudan Sleman

Sisi Gelap Tinggal di Kecamatan Moyudan Sleman

9 April 2023
Sleeper Bus Membius 2 Teman Saya, Bikin Lupa Kereta Eksekutif (Wikimedia Commons)

Sleeper Bus Mulai Menjadi Moda Transportasi Favorit, Membuat Anak Kereta Berpikir Ulang Naik Naik Kereta Eksekutif

23 Mei 2025
Gunungketur Jogja Kampung di Tengah Kota yang Bikin Bingung (Unsplash) pakualaman jogja

Gunungketur Jogja: Kampung di Tengah Kota yang Bikin Bingung dan Ternyata Nggak Ada Gunungnya

28 Juni 2024
5 Alasan Orang Klaten Lebih Memilih Plesir ke Jogja ketimbang Solo, padahal Sama-Sama Dekat Mojok.co

5 Alasan Orang Klaten Lebih Memilih Plesir ke Jogja ketimbang Solo, padahal Sama-sama Dekat

25 November 2025
Jogja Memang Bukan Tempat Pensiun Ideal Orang Kota, Jangan Sampai Menderita di Daerah Istimewa

Jogja Memang Bukan Tempat Pensiun Ideal Orang Kota, Jangan Sampai Menderita di Daerah Istimewa

5 Februari 2024
Alasan Orang Jogja Malas Kulineran di Kopi Klotok Mojok.co

Alasan Orang Jogja Malas Kulineran di Kopi Klotok

6 November 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.