Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Personality

Surat

Ernita oleh Ernita
22 Mei 2019
A A
surat

surat

Share on FacebookShare on Twitter

Tanggal sepuluh, bulan sepuluh dan tahun dua ribu sepuluh, tertera di ujung kanan atas surat yang ditulis Si Bungsu demi memenuhi tugas sekolahnya. Entah kebetulan atau tidak, rasanya itu angka yang bagus.

Kubuka surat itu, ada nuansa aneh yang tiba tiba muncul, mungkin karena sudah lama sekali tidak menerima dan membaca surat. Kalimat pertamanya berbunyi “Bersama surat ini saya mengabarkan bahwa ….”

Dulu di awal sembilan puluhan, kami punya kebiasaan berkirim surat sebulan sekali. Sebab kami berjarak beratus ratus kilometer dan Bapak perlu mengetahui kabar anak-anaknya. Jadi—ketika sudah bisa menulis—aku menulis surat untuk Bapak. Isinya tak begitu kuingat, mungkin tentang hal hal remeh sehari-hari yang kulakukan di rumah bibiku, di sekolah atau di lapangan bermain. Yang kuingat ialah aroma kertas bercampur tinta juga perangko-perangko bergambar pemandangan atau pahlawan di pojok kanan atas amplop yang telah menyeberang beberapa lautan hingga akhirnya tiba di tanganku.

Tahun 1979 Bapak berangkat ke tempat bernama Timor Timur tanpa tahu letaknya dan bagaimana situasi politik yang sedang terjadi disana. Satu hal yang membuatnya mantap pergi kesana ialah supaya bisa menjadi Pegawai Negeri—sederhana memang—belakangan aku tahu ia memang suka bepergian ke tempat tempat baru. Saat tiba di Bandara, bahkan seorang tentara menyapanya dengan berkata, “Ngapain kamu jauh jauh kesini, paling pulang tinggal nama.”

Awal delapan puluhan, Bapak bertemu seorang gadis di sebuah desa di kaki gunung. Beliau mendapat tugas mengajar di desa itu. Untuk mencapai tempat itu diperlukan beberapa hari jalan kaki dari Kota Kabupaten. Biasanya, ketika tiba di desa itu Bapak akan disambut dengan makanan khas setempat berupa bubur jagung bercampur kacang kacangan yang akrab disebut Batar Da’an dan segelas kopi yang berasal dari kebun sendiri—tanaman kopi memang bertumbuh subur di desa itu.

Gadis yang ditemui Bapak di sebuah desa di kaki gunung—dan yang juga muridnya—itulah yang kelak menjadi ibuku. Setelah melewati masa pacaran beberapa waktu, mereka pun memutuskan untuk saling mengikat janji di hadapan Tuhan dan gereja. Pernikahan sederhana berlangsung di sebuah gereja yang menghadap ke laut, yang belakangan aku tahu di dekat gereja itu—di awal sembilan puluhan—pernah terjadi peristiwa yang sungguh mengerikan. Perayaan berlangsung tanpa ada saudara dari pihak Bapak namun cukup meriah dengan anggur dan dansa semalaman. Kemudian pertengahan delapan puluhan, kakakku lahir dan dua tahun kemudian aku lahir.

Entah peristiwa apa yang telah dilihat dan dialaminya disana, Bapak bersikeras menitipkan anak-anak nya di Solo—tempat adik nya berada. Kini setiap kuminta untuk merinci hal hal paling menyeramkan yang pernah dialami atau dilihat di pulau itu dalam kurun waktu dua puluh tahun, Bapak selalu enggan. Setidaknya ada dua hal yang kutangkap, pertama ia tidak ingin membagi traumanya. Kedua ia tak ingin mengingatnya. Tetapi samar samar aku mendengar bahwa banyak kekerasan terhadap manusia terjadi di sana. Hal itu mungkin membuatnya ngeri juga sedih.

Menulis surat tentu menjadi hal yang menyenangkan untukku yang baru bisa menulis. Kadang kutambahkan gambar dalam suratku. Gambar daun, pohon, gunung, mungkin juga gambar anjing, kucing, burung, aku tak begitu ingat. Suatu waktu datang mesin ketik di rumah bibiku, aku dan kakakku pun berlatih memakainya untuk membuat surat pada Bapak. Kadang Bapak mengabarkan tentang cuaca, tentang hobi baru, tentang adikku yang lahir di sana tapi tak pernah tentang kekerasan terhadap manusia.

Baca Juga:

Derita Menyandang Status Sarjana Pertama di Keluarga, Dianggap Pasti Langsung Sukses Nyatanya Gaji Kecil dan Hidup Pas-pasan

Saatnya Berhenti Menyuruh Orang Lain untuk Tambah Anak, Donatur Juga Bukan, tapi Ngaturnya Kelewatan!

Bapak, Ibu, adikku dan banyak keluarga pendatang lainnya berhamburan di hari-hari terakhir menjelang jajak pendapat. Mereka berusaha mencari tumpangan untuk bisa kembali ke daerah asal masing masing. Setelah terjadi serangkaian peristiwa menegangkan yang memakan banyak korban. Setelah masa satu tahun jatuhnya rezim, Timor Timur pun lepas. Begitulah.

Kini baru kusadari, ternyata Bapaklah yang pertama kali mengajariku menulisa dengan cara membalas suratnya. Kutengok langit di luar, merah yang hampir menuju ungu—kumulai menulis surat balasan pada Si Bungsu.

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2021 oleh

Tags: KeluargakenanganSuratTimor Timur
Ernita

Ernita

Pejalan dan pembaca.

ArtikelTerkait

Catatan Program KB di Perayaan Hari Kartini Sebagai Bentuk Ketidaksetaraan Gender terminal mojok

Catatan Program KB di Perayaan Hari Kartini sebagai Bentuk Ketidaksetaraan Gender

21 April 2021
rafathar hidup anak dalam reality show protes diprank the truman show richie rich mojok.co

Rafathar Sudah Mulai Protes Terlalu Sering Di-prank, Raffi-Gigi Kapan Mau Tobat?

5 September 2020
laporcovid-19 vaksinasi covid-19 vaksin nusantara indonesia lepas pandemi ppkm vaksin covid-19 corona obat vaksin covid-19 rapid test swab test covid-19 pandemi corona MOJOK.CO

Jangan Katakan Ini pada Penderita Covid-19 dan Keluarganya

15 Oktober 2020
ibu

Dapat Tawaran Skripsi Jadi dan Calon Istri Saat Mudik Lebaran dari Ibu

24 Mei 2019
bunga terakhir

Perjumpaan Terakhir: Pada Akhirnya Kita akan Menyusul Mereka

9 Agustus 2019
anti-natalitas

Anti-Natalitas : Sebuah Gaya Pikir Kontras Untuk Mengembalikan Kualitas

25 Mei 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.