Punya motor Yamaha itu, pada derajat tertentu, adalah privilese. Kamu tahu, produk mereka, Yamaha Mio, adalah pioner skutik di Indonesia. Selain itu, mereka juga jadi yang pertama mempopulerkan sistem CVT (Continuously Variable Transmission) dan tren roda dengan diameter 14 inci pada matik.
Jadi, punya Yamaha Mio, seakan-akan, kamu menjadi “yang punya jalanan”. Menjadi entitas yang pertama kali bikin populer motor matik di Indonesia. Ingat ya, ini soal bikin populer, bukan menjadi yang pertama muncul di Indonesia.
Nah, seiring masa jaya Yamaha Mio yang terbilang awet, lahir pula berbagai masalah yang mengiringi. Bukan, bukan masalah pada motornya. Namun, muncul beberapa kebiasaan dari pemilik yang bikin motor matik mereka jadi “nggak bandel” lagi. Izinkan saya menceritakannya.
#1 Tarikan gas yang bikin kaget
Saya sendiri pernah punya Yamaha Mio Sporty 2010. Motor matik warna merah yang legendaris itu. Motor matik dengan tarikan gas yang sangat bandel. Dulu, mereka yang nggak siap bawa matik pasti akan kaget ketika kali pertama memuntir tuas gasnya.
Eits, ini sebetulnya bukan kekurangan, tapi kelebihan. Yamaha Mio memang punya tarikan gas yang bandel. Sangat sesuai dengan moto mereka, yaitu “semakin di depan”. Tarikan gas yang responsif sangat cocok buat saya.
Sayangnya, ada kalanya, saya mendengar keluhan dari kelebihan ini. “Kok tarikannya nyendal-nyendal, ya?” Saya cuma membatin, “Wah, ini newbie matik.”
Namun, kalau sudah ada yang bilang, “Kok tarikannya berat, ya?” Nah, ini baru mengkhawatirkan. Salah satu penyebabnya adalah soal ganti oli.
#2 Lupa ganti oli dan nggak perhatian sama saringan udara
Kebiasaan buruk yang sering menjangkiti pemilik matik adalah lupa ganti oli dan nggak perhatian sama saringan udara. Dulu, waktu masih menunggangi Yamaha Mio, saya pernah “berdosa” karena melakukannya. Motor yang baik-baik saja jadi “berbeda” karena lalai.
Selain akan bermasalah ke mesin, lupa ganti oli juga pengaruh ke tarikan gas yang menjadi nggak stabil. Padahal, salah satu kelebihan Yamaha Mio adalah tarikan gasnya yang responsif.
Jadi gini, kalau menurut teori, setidaknya ada tujuh alasan tarikan gas Yamaha Mio jadi nggak stabil. Mereka adalah saringan udara eror, setelan klep nggak pas, kurang tekanan bahan bakar, putaran stasioner nggak standar, sensor injeksi rusak, renggang busi nggak pas, dan jarang ganti oli.
Nah, antara klep yang nggak pas dan saringan udara eror ini ada punya hubungan yang erat dengan ganti oli. Renggangnya klep ini, salah satunya, disebabkan karena jarang ganti oli.
Makanya, kebiasaan lupa ganti oli itu bisa merembet ke banyak masalah lain. Kalau bisa, sih, bikin catatan di kalender hape, deh. Biar nggak lupa lagi. Kan kasihan motor matik yang “nggak punya dosa”.
#3 CVT yang nggak dirawat
CVT atau Continuously Variable Transmission itu kayak mekanisme transmisi pada Yamaha Mio dan motor matik pada umumnya untuk mendukung performa. Salah satunya yang penting adalah V-Belt.
“Sepeda motor matik menjadi pilihan mayoritas pengendara sepeda motor di Indonesia karena dinilai lebih praktis dan nyaman digunakan. Namun selain menggunakannya, pengendara wajib mengetahui perawatan yang tepat agar dapat terus menikmati kenyamanan dan performa yang terbaik dari motor matik. Salah satunya perawatan V-Belt sebagai komponen penting pada sepeda motor matik,” tutur Riyadi Prihantono, Koordinator Manager After Sales & Motor Sports PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM).
“Namun karena keberadaannya tidak terlihat, tepatnya di dalam sistem CVT motor matik sehingga seringkali pengendara mengabaikan perawatannya. Maka sebagai pelopor sepeda motor matik di Indonesia, Yamaha terus berupaya menjaga performa sepeda motor pengendara dengan melakukan standarisasi pengecekan sepeda motor di setiap bengkel resmi Yamaha sekaligus menghadirkan produk spare part Asli Yamaha. Selain itu, Yamaha terus mengingatkan para pengendara melalui berbagai tips perawatan sepeda motor untuk mendukung konsumen dalam merawat sepeda motornya agar tetap optimal dan nyaman saat digunakan,” tegasnya.
Nah, V-belt itu penting untuk menyalurkan tenaga dari mesin menuju roda belakang dalam bentuk putaran sehingga membuat sepeda motor dapat bergerak. Semakin sering matik dipakai, semakin aktif V-belt bergerak.
Semakin sering Yamaha Mio punyamu dipakai, performa V-belt akan menurun. Hal ini berlaku untuk semua matik yang pakai CVT tentu saja. Oleh sebab itu, sebagai pemilik matik Yamaha yang baik kamu wajib aware kapan harus ganti supaya performa tetap prima.
Terus gimana caranya biar komponen CVT matik Yamaha punyamu tetap terjaga? Setidaknya ada tiga tips. Pertama, menghindari gaya berkendara dengan hentakan atau bukaan gas secara tiba-tiba. Kedua, membawa beban atau muatan berlebih. Ingat, beban hidup jangan dibonceng ke jok Yamaha Mio ya, cukup di pundakmu saja. Ketiga, melakukan perawatan komponen CVT matik yang tepat
Nah, V-belt sendiri bisa kamu ganti ketika jarak tempuh sudah mencapai 20.000 sampai 25.000 kilometer. Pakai hitungan bulan juga bisa, yaitu antara usia 20 sampai 25 bulan sesuai anjuran buku petunjuk pemilik.
Gampangnya gini aja, selalu minta cek CVT ketika servis rutin. Hal ini juga berguna untuk membersihkan kotoran di V-belt. Bengkel resmi Yamaha sendiri punya standardisasi pengecekan dan pembersihan komponen CVT matik, khususnya V-belt.
Info penting
Terus, enaknya gimana kalau mau ganti V-belt? Harganya? Nah, berikut saya kasih info penting buat kamu pengguna Yamaha.
Kalau sudah mau ganti, berikut informasi soal harga. Jadi kamu bisa pakai V-belt asli Yamaha kayak di Yamaha Lexi itu harganya Rp135.000, roller-nya Rp50.000, dan pelumas Rp9.500.
Pakai paket penggantian V-Belt Kit ASLI Yamaha juga bisa dan harganya malah lebih terjangkau, yaitu Rp176.000. Ini sudah termasuk roller dan pelumas. Kabar baiknya, setiap pembelian CVT Kit selama Juli 2022, kamu bisa dapat potongan langsung senilai Rp10.000 di seluruh bengkel resmi Yamaha. Lumayan.
Untuk memantau semua informasi, kamu bisa download aplikasi My Yamaha Motor. Lewat aplikasi ini, kamu bisa booking untuk servis, mencari lokasi dealer terdekat, cek garansi dan kartu servis gratis, notifikasi pengingat servis gratis dan berkala, informasi aktivitas, promosi terkait Yamaha, hingga monitoring riwayat servis kendaraan.
Hal-hal di atas yang bikin Yamaha Mio saya tetap awet sampai akhirnya ganti ke Yamaha Mio ES 88 tahun 2018. Mio, memang kayak Yamaha, selalu di depan.
Penulis: Moddie Alvianto W.
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Honda All New Beat Boleh Jumawa karena Laris, tapi Soal Kualitas Yamaha Gear 125 Juaranya.