Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Luar Negeri

Pengemis di Jepang: Sudah Jatuh Tertimpa Pidana

Primasari N Dewi oleh Primasari N Dewi
9 Juni 2022
A A
Pengemis di Jepang: Sudah Jatuh Tertimpa Pidana

Pengemis di Jepang: Sudah Jatuh Tertimpa Pidana (Yellow cat via Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Jepang adalah surga bagi banyak orang. Sakura yang indah, kota yang bersih, orang-orang yang ramah, Shinjuku yang megah, bikin orang berpikir bahwa negara tersebut adalah sebaik-baiknya tempat untuk tinggal.

Namun, selalu ada sisi lain, selalu ada sisi gelap yang luput kita lihat karena terlalu lama melihat terang benderang. Jepang pun begitu. Ada sisi yang tak kita tahu, karena terlalu lama dibuai.

Di antara orang yang beruntung, pasti ada yang gagalnya tak terukur. Di antara orang kaya, selalu ada yang miskin. Di negara yang maju dan kotanya megah, kehadiran pengemis seakan tak bisa dihindari. Nah, pertanyaannya, apakah ada pengemis di Jepang?

Furousha, hoomuresu, dan kojiki

Kalau membahas gelandangan dan pengemis di Jepang, kita bisa merujuk ke istilah Jepang furousha, hoomuresu, dan kojiki. Furousha (浮浪者) adalah orang yang tak memiliki tempat tinggal tetap dan bisa “tinggal” di mana-mana (internet kafe, motel, dll). Hoomuresu (ホームレス) atau homeless adalah orang yang tak memiliki tempat tinggal tetap tetapi mereka tidur di taman, bantaran sungai, stasiun, dll. Istilah hoomuresu mulai digunakan di Jepang sejak tahun 1990-an. Kojiki (乞食j adalah orang yang hidup dengan meminta/mengemis makanan atau uang dari orang lain, tanpa mempedulikan ia memiliki tempat tinggal atau tidak. Yang jelas, kojiki merujuk ke orang yang nggak memiliki pekerjaan.

Nah, dari ketiga istilah itu, bisa disimpulkan bahwa furousha dan hoomuresu bisa jadi memiliki pekerjaan tetapi tidak memiliki tempat tinggal, sedangkan kojiki bisa jadi memiliki tempat tinggal tetapi tidak memiliki penghasilan untuk makan dan hidup. Dan kojiki inilah kerap jadi pengemis di Jepang.

Kejahatan ringan

Mengemis alias kojiki, baik yang dilakukan oleh individu maupun terorganisasi sekalipun, baik secara langsung maupun melalui internet, merupakan hal ilegal di Jepang. Hal tersebut termasuk pelanggaran UU Tindak Pidana Ringan. Kita juga bisa saja melaporkannya ke pihak kepolisian kalau sudah dirasa mengganggu.

Kita bahas UU ini dulu. UU Tindak Pidana Ringan diberlakukan sejak tahun 1948 untuk menghukum pelanggaran aturan yang relatif kecil sebagai kejahatan dan bisa diberlakukan penahanan atau hukuman. Penahanan dilakukan di lembaga pemasyarakatan dalam jangka waktu 1 sampai 30 hari. Hukumannya dengan membayar denda antata 1.000 yen sampai 10.000 yen.

Kemudian, Pasal 27 Ayat 1 UUD Jepang menyebutkan bahwa “setiap warga negara berhak dan berkewajiban untuk bekerja”. Bisa juga dikenai Pasal 1-4 UU Tindak Pidana Ringan yang berbunyi “mereka yang tidak memiliki pekerjaan, tetapi memiliki kemampuan untuk bekerja, tetapi tidak memiliki niat untuk memperoleh pekerjaan, dan yang tidak memiliki tempat tinggal tertentu dan mengembara”.

Baca Juga:

Demi Pacar, Saya Rela Menyukai Minuman Matcha yang Selama Ini Dibenci karena Rasanya Mirip Rumput

Pengalamanku sebagai Warga Lokal Jepang Merasakan Langsung Sistem Siaga Bencana di Jepang: Jauh Lebih Siaga Menghadapi Bencana, Jauh ketimbang Indonesia

Lalu, kenapa bisa mengemis disebut kejahatan?

Sebab, mereka dianggap bisa bekerja, tapi tidak mau. Hal tersebut dianggap mengganggu pengembangan masyarakat dan pembangunan negara. Makanya dianggap sebagai kejahatan ringan.

Terlihat kejam? Memang. Tapi, mau bagaimana lagi? Lain lubuk lain ikannya.

Pengemis di Jepang

Profesor saya dulu pernah bercerita, sewaktu di Washington, ia secara random pernah dimintai uang untuk makan oleh “gelandangan” Amerika. Sementara, blio membandingkannya dengn keadaan negaranya sendiri. Sebab, di Jepang, nggak ada hal kayak gitu. Ilegal, Bos. Terlebih prefektur tempat kami tinggal memang merupakan salah satu dari tiga prefektur di Jepang yang tak memiliki orang miskin. Jadi, ya saya percaya saja waktu itu.

Tapi, mungkin ada benarnya juga, sih, saya hampir tak pernah melihat homeless atau gelandangan di kota saya. Pada malam hari pun stasiun maupun taman juga relatif sepi dari para homeless.

Saya memang pernah melihat rumah kumuh yang dihuni oleh kakek tua seorang diri, tetapi sebelum saya pulang ke Indonesia, ia sudah “diamankan” oleh pihak terkait. Mungkin dibawa ke panti jompo atau dinas sosial? Entahlah. Sisanya, hanya melihat nenek-nenek yang menuntun sepeda bututnya yang penuh dengan kresek yang entah isinya apa, mirip seperti homeless di Kamagasaki.

Nah, untuk yang “meminta-minta”, ada beberapa biksu Buddha yang berdiri sepanjang hari di dekat patung dewa sekitaran pusat kota kami, tapi tentu saja mereka bukan pengemis. Gila saja jika ada yang menganggap mereka pengemis.

Pun, saat saya mengamati, mereka menundukkan kepala mereka sepanjang hari. Seringnya, yang memberi uang ke mereka adalah wisatawan Cina, orang lokal jarang sekali memberi.

Yang jelas, saya pernah mendengar secara langsung ada mulut julid yang bilang, “Kalau mau punya uang, ya kerja lah, jangan malas!”. Anggapan miring orang Jepang dan aturan UU dari pemerintah Jepang sepertinya sudah cukup menekan para pengemis “kojiki” Jepang untuk mengemis.

Saya juga pernah melihat video YouTube dari Daisuke Botak tentang homeless Jepang yang hidup di bawah jembatan layang dan hidup dari mengumpulkan kaleng bekas. Mereka tidak mengemis dan berusaha untuk menghasilkan uang sendiri. Mereka masih bersemangat hidup meski hidupnya susah.

Jadi, pengemis tetap ada di Jepang. Hanya saja, keberadaannya mungkin tak “sejelas” di Indonesia. Mungkin karena harga diri mereka yang tetap dijunjung tinggi, atau takut kena pidana. Yang jelas, mereka ada dan semoga tidak berlipat ganda.

Di negara yang kita anggap sempurna dan kerap diberi corak warna yang indah, tetap saja ada orang yang tak kebagian keindahannya. Namun, yang perlu kita tahu, setidaknya, mereka berusaha.

Penulis: Primasari N Dewi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Kamagasaki, Kota yang ‘Dihapus’ dari Peta Jepang

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 9 Juni 2022 oleh

Tags: jepangpengemis
Primasari N Dewi

Primasari N Dewi

Guru bahasa Jepang tapi suka drakor.

ArtikelTerkait

okaeri mone

Okaeri Mone: Pencarian Jati Diri, Bencana Alam, dan Ramalan Cuaca

22 Desember 2021
5 Alasan Banyak Pemain Asal Jepang Memilih Berkarier di Liga Indonesia

5 Alasan Banyak Pemain Asal Jepang Memilih Berkarier di Liga Indonesia

7 Juni 2022
Otaku dan Hikikomori, Masalah Sosial Jepang yang Tabu untuk Dibicarakan Terminal Mojok

Otaku dan Hikikomori, Masalah Sosial Jepang yang Tabu untuk Dibicarakan

17 Januari 2022
10 Tradisi Pernikahan Indonesia yang Bikin Heran Orang Jepang Terminal Mojok

10 Tradisi Pernikahan Indonesia yang Bikin Heran Orang Jepang

13 Desember 2022
Punya mobil di Jepang itu mahal

Punya Mobil di Jepang Itu Mahal dan Ribet

7 November 2021
White Day 14 Maret: Hari Balasan Valentine yang Bermula dari Strategi Marketing di Jepang

White Day 14 Maret: Hari Balasan Valentine yang Bermula dari Strategi Marketing di Jepang

14 Maret 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.