Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Mati Tua di Jalanan Yogyakarta

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
8 Mei 2022
A A
Mati Tua di Jalanan Yogyakarta sumbu filosofis jogja unesco

Mati Tua di Jalanan Yogyakarta (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Selamat datang di Yogyakarta, selamat tua di jalan

Dalam perjalanan dari Bandara Adisutjipto, Jalan Solo ke Jembatan Janti, kau bisa menghabiskan waktu selama setengah jam. Waktu yang bisa kau habiskan untuk antre Mie Gacoan yang rasanya biasa saja, atau lari-lari kecil selama belasan putaran di Lapangan Wirokerten.

Setengah jam itu kau bisa berkendara dari Bandara Adisutjipto ke Sewon. Atau kalau gaya bermotormu seperti Rossi di zaman masih ngawu-ngawu, bisa lah sampai ke Gamping. Setengah jam itu adalah janji muluk perumahan-perumahan di Banguntapan menuju Bandara Baru Jogja.

Ketika liburan begini, di Yogyakarta, setengah jam hanya bisa kau habiskan untuk menempuh jarak tidak ada dua kilometer. Mobil, motor, bus, dan truk mengular seperti kaki seribu yang sedang berjalan di sebuah kebun. Intinya, pada masa liburan, alih-alih menyenangkan, Yogyakarta malah jadi menyebalkan.

Malioboro (Shutterstock.com)

Kau menyalahkan mobil-mobil berplat non-AB? Jika iya, mungkin otakmu ada yang kena. Mungkin saja, iri dengki kepada pendatang di dalam hatimu sudah berkerak. Siapa sih yang bisa menyalahkan hasrat wisatawan dan pelancong untuk datang ke sebuah daerah?

Para pelancong datang ke Yogyakarta dalam suasana hati yang baik, pikiran yang sadar. Menyalahkan mereka dan membeludaknya pelancong ke Jogja, itu adalah kesalahan berpikir yang lumayan pelik. Coba periksa otakmu.

Lantas siapa yang salah? Jika kau bertanya pertanyaan macam itu, jelas otakmu masih ada yang sakit. Ya siapa lagi jika bukan Pemda. Jika ada nominasi bertajuk Pemda yang paling tidak kreatif di dunia, mungkin Pemda Jogja layak dinobatkan sebagai juara. Sudah tahu masalah utama di Jogja ini adalah tata kota yang hancur lebur, jalanan yang tidak cocok untuk transportasi roda empat, mereka malah menggembor-gemborkan pariwisata. Masalah pariwisata, tanpa iklan pun cuan bakal mengucur ke dompet mereka.

Seorang murid yang tidak naik kelas pun pasti tahu, jika potensi membeludak wisatawan, yang diurus ya sistem transportasi. Alih-alih mengurus masalah transportasi, mereka justru memilih proyek lain yang sampai menelan anggaran miliaran banyaknya.

Baca Juga:

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Hal Menyebalkan di Purwokerto yang Bikin Wisatawan Mikir Dua Kali sebelum Berkunjung

Kau bisa lihat, TransJogja seperti bis hantu yang lalu-lalang tanpa membawa apa-apa kecuali kru bus dan sopir. Orang yang memiliki otak harusnya berpikir begini; kenapa wisatawan tidak ada yang menggunakan layanan transportasi umum? Kenapa mereka memilih menggunakan mobil pribadi?

Transjogja (Rembolle via Shutterstock.com)

Setelah Pemda mawas diri dengan melontarkan pikiran-pikiran di atas, sini saya kasih tahu jawabannya. (1) Pemda Jogja miskin imajinasi perihal transportasi yang baik itu seperti apa. kita terlalu sibuk ngenyek Jakarta, tanpa sadar bahwa Pemda kita tidak jauh beda. Di Jakarta ada aplikasi bernama Jaklingko. Para pengguna jasa transportasi terbantu dengan ketepatan jadwal kedatangan bus dan masalah rute.

Biaya sistem terintegrasi bernama Jaklingko ini “hanya” 900 miliar. Kenapa hanya? Ya jelas, dibanding biaya pembangunan pagar tidak pragmatis, revitalisasi wisata di pusat kota, bahkan sampai mengeruk alun-alun yang mencapai miliaran, merawat sistem transportasi yang terintegrasi begini lebih tepat guna.

APBD Jogja itu mencapai 5,5 triliun. Okelah jika kita menyepakati bahwa APBD dialokasikan untuk kemaslahatan rakyat (ya, walau masalah transportasi juga kemaslahatan rakyat, sih), lantas Dana Istimewa itu 1,3 triliun, lho. Dana Istimewa yang harusnya bisa digunakan untuk mengatur hal yang lebih memiliki urgensi tinggi seperti sampah di Jogja, menengok TPST Piyungan sudah membeludak (ini lain soal lagi), atau ya masalah transportasi tadi.

(2) Transportasi umum di Jogja itu miskin taktik; tidak tepat waktu, pelayanannya masih kurang, dan jelas tidak menjangkau ke mana-mana. Cuitan @massfadly di Twitter banyak benarnya. Pemda Jogja itu mbok ya menata transportasi dengan baik.

Jangan melulu menyasar tempat wisata di pusat kota mulu, lupa ya mereka kan sering meromantisasi bahwa tiap sudut Jogja itu romantis. Daya jangkau TransJogja itu amat sempit. Ada po yang sampai ke Jalan Imogiri Timur, padahal di jalan tersebut pusat lalu-lalang dari Bantul ke Jogja atau sebaliknya.

Selain transportasi umum, misalkan pembatasan pengguna kendaraan bermotor, apakah Jogja punya solusi? Apakah pernah tercetus selain pikiran praktis dan miskin taktis seperti membuat alur jalan menjadi satu arah? Transportasi di Jogja itu seperti kabel kusut dan Pemda itu seperti kucing yang bermain-main dengan kabel kusut tersebut.

Jika Istilah Klitih Diganti, Apakah Jogja Akan Lebih Baik-baik Saja? Terminal Mojok.co
Kawasan Tugu Jogja (Shutterstock.com)

Kalau pemerintah pengin panen cuan, ya setidaknya sempatkan sebentar untuk mikir masalah kemacetan. Iya, iya, saya paham, berpikir itu adalah hal mahal yang tidak semua orang bisa miliki. Namun, mosok sekelas pemerintah yang menjabat bertahun-tahun tidak bisa mikir dan memecahkan masalah menahun ini, sih.

Kemacetan adalah imbas yang harus dimaklumi secara paksa. Ketika para “Crazy Rich Jogja” panen cuan atas bisnis hotel dan mall-nya, maka rakyat Jogja akan mati tua secara tiba-tiba di jalanan Yogyakarta. Selamat datang di Yogyakarta, kota yang katanya tiap sudutnya romantis, padahal ya biasa saja.

Penulis: Gusti Aditya
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Warga Jogja Jangan Mimpi Kaya kalau Separuh Gajinya untuk Ongkos Transpor

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 Mei 2023 oleh

Tags: KemacetanTerminal JogjawisatawanYogyakarta
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

ArtikelTerkait

Upah Minimum Jogja Memang Naik, tapi Bukan Berarti Buruh Nggak Boleh Protes, Ini Bukan Perkara Upah Semata, Bolo! UMP Jogja, gaji Jogja, frugal living ump jogja yogyakarta, bandung

4 Pertanyaan dari Warga Bandung Kepada Warga Yogyakarta: Nama Sultan di KTP Itu Apa? Terus Ulang Tahun Jogja Kapan?

14 Maret 2024
pedestrian

Sayang, Indonesia Tidak Ramah Pedestrian

5 Juli 2019
perang kendhang sejarah perjanjian giyanti pangeran haryo mangkubumi pakubuwono II mojok.co

Perang Kendhang, Prank Terbesar dalam Sejarah Jawa

21 Juli 2020
5 Tempat Wisata di Kota Batu yang Patut Diwaspadai

5 Tempat Wisata di Kota Batu yang Patut Diwaspadai

18 November 2023
Jangan Berwisata ke Pantai Pulau Merah Banyuwangi saat Libur Panjang, Cuma Bikin Kesal

Jangan Berwisata ke Pantai Pulau Merah Banyuwangi saat Libur Panjang, Cuma Bikin Kesal

31 Oktober 2023
5 Dosa Penjual Mangut Lele Jogja yang Bikin Nyesel dan Kecewa Orang Luar Kota

5 Dosa Penjual Mangut Lele Jogja yang Bikin Nyesel dan Kecewa Orang Luar Kota

21 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.