“Aku nggak butuh uang, yang penting itu cinta dan kebahagiaan!”
“Tanpa uang, aku juga bisa hidup bahagia kok.”
“Uang itu cuma sumber masalah.”
Tentu kalimat-kalimat di atas bukan hal yang asing lagi kita dengar. Banyak orang menyuarakan tentang bagaimana uang itu tak menjamin kebahagian dalam hidup seseorang. Mereka bahkan menganggap uang hanya merupakan sumber masalah dalam kehidupan ini. Secara tak sengaja, dengan mengucapkan kata-kata tersebut, kita sudah ber-negative thinking pada uang. Seolah dalam hidup ini kita sama sekali tak butuh uang. Apakah kita benar-benar bisa hidup tanpa uang?
Memang benar, uang bukan segalanya, tapi tak bisa dimungkiri kalau kadang kala segalanya itu juga membutuh uang. Ambil contohnya saja dalam hidup berumah tangga. Memang cinta itu merupakan pondasi pokok dalam sebuah hubungan, tanpa cinta semuanya akan terasa hambar. Tapi cinta saja tak cukup. Karena makan setiap hari itu tak akan kenyang hanya dengan sebuah cinta semata, kita juga butuh beras dan lauk yang bisa dibeli dengan uang. Ujung-ujungnya pakai uang juga kan?
Sebelum membahas ke hal-hal yang rumit, ada baiknya kita kembali lagi menelaah tentang apa sih kegunaan uang itu yang sesungguhnya. Seperti yang kita tahu, uang itu hanya merupakan benda mati yang dijadikan alat tukar yang memudahkan manusia untuk menentukan nilai suatu barang. Bisa dibayangkan jika uang tak lagi ada, maka jual beli saat ini harus dilakukan dengan sistem barter seperti zaman kuno dulu.
Kadang saat kita miskin atau tak punya uang, kita suka sesumbar bahwa uang itu tak menjamin kebahagian seseorang. Memang, saya setuju dengan hal itu, toh, mau punya uang sebanyak apa pun kita tak bisa membeli tawa, kebahagian, atau kesehatan. Tapi bukan berarti kita harus antipati dengan uang, sehingga kita benci pada uang.
Banyak orang kaya yang terjerumus dalam kesedihan, kesepian, dan kehancuran gara-gara uang, tapi tak sedikit juga orang miskin yang menderita karena tak punya uang. Mau makan tak bisa hingga busung lapar, anak cerdas tapi impiannya untuk sekolah tinggi harus kandas, dan ada juga orang tua yang sampai tega mengajak anak-anaknya untuk makan racun karena saking terlilit kemiskinan.
Menjadi ‘kaya’ dan punya uang itu tak selamanya mengerikan. Dengan uang kita bisa membahagiakan diri sendiri, membahagiakan orang lain, serta membantu sesama. Nggak semua yang punya uang itu terjerumus dalam hal-hal negatif kok, ada banyak juga orang-orang yang memanfaatkan uangnya untuk kegiatan sosial. Jadi jangan terus-terusan berburuk sangka pada uang, kasian si uang ini.
Dengan mengucapkan kata-kata tersebut, secara tak sengaja kita tengah mendoakan diri sendiri agar dijauhkan dari uang. Mungkin ada yang berucap seperti itu agar terlihat baik-baik saja dalam kemiskinannya, namun ada juga orang yang serius memang tak ingin punya uang banyak. Ada yang beranggapan mendapatkan uang itu begitu sulit, sehingga ia pasrah dengan keadaannya. Namun ada juga yang sudah ketakutan dulu jika memiliki uang banyak, sebelum mereka merasakannya sendiri.
Sebenarnya uang ini hanya benda mati, dia tak berkutik jika tidak digerakan oleh manusia. Ia bisa taat pada kehendak manusia, namun saat manusianya ‘menyimpang’ maka jangan salahkan uang jika ia mengusai akal sehat manusia. Jadi semua itu balik lagi pada manusianya masing-masing. Orang baik tentu akan menggunakan uangnya dalam kebaikan, tapi kalau orang sudah pada dasarnya kurang baik yah jangan heran jika ia punya uang maka akan lari pada hal-hal yang kurang baik. Dengan uang yang sama, tapi dua manusia yang berbeda, maka uang akan bekerja dengan cara masing-masing.
Sekali lagi saya bilang, uang memang bukan segalanya, tapi kita tak boleh munifik untuk mengakui bahwa segalanya di dunia ini kadang membutuhkan uang. Sekolah butuh uang, makan butuh uang, berobat butuh uang, bahkan kencing di toilet umum pun juga butuh uang. Ada sesuatu yang memang disiapkan secara gratis, namun ada banyak hal yang harus kita bayar di dunia ini untuk menikmatinya. Bahkan mati saja, kita butuh uang untuk bayar tukang gali kubur serta sewa tanah kubur kalau kita tinggal di kota.
Boleh saja kalau kita tak mau tergantung dengan uang, tapi jangan lantas membuat kita menjadi orang yang begitu antipati dengan uang. Ada banyak hal baik yang bisa kita lakukan dengan uang tersebut. ada banyak contoh, orang-orang yang memiliki uang banyak untuk digunakan membantu sesamanya.
Cobalah sejenak bayangkan bagaimana perasaan uang ini. Kalau ada yang suka menjelekkan atau berburuk sangka pada kita, tentu kita akan malas dekat-dekat dengan orang tersebutkan? Begitu juga dengan uang. Ucapan itu adalah doa. Jika kita suka bicara seolah kita tak butuh uang, maka uang pun akan meng-iya-kan dan akan enggan menyambangi hidup kita.
Berbaik-baiklah dengan uang dan bersahabatlah dengannya dengan cara yang sewajarnya, tapi jangan sampai kita gelap mata dan menghalalkan segalanya untuk memaksa uang berada di genggaman kita. Cintai sekadarnya saja, jangan berlebihan. Yang sedang-sedang saja, biar kalau ditinggal uang pas tanggal tua, nggak nelangsa-nelangsa banget. hehe (*)
BACA JUGA Ternak Lele adalah Kita yang Mulai Pragmatis atau tulisan Reni Soengkunie lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.