Buat orang yang tinggal di luar zona WIB, ada beberapa hal nggak enak yang mereka alami saat Ramadan
Tahun ini genap tiga kali berturut-turut saat bulan Ramadan saya kembali tidak bersama orang tua alias di tanah rantau. Meskipun sebelumnya saya pernah empat tahun kuliah jauh dari orang tua tapi tiba-tiba saya merindukan kehangatan itu lagi. Mungkin hal ini disebabkan karena saya sudah dua kali gagal mudik gara-gara pandemi.
Meski saya pernah merantau, tapi rasanya sekarang berbeda. Dulu, saya masih sama-sama merantau di daerah dengan zona waktu sama dengan orang tua: zona WIB. Sekarang, saya merantau di daerah dengan zona WITA.
#1 Lebih lama menunggu keputusan awal puasa
Telekonferensi pers penetapan satu Ramadan 1443 H diselenggarakan pada Jum’at tanggal 1 April 2022 pukul 19.15 WIB. Pada jam segitu memang awal masuk waktu shalat Isya untuk daerah DKI Jakarta dan sekitarnya. Akan tetapi buat orang yang tinggal di zona waktu selain WIB, sudah harus melatih kesabaran sebelum mulai puasa Ramadan dengan menunggu keputusan tersebut. Sebab, hal ini berkaitan dengan dilaksanakan atau tidaknya ibadah salat Tarawih. Ya walaupun pelaksanaannya bisa di rumah dan waktunya masih panjang tapi bakal lebih terasa suasana Ramadannya bila dilaksanakan secara jamaah di Masjid.
#2 Susah mau nonton kultum
Kultum sesaat sebelum buka puasa di televisi biasanya diampu oleh ustaz atau ulama yang penyampainnya padat, jelas, dan enak didengar pula. Kalau menyomot istilah anak zaman sekarang mah, kultum itu isinya daging semua. Sehingga saya hampir tak pernah melewatkan kultum sesaat sebelum berbuka, khususnya saat bersama orang tua.
Sekarang karena perbedaan zona waktu, jadi susah. Kultum sesuai dengan zona WIB sedangkan saya ada di zona WITA. Jadi sulit untuk menonton kultum tersebut karena saat kultum mulai, saya sudah harus siap-siap menuju masjid melaksanakan salat Isya dan tarawih. Hal ini saya akali dengan menonton video kultum sesaat sebelum buka puasa di hari sebelumnya atau tahun sebelumnya yang d-ishare oleh stasiun televisi di kanal YouTube mereka.
#3 Nggak enak mau posting hidangan berbuka puasa
Salah satu jokes lawas dan nggak lucu adalah posting gambar es teh waktu Ramadan, dengan kepsyen ala-ala untuk menggoda iman. Tapi, bakal lebih aneh lagi sih kalau masih punya teman yang posting seperti itu di tahun 2022. Hal ini membuat saya lebih berhati-hati dalam mem-posting gambar.
Saya menjaga untuk tidak menampilkan gambar makanan saat mau share momen berbuka puasa baik saat bersama maupun sendiri. Alasannya sederhana karena nggak enak sama temen-temen saya sekaligus menghargai mereka yang belum berbuka puasa di zona WIB. Sebab, mayoritas teman-teman di sosial media saya berada di zona WIB. Walaupun saya yakin sih tidak akan ada yang tiba-tiba membatalkan puasanya karena melihat foto hidangan saya saat berbuka puasa.
#4 Nggak bisa nonton hiburan sahur di TV sampai selesai
Dalam pandangan saya bulan Ramadan nggak selalu tentang ibadah dan religiositas. Ada pula sisi lain yang mewarnai bulan Ramadan. Salah satunya adalah hiburan sahur di TV. Akan tetapi sejak tinggal di luar zona WIB, saya hampir tidak pernah lagi menonton hiburan sahur seperti itu lagi. Ya gimana, acara masih jalan, saya harus berangkat salat Subuh.
#5 Bimbang menunggu waktu Lebaran
Setiap kali mendapatkan cerita dari ibu-ibu di kantor tentang keputusan waktu lebaran, saya dapat menangkap adanya rasa bimbang menunggu hasil keputusan penetapan satu syawal. Hal ini disebabkan karena ada beberapa masakan yang sudah disiapkan oleh ibu-ibu untuk menyambut lebaran. Jika harus menunggu satu hari lagi dikhawatirkan rasanya kurang nikmat bahkan bisa saja basi.
Seperti itu pengalaman saya tentang hal-hal nggak enak tinggal di luar zona WIB saat Ramadan. Bila ada dari pembaca ingin menambahkan bisa melalui kolom komentar. Ataupun ingin menceritakan pengalaman uniknya berkaitan dengan perbedaan zona waktu juga boleh kok.
Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Rizky Prasetya