Bagi sebagian orang, menikah merupakan sebuah pilihan, termasuk memilih dari mana pasangan kita berasal. Bibit, bebet, dan bobot lah kalau kata orang Jawa. Setelah menikah selama lebih dari 12 tahun, saya selalu bersyukur istri saya berasal dari kota yang sama dengan saya, Semarang. Bukan maksud saya kalau istri saya berasal dari daerah lain dengan saya lantas saya nggak bersyukur. Bukan begitu. Tentu ada juga sisi positif dari memiliki pasangan yang berasal dari daerah berbeda.
Namun, kali ini izinkan saya berbagi beberapa hal yang menurut saya menyenangkan apabila menikah dengan pasangan yang berasal dari daerah sama. Berikut alasannya:
#1 Mudik hemat
Alasan pertama ini berlaku sebelum pandemi, ya, karena sejak pandemi saya belum pulang kampung lagi. Sebelum pandemi melanda, pulang kampung jadi salah satu agenda rutin bagi setiap pasangan yang tinggal terpisah dari orang tuanya. Untungnya, orang tua saya dan istri sama-sama berasal dari Semarang, sehingga kalau mau mudik tinggal sekali jalan saja. Hemat biaya dan waktu, bukan?
Coba bayangkan seandainya saya dan istri kerja dan tinggal di Jakarta. Saya berasal dari Semarang, sementara istri saya berasal dari Ujoh Bilang (ibu kota Kabupaten Mahakam Ulu Provinsi Kalimantan Timur). Hehehe, saya yakin, pasti banyak di antara kalian yang belum pernah mendengar daerah Ujoh Bilang ini.
Saya ceritakan sedikit, tahun 2013 saya pernah ke Ujoh Bilang dalam rangka dinas. Saya berangkat dari Samarinda pukul 3 sore dan tiba di Sendawar (ibu kota Kutai Barat) pukul 1 malam. Dari pelabuhan perahu di Sendawar, harus lanjut naik speedboat sekitar 2-3 jam perjanan menyusuri sungai baru tiba di Ujoh Bilang.
Kebayang kan berapa biaya yang harus dikeluarkan dan waktu yang dibutuhkan untuk mudik ke Semarang dan ke Ujoh Bilang?
#2 Bahasa daerah sama
Walau sesama orang Jawa, ada beberapa dialek daerah yang berbeda, khususnya di Jawa Tengah. Masyarakat di Semarang dan Jepara atau Barang saja sudah berbeda dialeknya.
Nah, karena saya dan istri sama-sama berasal dari Semarang, kami lebih mudah memahami satu sama lain. Saya nggak perlu ambil kursus singkat belajar bahasa daerah lain untuk lebih mengakrabkan diri dengan pasangan, begitu juga sebaliknya dengan pasangan saya.
Bayangkan kalau saya berasal dari Semarang, sementara istri saya berasal dari Sumatera Utara misalnya. Wah, bahasa daerahnya saja sudah berbeda, intonasi bicaranya pun juga berbeda. Orang Batak terkenal suka berbicara keras dan tegas, sementara orang Jawa terkenal dengan cara bicaranya yang lembut dan pelan. Tentu bakal butuh waktu untuk beradaptasi dengan bahasa dan dialek masing-masing.
#3 Selera makan sama
Meski nggak suka makan makanan pedas seperti istri, secara umum kami memiliki selera makan yang sama. Masakan di rumah kami umumnya benar-benar njawani. Tempe goreng, ayam bacem, sop, lodeh, dan makanan rumahan lainnya benar-benar membuat saya malas jajan di luar.
Seandainya istri saya berasal dari daerah yang berbeda, tentu saya harus membiasakan diri dengan jenis makanan yang nggak biasa bagi lidah saya. Misalnya, makan pisang goreng dengan sambal yang tentu saja menarik untuk dicicipi, namun tentu bukan favorit saya. Soto ayam dengan sate telur puyuh favorit saya bisa jadi sulit ditemui di luar Semarang.
Tiga hal di atas merupakan beberapa kelebihan dari memiliki pasangan yang berasal dari daerah atau kota yang sama dengan kita. Tentu saja keragaman suku, bahasa, dan budaya merupakan kekayaan tersendiri bagi bangsa ini. Banyak juga kok teman saya yang memilih pasangan tak hanya beda suku, namun juga beda bangsa dan hidup berbahagia hingga sekarang. Preferensi kita dalam memilih pasangan hidup merupakan privilese dari diri kita sendiri. Kenyamanan dan kebahagiaan merupakan subjektivitas dari individu masing-masing.
Sumber Gambar: Pixabay