Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

4 Stereotip yang Kerap Tersemat pada Polisi Baru

Iqbal AR oleh Iqbal AR
18 Oktober 2021
A A
stereotip polisi baru

stereotip polisi baru

Share on FacebookShare on Twitter

Berawal dari tagar #PercumaLaporPolisi hingga perundungan yang dialami salah satu warganet, kita semakin tahu bagaimana kinerja polisi selama ini. Secara garis besarnya, butuh perbaikan dalam skala besar. Sebuah kenyataan yang mau tidak mau harus diterima, meskipun banyak juga pihak mereka yang masih denial.

Namun, tulisan ini sebenarnya tidak akan membahas kinerja polisi lebih dalam. Selain karena takut diperkarakan (saya kapok dan tidak mau kena UU ITE lagi), isu di atas juga terlalu serius bagi saya. Itu jatahnya penulis lain saja. Maka dari itu, di tulisan ini saya lebih memilih menulis hal lain yang lebih ringan, yang sebenarnya masih ada kaitannya dengan polisi. Ya, seperti sudah tertera di judul, saya akan menjabarkan tentang stereotip-stereotip yang kerap tersemat pada para polisi baru.

Seperti kita tahu, menjadi polisi adalah idaman bagi sebagian masyarakat. Hidup terjamin, pangkat terpandang, serta dipandang tinggi oleh sebagian masyarakat. Maka tidak heran ketika kita lihat setiap tahunnya, ada banyak sekali anak-anak muda yang berlomba-lomba ikut seleksi masuk polisi yang cukup ketat. Sampai-sampai ada yang menghalalkan segala cara, demi bisa jadi polisi baru.

Nah, inilah pemicu munculnya polisi-polisi baru, sehingga muncul stereotip-stereotip yang melekat pada mereka. Tidak selalu stereotip buruk, tentunya, sebab ada juga stereotip yang wajar-wajar saja. Lalu apa saja stereotip yang kerap melekat pada polisi baru? Sila disimak di bawah ini.

Beli motor baru

Ini jadi salah satu stereotip yang paling umum, yang kerap dilakukan polisi baru. Sudah resmi jadi polisi, mereka pasti akan dapat gaji yang bisa dibilang cukup. Tidak hanya gaji, mereka juga dapat SK yang bisa “disekolahkan” atau digadaikan. Ya kayak PNS gitu lah.

Nah, hasil dari gaji per bulan dan gadai SK ini, tidak jarang dipakai oleh para polisi baru untuk beli motor baru. Nyicil tidak apa-apa, yang penting motor baru. Biasanya, pilihan motor para polisi baru ini ada dua, antara KLX, atau Kawasaki Ninja. Selain karena KLX dan Ninja itu terlihat “mewah”, kedua motor itu semakin melegitimasi kegagahan mereka. Ya walaupun tidak gagah-gagah amat, sih.

“Silaturahmi” ke SMA-nya dengan memakai seragam lengkap

Sudah masuknya sulit, ketika sudah lolos dan diterima, masa tidak pamer silaturahmi ke tempat yang dulu mendidik mereka? Begitu kira-kira isi kepala sebagian dari mereka. Seperti sudah menjadi kebiasaan ketika ada satu atau dua polisi baru, maka mereka akan datang ke sekolah SMA-nya. Entah sekadar silaturahmi dan berterima kasih pada para guru, yang jelas mereka datang ke SMA-nya dengan seragam lengkap dari ujung kepala sampai kaki.

Ini kerap terjadi hampir di seluruh SMA yang alumninya berhasil masuk polisi. Kalau tujuannya murni silaturahmi, sih, oke-oke saja. Tapi kalau niatnya lain, itu yang perlu dipertanyakan.

Baca Juga:

Apa pun Kejahatan di Surabaya, Orang Madura Selalu Dijadikan Kambing Hitam

Hilangnya 9 Besi Penutup Got di Bangkalan Menegaskan kalau Orang Madura Memang Tak Layak Dibela

Mencari bibit anarko, misalnya. Kan wagu.

Ganti merek rokok

Bagi polisi baru yang kebetulan perokok, salah satu kebiasaan yang sudah pasti dilakukan adalah ganti rokok. Gajinya yang pasti (beserta tunjangan), membuat para polisi baru yang juga perokok ini ganti rokok. Biasanya, pilihannya ada dua dan mahal-mahal (rata-rata 30 ribu). Kalau tidak rokok Marlboro, ya rokok “plat merah” alias Sampoerna Mild. Kenapa Sampoerna disebut “plat merah”? Karena banyaknya pejabat/ASN yang merokok Sampoerna Mild.

Beberapa teman saya yang jadi polisi juga memutuskan untuk mengganti rokoknya dari rokok-rokok medioker atau murah, ke rokok Marlboro atau Sampoerna Mild. Jarang juga kita temui polisi yang merokok Trubus Alami, Ares, atau Andalan. Masa polisi rokoknya murah. Ya malu, dong!

“Silaturahmi” ke kaum Hawa

Berbekal status pekerjaan mereka, mereka sering kali silaturahmi ke cewek-cewek. Lho, biar apa?

Sebentar, jangan berpikiran yang tidak-tidak. Mereka silaturahmi ke kaum Hawa itu biar mengenalkan dunia hukum. Agar nantinya mereka tidak kaget ketika berurusan dengan apa-apa yang berkenaan dengan hukum.

Coba lihat akun @txtdariberseragam. Di akun tersebut, banyak ditemukan usaha mereka untuk membikin masyarakat, khususnya cewek-cewek, untuk tak awam dengan hukum dan instrumennya. Ini tuh tindakan mulia loh. Kalau pelaksanaannya nggak menyenangkan, beda lagi ya.

Itulah setidaknya empat stereotip yang kerap menempel pada para polisi baru. Tentu saja tidak semua seperti itu. Namun, yang namanya stereotip kan muncul karena banyak yang melakukannya. Jadi, kalau mau sepakat dengan stereotip ini ya silakan, dan kalau tidak sepakat ya jangan marah-marah, ya.

Kayak biasanya aja lah, yang jelek-jelek dianggep oknum, bener kan?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 18 Oktober 2021 oleh

Tags: polisi barustereotip
Iqbal AR

Iqbal AR

Penulis lepas lulusan Sastra Indonesia UM. Menulis apa saja, dan masih tinggal di Kota Batu.

ArtikelTerkait

4 Stereotip Jakarta yang Diamini Banyak Orang, padahal Keliru

4 Stereotip Jakarta yang Diamini Banyak Orang, padahal Keliru

21 Juli 2022
Santri pondok pesantren Zaman Sekarang, kalau Nggak Dituduh Teroris, ya Pelaku Bully, Suka-suka Kau lah

Santri Zaman Sekarang, kalau Nggak Dituduh Teroris, ya Pelaku Bully, Suka-suka Kau lah

23 Oktober 2023
Suka Duka Menjadi Orang Jampang Sukabumi, Daerah Paling Berbahaya di Tanah Sunda karena Jadi Pusat Praktik Ilmu Hitam

Suka Duka Menjadi Orang Jampang Sukabumi, Daerah Paling Berbahaya di Tanah Sunda karena Jadi Pusat Praktik Ilmu Hitam

26 Januari 2024
8 macam penderitaan anak psikologi mahasiswa psikologi sterotip mojok.co

8 Macam Derita Anak Psikologi

9 Oktober 2020
stereotip orang batak tari tortor pesta batak toba mojok.co

3 Stereotip Orang Batak yang Kuterima selama Sekolah di Jawa

19 Juni 2020
pemuja setan

Saya Pencinta Musik Keras dan Saya Bukan Pemuja Setan, Ingat Itu!

1 Juli 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.