Kalau kamu pernah jalan-jalan ke Bali, pasti sudah nggak asing lagi dengan yang namanya sesajen atau sesaji. Sesajen merupakan salah satu perangkat kebudayaan Bali yang selalu ada di berbagai tempat. Di tempat umum seperti kantor, institusi, trotoar, persimpangan jalan, pura, toko, hotel, dan beberapa tempat lainnya, kita bisa menemukan sesajen. Sesajen di Bali biasanya terbuat dari janur dan terdiri dari bunga warna-warni, nasi, biskuit, permen, dan lain-lain.
Sesajen yang sering dijumpai di depan rumah atau di pinggir jalan disebut “canang sari”. Dibandingkan dengan sesajen jenis lain di Bali, canang sari memiliki ukuran paling kecil. Canang sari terbuat dari janur yang dibentuk segi empat sebagai wadah dan porosan yang berisi pinang, sirih, dan kapur sebagai simbol Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Siwa.
Sesajen canang sari biasanya juga diisi dengan irisan tebu, pisang, dan makanan ringan khas Bali. Bunga yang digunakan untuk canang sari harus segar dan wangi sebagai simbol ketulusan dan kesucian. Nggak ketinggalan juga bunga yang dibentuk rampai, yang merupakan simbol kebijaksanaan.
Warga Bali yang sebagian besar beragama Hindu biasa memulai hari dengan doa disertai sesajen sebagai persembahan kepada Yang Mahakuasa. Mereka memiliki keyakinan akan memperoleh keberuntungan dan menampik kemalangan dengan memberikan persembahan tersebut. Bukan cuma memperoleh keberuntungan, persembahan sesajen adalah salah satu wujud ucapan terima kasih dan rasa syukur warga Bali kepada Yang Mahakuasa. Pemberian sesajen ini juga berarti penyerahan diri atas materi dan waktu kepada Sang Pencipta.
Kalau melihat sesajen di pantai atau trotoar, sudah seharusnya kita nggak menginjak sesajen tersebut. Tetapi, kalau nggak bisa menghindar dan terpaksa menginjak sesajen, apa boleh buat. Misalnya, dalam keadaan terpaksa melindas sesajen saat melalui jalan sempit, atau nggak sengaja menyenggol sesajen saat naik motor atau mobil di Bali.
Banyak orang yang menyambungkan eksistensi sesajen dengan cerita mistis yang beredar. Katanya, orang yang sengaja menginjak atau menyenggol sesajen pasti mendapatkan celaka atau insiden yang nggak enak. Sebenarnya, nggak menginjak atau menyenggol sesajen adalah bentuk penghormatan pada keyakinan orang Bali, bukan agar kita nggak kena celaka.
Namun, terkadang ada saja wisatawan nakal yang sengaja menginjak atau menyenggol sesaji di Bali. Mungkin itu yang membuat beberapa penduduk kesal dan mencoba memperingatkan wisatawan agar nggak menginjak sesajen. Salah satu triknya ya dengan menakut-nakuti hal buruk yang akan terjadi kalau kita menginjak atau menyenggol sesajen. Padahal menurut masyarakat asli Bali, sih, menginjak atau menyenggol sesajen tersebut nggak akan menimbulkan masalah.
Meskipun menginjak atau menyenggol sesajen nggak menimbulkan hal buruk, ada banyak cerita mistis yang terdengar dari banyak orang karena menginjak atau menyenggol sesajen. Ada orang menginjak sesaji dan kemudian mandi. Saat dia mandi, dia menemukan keran shower bergerak dengan sendirinya. Hiii.
Ada juga cerita tentang rombongan mahasiswa Solo yang terpaksa menghentikan study tour-nya karena banyak mahasiswa yang kesurupan saat sarapan di hotel. Menurut saksi mata, dia melihat seorang mahasiswa yang iseng menaruh kepingan makanan ringan ke sesajen di hotel. Dan masih ada banyak cerita horor lainnya yang disebabkan oleh sesajen di Pulau Dewata yang beredar luas di masyarakat.
Terlepas dari perkara cerita mistis, yang perlu diingat adalah sesajen di Bali merupakan bentuk doa umat Hindu kepada Tuhannya. Jadi, jangan sampai merusaknya dengan sengaja, ya.
Sumber Gambar: YouTube Lifestyle Retreats