Lagi-lagi, minggu lalu timnas sepak bola kita kalah di kualifikasi piala dunia zona Asia. Kali ini hasilnya cukup memalukan telak, 0-3 tanpa balas. Timnas kita harus bertekukuk lutut dari timnas sepak bola Thailand. Bermain di kandang sendiri seperti tidak memberi pengaruh apa-apa. Tetap saja, timnas kita konsisten dengan kekalahannya.
Kekalahan dari Thailand merupakan kekalahan kedua, dari laga kedua kulifikasi. Dilaga pertama, timnas kita kalah dari Malayasia. Dengan skor yang tipis. Tapi menyakitkan. Malayasia berhasil mengembalikan kedudukan setelah sebelumnya timnas kita memimpin laga.
Hal yang lebih memalukan dari laga Indonesia melawan Malaysia, adalah suporter kita yang kelewat barbar di Stadion GBK. Mentang-mentang main di kandang sendiri, kita malah bikin keributan. Memangnya tidak bisa memberikan dukungan dengan tenang? Suporter kita malah ribut sama suporter Malaysia. Sudah bikin keributan, timnas kita kalah pula. Sakitnya dobel, bos.
Menjadi pendukung timnas sepak bola Indonesia memang sangat berat. Sangat jarang kita dibuat senang dari penampilan timnas kita. Kita harus bisa bersabar. Siap kecewa lagi dan lagi.
Laga selanjutnya, Indonesia akan menghadapi Uni Emirat Arab di kualifikasi Piala Dunia zona Asia. Dengan hasil yang sudah diraih sebelumnya, sebenarnya saya pesimis Inonesia bisa memenangkan laga. Tapi harapan agar timnas bisa menang tentu saja ada. Mari berdoa saja. Semoga timnas kita tidak kebobolan terlalu banyak.
Dikualifikasi Piala Dunia kali ini, Timnas Indonesia tergabung di grup G. Grup yang sebenarnya terasa seperti Piala AFF. Bagaimana tidak? Grup tersebut diisi oleh negara-negara dari Asia Tenggara, kecuali UEA tentu saja. Selain ada Thailand dan Malaysia, juga ada Vietnam. Sekarang Thailand sedang memimpin klasemen sementara dengan 4 poin.
Saat hasil undian ini keluar, yang menempatkan Indonesia bersama negara-negara Asia Tenggara lainnya, sebenarnya saya sangat optimis Timnas Indonesia bisa lolos dari grup ini. Setidaknya bisa berada di posisi runner up. Dengan begitu, Timnas Indonesia bisa melangkah ke babak selanjutnya. Walaupun saya masih cukup realistis kalau Timnas Indonesia memang susah untuk menembus Piala Dunia walaupun lolos dari grup G. Karena masih akan ada babak kualifikasi selanjutnya.
Setidaknya, ketika Timnas Indonesia lolos dari grup G, mereka bisa mendapatkan slot untuk bermain di Piala Asia. Dan hal tersebut sudah sangat baik untuk timnas kita. Bayangkan saja, betapa bangganya kita bisa kembali mendukung timnas di kejuaraan Piala Asia. Tidak jadi juara juga tidak masalah. Terakhir kali timnas kita berlaga di Piala Asia adalah pada tahun 2007, 12 tahun yang lalu. Sudah lama sekali.
Pernah tidak kita bertanya-tanya, kenapa timnas senior kita sangat susah untuk berprestasi di kejuaraan. Bahkan untuk Piala AFF saja, kita sangat susah untuk jadi juara. Sebaliknya, timnas muda kita sangat hebat—berprestasi semua. Lihat saja ketika timnas U-19 kita berhasil menjuarai piala AFF. Yang cukup untuk menjadi penghibur bagi pendukung timnas sepak bola kita. Bahkan sampai lolos ke Piala AFC U-19. Timnas junior kita yang lain juga begitu.
Saat timnas junior ini selalu mampu memberikan angin segar untuk pendukung sepak bola Indonesia, tapi harus kecewa ketika mereka bermain di level timnas senior. Seperti ada yang salah. Tapi entah apa.
Mungkin betul kata Bang Pandji. Kita memiliki masalah persatuan. Coba perhatikan cabang olahraga yang bukan tim—cabang olahraga yang bisa dimainkkan perorangan. Bisa dibilang, kita sangat berprestasi. Sebut saja cabang olharaga lari, kita punya Zohri. Cabang olahraga bulutangkis, kita punya banyak—salahsatunya Taufik Hidayat. Bahkan di tinju, kita punya Chris John. Kita juga punya prestasi gemilang di cabor panjat tebing dan angkat beban. Tapi ketika bebicara soal cabor yang memerlukan kerja sama tim, kita masih punya jalan yang terjal.
Timnas sepak bola kita sepenuhnya dikontrol oleh PSSI. Di PSSI inipun, banyak masalah. Seperti yang pernah menjadi topik nasional. Soal management dan juga banyaknya mafia yang bermain. Sekarang ini, PSSI seperti tidak punya terobosan keatif. Yang bisa mengangkat performa dari pe-sepak bola-an kita. Segala kebijakan yang diambil selalu saja menuai pertanyaan berbagai pihak.
Mungkin ini saatnya PSSI butuh bantuan dari pihak luar—swasta misalnya. Sepak bola kita sepertinya butuh pihak yang bisa membantu mengembangkan sepak bola kita. Pihak yang bisa membina para pesepakbola kita sejak dini. Mencari bibit muda dari seluruh penjuru negeri. Kita butuh “PB Djarum” untuk sepakbola. Siapa tau saja dengan begitu, kita bisa lebih berprestasi. (*)
BACA JUGA Jokowi dan Memori Orde Baru yang Masih Membekas atau tulisan Muhammad Ikhdat Sakti Arief lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.