Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

Menganalisis Kelas Sosial Penyelenggara Tahlilan Berdasarkan Suguhannya

Mohammad Maulana Iqbal oleh Mohammad Maulana Iqbal
15 Juni 2021
A A
Menganalisis Kelas Sosial Penyelenggara Tahlilan Berdasarkan Suguhannya terminal mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Sebelumnya, mungkin bagi para pembaca budiman yang belum tahu suguhan, maka saya akan jelaskan sedikit apa itu suguhan. Jadi, secara definitif, istilah suguhan ini sudah ada di KBBI, yang merupakan hasil serapan dari bahasa Jawa.  Kalau manut KBBI, suguhan berarti sesuatu yang dihidangkan. Lebih jelasnya lagi, sepengetahuan saya, suguhan itu istilah yang biasa digunakan untuk sebuah sajian atau hidangan berupa makanan kepada tamu. Begitu pun ketika acara tahlilan, suguhan ini biasanya diletakkan secara berjajar di depan tempat duduk para tamu undangan, lengkap beserta air mineralnya.

Lantas, kenapa saya memilih suguhan untuk melihat kelas sosial seseorang daripada elemen lainnya dalam tahlilan? Misal seperti berkatannya, begitu.

Jadi, menurut saya dengan melihat suguhan tahlilan, maka kita dapat mengetahui lebih konkret kelas sosial pengelenggaranya daripada elemen lainnya seperti berkat. Berkatan sendiri, menurut saya cukup random, dan isinya kurang representatif, pasalnya isi berkatan cukup memiliki beragam pola yang justru mengaburkan kelas sosial yang dimiliki seseorang.

Oke, langsung saja, jadi saya membagi tiga kelas sosial penyelenggara tahlilan berdasarkan suguhannya.

#1 Kelas sosial menengah ke bawah

Bagi kelas ini, suguhannya cenderung berpola simpel dan cukup mudah ketika pembuatannya. Bahkan bagi ibu-ibu, mungkin makanan ini cukup sering dibuat karena memang mudah dibuat. Terlebih, bahannya cukup mudah juga diperoleh. Contoh suguhan semacam ini biasanya sejenis gorengan, entah itu tahu goreng, tahu isi, ote-ote, tempe goreng, dan berbagai jenis gorengan lainnya.

Di kelas ini pula, biasanya ada suguhan yang bersumber dari alam, misalnya pisang. Hasil alam merupakan sumber suguhan yang cukup murah meriah, bahkan untuk tanaman pisang sendiri, asal dapat air saja, maka ia akan tumbuh dengan sendirinya.

Untuk segi air mineral yang disuguhkan berupa air mineral merek lokal yang harganya cenderung terjangkau. Kalau di daerah saya sendiri biasanya menggunakan merek Sterilla.

#2 Kelas sosial menengah

Di kelas sosial menengah ini, suguhan hasil alam seperti pisang masih dapat ditemukan. Pasalnya, memiliki lahan untuk mengelola tanaman merupakan keistimewaan kekayaan tersendiri yang dimiliki masyarakat.

Baca Juga:

3 Barang yang Nggak Pernah Terbayangkan Bakal Didapat dari Tahlilan di Madura, Mewah dan Pasti Bermanfaat

Tahlilan Bukan Hanya untuk Tamu. Pihak Keluarga Harusnya Berpartisipasi, Bukan Malah Sibuk Sendiri!

Namun, untuk suguhan yang dimasak, kelas sosial menengah sedikit rumit pembuatannya, dan bahannya juga agak sedikit mahal. Misalnya yang sering saya temui seperti kue apem, kucur, ada juga keripik, dan lain sebagainya.

Air mineral yang disediakan pun sudah berskala nasional, biasanya merupakan merek air mineral yang sudah dipajang di lemari es kebanyakan minimarket, bahkan merek yang sudah nggak asing didengar masyarakat Indonesia. Kalau di daerah saya, beberapa masyarakat yang tergolong dalam kelas ini biasanya menggunakan air mineral gelas merek Club untuk acara tahlilan.

#3 Kelas sosial menengah ke atas

Nah, untuk kelas sosial ini, suguhan hasil alam sudah lenyap, alias sudah nggak ada lagi. Pasalnya, kebanyakan dari mereka sudah nggak ada lagi yang berprofesi sebagai petani yang memanfaatkan hasil alam.

Masyarakat kelas sosial ini biasanya lebih memilih suguhan berupa makanan ringan. Untuk makanan ringannya sendiri kebanyakan—atau mungkin seluruhnya—terbungkus plastik dengan rapi, nggak telanjang layaknya suguhan makanan ringan di kelas sosial sebelumnya. Nah, terbungkusnya makanan ringan ini menunjukkan bahwa makanan suguhan tersebut merupakan hasil membeli langsung matang, bukan hasil memasak sendiri layaknya di kelas sosial sebelumnya.

Bahkan untuk gelas air mineral yang disuguhkan oleh kelas ini merupakan air mineral yang memiliki brand awareness di masyarakat, mereknya telah menjadi nama barang, salah satu contohnya Aqua. Dapat dilihat sendiri, kebanyakan masyarakat Indonesia kalau beli air mineral pasti ngomongnya, “Beli Aqua”, meskipun air mineral yang dibeli bukan merek Aqua.

Oleh karena itu, jika kalian ingin mengetahui kelas sosial dari penyelenggara tahlilan, maka cukup mudah, tinggal lihat suguhannya. Namun, jika kalian bodo amat dengan kelas sosial, ya, sah-sah saja. Yang penting doa, makan+berkatan juga sudah cukup.

Sumber Gambar: YouTube Royal Tumpeng

BACA JUGA Tempat Duduk Saat Tahlilan Bisa Digunakan untuk Memetakan Status Sosial Seseorang dan tulisan Mohammad Maulana Iqbal lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 8 November 2021 oleh

Tags: hidanganKuliner Terminalsajiansuguhantahlilan
Mohammad Maulana Iqbal

Mohammad Maulana Iqbal

Terkadang sedikit halu.

ArtikelTerkait

nasi kebuli mojok

Nasi Kebuli: Bukan Sekadar Kuliner, tapi Juga Manifestasi Perjuangan

25 Juni 2021
Sujebi, Sup Mi tapi Bukan Mi dari Korea terminal mojok

Sujebi, Sup Mi tapi Bukan Mi dari Korea

25 Juni 2021
Soto kok Lauk Kerupuk, Lauk Tempe Lebih Manusiawi! terminal mojok

Soto kok Lauk Kerupuk, Lauk Tempe Lebih Manusiawi!

10 Agustus 2021
rekomendasi menu daging olahan saat idul adha

Bosan Nyate? Ini Dia Rekomendasi Menu Olahan Daging Kurban yang Tak Kalah Lezat dan Menggiurkan

20 Juli 2021
Makanan Catering Adalah Tolok Ukur Kesuksesan Hajatanmu terminal mojok

Makanan Catering Adalah Tolok Ukur Kesuksesan Hajatanmu, Jangan Disepelekan

25 Mei 2021
Roti'O Sahabat Setia Pelancong Low Budget seperti Saya terminal mojok

Roti’O, Sahabat Setia Pelancong Low Budget

3 Juli 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.