Bagi orang pada umumnya, daging sapi dan beragam olahannya adalah santapan yang sangat lezat. Tapi, bagi saya, daging sapi dan beragam olahannya bukanlah santapan yang lezat. Sejak usia kecil, saya nggak doyan menyantap daging tersebut. Bila memaksakan untuk menyantapnya meskipun hanya sedikit, malah merasa enek terus bakalan muntah-muntah. Makanya, di mana pun saya berada, saya selalu menghindari menyantapnya.
Nah, sebagai orang yang nggak suka daging sapi, saya merasakan ada sisi positif dan sisi negatifnya. Melalui tulisan ini, saya mencoba mengangkat sisi-sisi tersebut. Walaupun tetap saya rasa nilai positifnya dikit banget.
Saya mulai dulu dari sisi negatifnya.
Pertama, sering merepotkan orang lain. Nggak suka daging sapi ternyata bukan hal yang sepele. Nggak suka daging ternyata berdampak juga kepada orang lain. Sudah banyak orang yang saya buat repot hanya karena saya nggak suka olahan ini. Contohnya, saat saya menghadiri suatu acara seminar. Panitia konsumsi harus repot menyiapkan satu menu konsumsi yang beda sendiri.
Di antara para peserta yang menghadiri acara tersebut, hanya saya saja yang menyantap menu ayam. Yang lainnya, ya doyan-doyan aja. Aduh, maafkan saya ya. Saya sendiri sudah berusaha mati-matian menyantap olahan hewan inii supaya nggak bikin repot orang lain. Tapi, tetap saja saya nggak bisa memakannya. Hiks.
Contoh lainnya, saat saya sedang berkumpul bersama teman-teman. Nggak jauh dari kami, ada warung mi bakso. Sudah tentu, bakso yang ada di warung itu terbuat dari daging sapi. Oleh karena lapar, teman-teman saya ingin makan siang di warung mi bakso itu. Salah seorang teman akan mentraktir kami. Tapi, karena saya nggak doyan, makan di warung mi bakso ini nggak jadi.
Akhirnya, kami pesan makanan lewat GoFood. Sebab mereka sudah ngebet makan mi bakso, mereka memilih menu mi bakso. Saya memilih menu ayam. Hanya saya sendiri yang menunya berbeda. Teman saya ini jadinya harus mengeluarkan uang lebih untuk membayar jasa pengantaran GoFood untuk menu yang saya pesan. Soalnya, toko menu yang saya pesan ini berbeda dengan berbeda dengan toko makanan yang teman-teman saya pesan. Aduh, maafkan saya ya.
Sisi negatif kedua yaitu sering kali dimarahi suami. Intinya seperti ini, saya sering kali dimarahi suami seperti ini, “Gimana mau sehat kalo makanan yang banyak mengandung protein hewani aja nggak suka?” Saya juga sering dipaksa-paksa suami agar mau menyantapnya. Memang betul, olahan daging punya banyak nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Tapi, gimana toh saya sendiri emang nggak doyan. Daripada dipaksain, kan malah jadi muntah-muntah akhirnya. Memangnya Mas mau bersihin muntahan saya?
Tapi, jelas ketidaksukaan saya ini punya sisi positif juga.
Yang pertama yaitu nggak ikut-ikutan bergosip di warung mi bakso. Warung mi bakso adalah tempat nongkrong strategis. Termasuk bagi ibu-ibu. Nah, di mana ada ibu-ibu ngumpul, rawan menjadi ajang bergosip atau gibah. Nah, karena saya nggak doyan, saya jarang berkunjung ke warung mi bakso. Saya jadi nggak ikut-ikutan bergosip atau gibah bersama mereka di warung mi bakso. Lumayan lah meminimalisir perbuatan nggak penting.
Sedangkan sisi positifnya yang kedua, tentu saja saya lebih hemat pengeluaran. Kalo saya lagi makan di luar, saya nggak pernah pilih menu olahan daging. Saya biasanya lebih senang memilih menu olahan ayam. Harganya biasa lebih murah. Saat saya belanja, saya hanya membeli sedikit daging sapi untuk untuk dikonsumsi suami.
Itulah sisi positif dan sisi negatif yang saya rasakan sebagai orang yang nggak suka daging sapi. Kalo kamu nggak suka, kamu mungkin merasakan apa yang saya rasakan. Gimana lagi, kita sudah berusaha, tapi preferensi orang memang nggak bisa dipaksa.
BACA JUGA Cobaan Saat Idul Adha: Nasib Tidak Suka Daging Sapi Maupun Kambing