Setelah bertahun-tahun cukup menuai kontroversi, lomba panjat pinang akhirnya mulai dilarang di berbagai daerah. Paling baru, ada Pemkot Langsa, Aceh yang melarang adanya perlombaan panjat pinang ini.
Pihak Pemkot Langsa, Aceh berpendapat perlombaan panjat pinang ini tidak ada nilai edukasinya. Selain itu, panjat pinang juga tidak sesuai dengan budaya Islam dan dianggap sebagai warisan kolonial.
Sebagai orang yang jarang ikut lomba-lomba seperti ini, saya nggak kaget kalau ada yang melarang lomba ini. Nggak salah juga, sih, kalau lomba panjat pinang ini dilarang. Selain sebagai warisan kolonial Belanda, panjat pinang juga nggak sesuai dengan semangat kemerdekaan. Katanya merdeka, tapi kok masih disuruh rebutan hadiah. Udah gitu, pakai manjat-manjat lagi. Hadeh~
Selain itu, panjat pinang juga nggak sesuai dengan budaya Islam, apalagi di Aceh. Peserta yang ikut lomba panjat pinang kan buka baju semua, aurat terbuka kayak gitu. Idih!
Selama bertahun-tahun, perlombaan panjat pinang sudah jadi ciri khas dari peringatan kemerdekaan Indonesia. Kalau dilihat dari sejarahnya, lomba panjat pinang adalah salah satu bentuk perlombaan yang diadakan pemerintah kolonial Belanda, untuk memperingati ulang tahun Ratu Wilhelmina yang diadakan setiap 31 Agustus. Setelah kemerdekaan, panjat pinang jadi perlombaan yang dilaksanakan setiap peringatan kemerdekaan Indonesia.
Saat itu, orang-orang pribumi jadi peserta. Saling injak memperebutkan hadiah berupa bahan-bahan pokok yang digantung di atas. Sedangkan penonton—yang rata-rata orang Belanda—cuma ketawa-ketawa aja ketika ada yang jatuh atau kepleset.
Karena dilarang di Aceh, sebaiknya Pemkot Langsa, Aceh juga punya alternatif lain untuk menggantikan panjat pinang. Ya biar lebih punya nilai edukasi dan nggak bertentangan dengan kultur Aceh gitu. Kalau Pemkot Langsa belum ada saran, ini saya ada. Monggo~
1. Lomba Bikin Program Untuk Pemerintah
Meskipun kedengarannya aneh, tapi lomba ini cukup edukatif, lho. Anggap saja membantu pemerintah dalam membuat program-program. Nanti, undang aja perwakilan dari pemerintah buat jadi juri. Kita kan tahu sendiri, gimana susahnya pemerintah ketika kerja, sampai-sampai mereka tidur karena kelelahan, lho. Daripada nyinyirin mereka, lebih baik dibantu. Gampang saja lombanya, tiap orang atau tiap grup disuruh bikin beberapa usulan program. Baru nanti dinilai sama juri.
Tapi, lomba ini juga harus ada batas usianya. Maksudnya, bikin aja lomba ini khusus 16 tahun ke atas. Anak kecil nggak usah ikutan dulu. Nanti kalau anak kecil ikutan, usulan programnya bisa ngawur-ngawur. Jurinya juga harus yang bagus. Jangan sampai mengundang juri yang nggak bagus. Bisa-bisa memenangkan program yang nggak jelas nanti.
2. Lomba Panjat Sosial
Ini lomba yang Indonesia banget. Sesuai lah dengan beberapa sifat masyarakatnya. Selama ini, panjat sosial dianggap hal yang nggak asik. Ya nggak asik memang kalau panjat sosialnya nggak tahu aturan.
Nah, biar dianggap asik, panjat sosial ini dilombakan saja sekalian. Tapi lombanya harus di media sosial, dan kalau bisa dikasi hadiah yang besar, biar totalitas panjat sosialnya, jadi nggak nanggung. Kalau untuk hadiahnya, exposure bisa jadi hadiah nggak, ya?
Ya meskipun kurang edukatif, panjat sosial ini setidaknya sudah sesuai dengan kultur Indonesia. Buktinya, banyak lho orang-orang Indonesia yang melakukan panjat sosial, apapun bentuknya, dan ke siapa pun orangnya. Panjat sosial juga bukan warisan kolonial, kan? Nggak mungkin dong dulu meneer-meneer melakukan hal ini. Khas Indonesia ini pasti.
3. Lomba Sambat
Ya, benar, lomba sambat. Meskipun masih kurang edukatif, sambat juga sudah sesuai dengan kultur Indonesia, lho. Akhir-akhir ini saja, sambat jadi hal yang keren sekali. Mulai dari media sosial, sampai tongkrongan depan rumah isinya sambat semua. Mulai sambat nggak punya uang, sampai sambat ditinggal nikah. Pokoknya tiada hari tanpa sambat. Sampai capek mendengarnya.
Daripada cuma sekadar sambat, mending dibikin lomba sambat saja. Lombanya untuk semua umur, mulai anak-anak sampai orang tua. Orang yang sambatnya paling dalam dan paling mantap, itu yang menang.
Lombanya bisa dilakukan di dunia maya, maupun di dunia nyata. Terserah panitianya nanti. Lalu hadiahnya apa ya? Belum kepikiran hadiahnya, sih. Ya kalau ada usul hadiahnya apa, boleh lah kasih usul ke saya. Kalau nggak gitu, terserah panitianya juga, hadiahnya apa. (*)