Kebutuhan akan masker sebenarnya sudah ada sejak dulu. Pun kebiasaan memakai masker sebenarnya sudah menjadi perilaku yang sejak lama diterapkan oleh masyarakat kita. Namun, dengan adanya pandemi, kesadaran akan pentingnya penggunaan masker jadi meningkat pesat. Masker kini menjadi salah satu kebutuhan utama dalam kehidupan.
Meningkatnya kebutuhan masker secara otomatis membuka peluang bagi produsen untuk terus berinovasi. Berbagai jenis masker dengan spesifikasi khusus mulai bermunculan. Secara garis besar fungsinya sama, untuk melindungi agar droplet tidak menyebar. Perbedaan ada pada jenisnya, bahan yang dipakai, dan tentu saja harganya.
Di Indonesia, ada beberapa jenis masker yang memiliki jumlah peminat sangat tinggi. Saya juga sudah mencoba beberapa jenis dan menemukan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Ada yang murah tapi kurang aman (ya menurut ngana?), ada yang mahal tapi terlalu tebal sampai bikin engap. Berikut jenis-jenisnya.
#1 Masker kain satu lapis
Masker jenis ini adalah yang paling banyak dihasilkan dan dipasarkan oleh para produsen di awal pandemi. Alasan utamanya ya karena pembuatan yang mudah, dan bahan yang digunakan memang bebas saja. Saya beberapa kali membeli masker kain ini dan memang terasa nyaman saat dipakai bila bahan kainnya memang layak, seperti katun. Pernah saya membeli masker buatan teman yang berbahan kain batik, ternyata malah tidak nyaman karena mungkin pori-pori kainnya yang terlalu rapat.
#2 Masker kain tiga lapis
Dari faktor kesehatan, jenis masker kain ini dianggap paling yahud. Tiga lapis kain dinilai mampu mencegah paparan droplet. Tapi, balik lagi ke material kain yang digunakan. Karena memang banyak juga produsen masker yang hanya berpatokan pada harga bahan yang murah, dan kurang memerhatikan faktor kenyamanannya. Banyak merek-merek besar di Indonesia, seperti Arei dan Eiger yang juga memproduksi masker jenis ini. Bila dibandingkan dengan masker kain satu lapis, yang tiga lapis ini memang jauh lebih terasa aman dan nyaman.
#3 Masker medis
Sebutan masker medis muncul karena memang masker jenis ini adalah yang umum digunakan oleh para tenaga medis. Baik saat memeriksa pasien, melakukan operasi, bahkan sekadar dalam keseharian di lingkungan rumah sakit. Walau sama-sama terdiri dari tiga lapis seperti masker kain, tapi yang satu ini dianggap kurang mampu menahan partikel yang ada dalam droplet. Praktisnya adalah masker ini termasuk material sekali pakai, tidak bisa digunakan berulang. Jadi otomatis lebih steril dibanding masker kain yang bisa dicuci dan dipakai kembali.
#4 Masker KN95
Ini jenis masker yang sudah distandarisasi oleh Cina. KN95 dinilai jauh lebih baik daripada masker medis dan masker kain. Dari segi bentuk, masker ini memiliki moncong yang cukup besar dan agak terlalu mancung sebenarnya ya menurut saya. Mungkin juga karena ujung jahitan yang menggabungkan dua sisi masker itu didesain agar bisa dilipat menjadi dua sehingga kesannya terasa besar sekali. Soal kenyamanan, saya approve banget. Nyaman, terasa aman juga, dan bisa tetap steril karena hanya untuk sekali pakai.
#5 Masker duckbill
Bagi saya, masker duckbill ini kastanya ada di tengah-tengah antara masker medis dan KN95. Dari segi desain, lebih stylish jika dibandingkan dengan masker medis. Namun, juga tidak terlalu kaku dan cembung seperti masker KN95. Sesuailah dengan namanya, ya. Bentuknya lebih slim, ramping, talinya juga tidak membuat sakit telinga. Masker ini juga mempunyai 3 lapisan yang bisa melindungi terhadap kelembaban dan 95% debu, serbuk sari, bakteri, virus, juga partikel udara lainnya.
#6 Masker KF94
Kalau kalian ingat, beberapa tahun lalu sebelum ada pandemi di beberapa stasiun Commuter Line di Jakarta, banyak para pedagang asongan atau kios-kios yang menjual masker jenis ini bersama dengan masker medis. Biasanya dijual bijian dengan range harga Rp1.000-1.500. Dari segi kenyamanan jelas lebih lumayan daripada daripada masker medis. Desainnya juga unik. Mirip perahu agar bisa menutupi area wajah lebih luas. Kalau ada yang penasaran apa maksudnya KF, itu singkatan dari Korean Filter ya, Gaes.
#7 Masker dengan ventilasi
Masker yang di sisi sampingnya terdapat ventilasi dan mirip dengan katup kecil ini sebenarnya keren lho, Gaes. Kalau yang ngedesain bisa, jadinya keren sih. Soalnya, ada juga beberapa produk yang kalau dipakai kesannya malah kayak lagi syuting Star Wars. Saya sendiri agak malas pakai masker jenis ini, entahlah terasa kurang praktis dan enak dilihat aja gitu. Katup ventilasi itu dimaksudkan agar kita lebih mudah bernapas kan, tapi menurut saya kok malah agak riskan ya dalam penyebaran droplet. Mana harganya mahal lagi. Dahlah.
#8 Masker Hybrid
Di Indonesia, mungkin penggunaan masker ini belum terlalu banyak, ya. Selain karena harganya, mungkin memang masyarakat kita belum terlalu terbiasa dengan desain dan modelnya. Masker ini diklaim lebih efektif untuk mengantisipasi penularan virus atau bakteri karena bahannya yang merupakan gabungan dari dua lapisan kapas pintal 600, benang dengan bahan lain seperti sutra, sifon, atau flanel. Konon katanya, sih, masker hybrid ini lebih baik bila dibanding masker medis atau bahkan KN95. Hmm, apa iya?
Dari semuanya, saya rasa faktor yang paling utama dalam memilih masker adalah tingkat keamanan dan kenyamanan masing-masing orang ya. Mau sebagus dan semahal apa pun, kalau ternyata tidak nyaman saat digunakan ya percuma. Apalagi bila pemakainya termasuk golongan pekerja kasar atau orang yang berkacamata. Perlu faktor lain sebagai pertimbangan memilih masker. Jadi, apa yang saya approve belum tentu kalian juga bakal suka, begitu pun sebaliknya.
Satu hal lagi, pakai masker kece akan percuma tak berguna kalau ternyata kalian masih malas cuci tangan dan taat prosedur kesehatan lainnya. Semuanya harus seimbang, ya.