Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

8 Ciri Orang Jogja Asli yang Nggak Perlu Lagi Ditodong Pertanyaan “KTP Mana?”

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
10 Agustus 2025
A A
8 Ciri Orang Jogja Asli yang Nggak Perlu Lagi Ditodong Pertanyaan “KTP Mana?” Mojok.co

8 Ciri Orang Jogja Asli yang Nggak Perlu Lagi Ditodong Pertanyaan “KTP Mana?” (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Saya bukan orang yang mudah tersinggung. Mau dipanggil celeng, antek asing, bahkan komunis liberal kapitalis, saya rela. Tapi satu hal yang bisa bikin saya senewen: dituduh bukan asli Jogja. Apalagi setiap artikel saya yang menggugat kota istimewa ini disambar warganet.

Apakah wajah saya yang mirip beringin Alun-Alun Kidul (Alkid) ini kurang Jogja? Apa logat medhok dan hobi misuh “buajingan” ini juga masih kurang? Apa serat kekancingan dari keluarga besar kurang Jogja?

Baiklah, saya beri ciri-ciri orang asli Jogja. 8 ciri yang pasti dimiliki mas mbak yang lahir dan hidup di Alas Mentaok. Pasti valid dan tidak perlu prosedur pengecekan KTP.

#1 Tidak pernah terobsesi foto di Tugu Jogja

Ini adalah clue paling kuat seseorang lahir dan besar di Jogja. Foto dengan background Tugu Jogja adalah hal paling tidak penting. Bukan karena tidak bangga. Apalagi menggugat tugu pemberian Belanda ini. Kami hanya sudah bosan melihatnya dan merasa tidak perlu diabadikan terlalu sering!

Satu atau dua kali foto di sana saja rasanya sudah lebih dari cukup. Terlalu banyak malah. Itu pun karena dipaksa kawan jauh. Yah, untuk apa juga berebut ruang demi satu foto? Toh Tugu Jogja punya kami warga lokal.

#2 Petunjuk arah Orang Jogja menggunakan “4N”

Kalau orang Jogja ditanya arah jalan, pasti langsung pakai rumusan 4N: Ngetan, Ngalor, Ngidul, Ngulon. Tidak ada istilah kanan kiri ala orang barat. Karena kami lebih hafal arah angin yang sudah sepasti iman. Penggunaan mata angin ini juga disebabkan faktor geografis. Terutama karena Gunung Merapi yang jadi tanda Utara tidak pernah bergeser.

Jadi jangan paksa kami jelaskan arah jalan dengan kiri kanan ala orang-orang Jakarta itu. Kalau bingung dengan penjelasan kami, kenapa tidak pakai peta daring saja sih? Daripada cengoh mendengar penjelasan kami lalu marah-marah saat tersesat di tengah kuburan.

#3 Ke angkringan adalah kemewahan

Apa kalian pikir warga Jogja selalu makan di angkringan? Matamu! Kami tidak sekaya itu! Jangan dikira angkringan adalah sajian murah penyelamat perut sehari-hari. Justru angkringan itu tempat istimewa untuk bakar uang. Menikmati jajanan mahal yang tidak mengenyangkan sambil ngobrol ngalor-ngidul bersama kawan.

Baca Juga:

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Dulu Malu Bilang Orang Kebumen, Sekarang Malah Bangga: Transformasi Kota yang Bikin Kaget

Kalau untuk makan, kami akan memilih warung ramesan paling dekat dengan rumah. Karena dengan uang yang sama, kamu bisa kenyang makan di warung. Tapi, di angkringan, kamu cuma dapat pengganjal perut yang nantinya lapar setelah habis sebatang rokok.

#4 Suka jalan tikus yang sebenarnya bikin repot

Ini adalah hobi paling nggatheli dan paling Jogja. Kami lebih suka blusukan daripada lewat jalan utama. Bahkan, ketika jalan utama lengang, jalan tikus menyibak kampung tetap jadi pilihan. Masalahnya, jarak tempuh sering jadi kelewat jauh. Bahkan, meningkatkan potensi tersesat dan putar balik sambil menahan malu.

Alasan kami beragam. Macet selalu jadi opsi utama. Lalu malas panas-panasan dan merasa jalan kampung lebih teduh. Alasan terakhir adalah lebih seru saja, biar tidak bosan. Jujur, saya sendiri memang suka lewat jalan tikus karena seru. Apa serunya? Ya tidak tahu, pokoknya seru!

#5 Lebih suka coffee shop “pendekar”

Kalau tanya coffee shop yang enak ke orang Jogja, pasti opsinya mirip-mirip. Tempatnya santai, tidak ramai, dan bisa komunikasi langsung dengan barista. Lupakan coffee shop bergaya industrial atau modern yang menjamur di sekitar kampus. Selera kami senada dengan hakikat kopi: memberi kenyamanan dan ketenangan.

Coffee shop viral hanyalah keniscayaan. Sudah berdesakan, isinya orang-orang sok asik yang meraung-raung. Kami ingin ngopi, ngobrol, dan melemaskan otak yang penat. Entah oleh kuliah, pekerjaan, atau pemerintah yang makin ra mashok.

#6 Jarang, bahkan malas, naik becak

Jogja dan becak tidak seperti di FTV. Kami pasti memilih untuk naik kendaraan pribadi daripada becak. Mungkin eyang-eyang pedagang di pasar masih pakai jasa becak. Tapi, volumenya makin berkurang, dan kami makin meninggalkan becak. Bukan karena benci, tapi becak sudah direbut wisatawan secara halus.

Becak hari ini lebih seperti sales toko oleh-oleh daripada jasa transportasi. Wajar, karena mereka juga butuh uang. Bertahan sebagai moda transportasi jelas lebih merugikan karena tidak ada tips dari penumpang. Akhirnya warga lokal juga malas naik becak. 

#7 Malas nongkrong di Titik Nol Kilometer Jogja

Sama dengan foto di Tugu Jogja, nongkrong di Titik Nol Kilometer juga bukan cah Jogja banget! Sekitar perempatan ini adalah ruang publik, tapi publik yang mana? Yang ada kami harus mengalah pada wisatawan yang selfie di sana-sini serta menyeberang dengan bodoh. Belum lagi kalau kebelet pipis, harus jalan jauh dan bayar!

Nongkrong di Titik Nol Kilometer hanya cukup di momen tertentu. Kalau tidak pawai ya demo. Sisanya mending nongkrong di warung kopi atau teras rumah teman. Pipis gratis, dan bisa merajuk minta mie instan.

#8 Transportasi umum? Mending naik motor

Sabar, jangan dikira warga Jogja tidak mau perubahan positif. Warga Jogja tetap mendambakan transportasi umum yang menjangkau semua kalangan. Masalahnya Trans Jogja masih memakai doktrin pariwisata. Bus-nya wong Jogja lebih mementingkan akses pariwisata daripada mencakup area hunian.

Halte dan jalur Trans Jogja jelas perlu dikembangkan sampai mampu mengakomodir hajat hidup warga lokal. Baru setelah itu menyalah-nyalahkan warga lokal yang enggan naik transportasi umum. Selama itu belum terwujud, jelas pilih motor lah!

Itulah ciri-ciri orang asli Jogja. Warga lokal yang jadi silent majority saat kotanya dipuja atau dikritik. Warga lokal yang selama ini malah kena razia KTP dari warganet yang tidak tinggal di Jogja.

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Pengalaman Saya sebagai “Anak Baik-baik” Tinggal di Kos LV Jogja yang Penuh Drama.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 10 Agustus 2025 oleh

Tags: ciri Orang JogjaJogjaOrang Jogja
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

Part Time Dagadu Jogja Banyak Untungnya, Mahasiswa Jogja Wajib Coba Mojok.co

Part Time di Dagadu Jogja Banyak Untungnya, Mahasiswa Jogja Wajib Coba

17 Januari 2024
Jalan Raya Kaligesing Kulon Progo, Jalan Paling Indah se-Jogja dengan Pemandangan Sawah, Bukit, Jurang, Tebing, dan Hutan Jadi Satu

Jalan Raya Kaligesing Kulon Progo, Jalan Paling Indah se-Jogja dengan Pemandangan Sawah, Bukit, Jurang, Tebing, dan Hutan Jadi Satu

7 Februari 2024
5 Tempat Horor di Jogja yang Underrated dan Bisa Jadi Opsi Wisata Ekstrem

5 Tempat Horor di Jogja yang Underrated dan Bisa Jadi Opsi Wisata Ekstrem

23 Juli 2022
4 Tempat Wisata yang Sering Dikira Berada di Jogja, padahal Bukan. Jelas Candi Borobudur adalah Salah Satunya! Mojok.co

4 Tempat Wisata yang Sering Dikira Berada di Jogja, padahal Bukan. Jelas Candi Borobudur adalah Salah Satunya!

23 Juni 2024
Wisma Hartono Jogja Kini Tinggal Kenangan bagi Pelajar yang Pernah Bersekolah di Sekitar Sana Mojok.co

Wisma Hartono Tinggal Kenangan bagi Pelajar SMAN 6 Jogja

3 Mei 2025
Sleeper Bus Membius 2 Teman Saya, Bikin Lupa Kereta Eksekutif (Wikimedia Commons)

Sleeper Bus Mulai Menjadi Moda Transportasi Favorit, Membuat Anak Kereta Berpikir Ulang Naik Naik Kereta Eksekutif

23 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

16 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
Dilema Warga Gondangrejo: Mengaku Orang Karanganyar, Jauhnya Kebangetan. Mengaku Orang Solo, KTP Nggak Setuju

Dilema Warga Gondangrejo: Mengaku Orang Karanganyar, Jauhnya Kebangetan. Mengaku Orang Solo, KTP Nggak Setuju

13 Desember 2025
Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

15 Desember 2025
Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.