TK Shinchan itu beneran asyik, gaul, dan menyenangkan, lho. Dua tahun saya mendampingi anak bersekolah di TK Jepang yang mirip TK-nya Shinchan. Awalnya kagok karena anak saya sama sekali nggak paham bahasa Jepang. Gurunya sampai pakai Google Translate untuk berkomunikasi. Anak saya pernah bertanya ke temannya, “Kowe ki ngomong apa?” Maklumlah, Jawa tulen nyasar di Jepang.
Sekitar dua bulan kemudian, akhirnya bisa berkomunikasi dengan temannya dalam bahasa Jepang. Kadang dia mendapat kosakata aneh-aneh dari teman-nya. Meski ada-ada saja yang terjadi karena benturan bahasa dan budaya, tetap saja TK Jepang itu menarik untuk diceritakan.
#1 Fasilitas
Kalau di Indonesia ada TK nol besar dan nol kecil, di Jepang juga ada nenchou dan nenchuu. Kebetulan Shinchan masih anak nenchuu.
Biasanya setiap kelas diisi maksimal 30 anak. Gedung sekolah TK anak saya juga besar dengan empat kelas (dua kelas nenchuu dan dua kelas nenchou), ruang guru, ada semacam UKS-nya, pantri, toilet, dan halaman yang sangat luas. Ada kolam renang kecil, kebun, dan arena bermain anak. Setiap kelas ada satu orang guru, guru tambahan untuk anak berkebutuhan khusus, kepala sekolah, dan tukang kebun. Selain itu, ada fasilitas penitipan anak.
#2 Membawa barangnya sendiri
Anak TK Jepang wajib membawa barangnya sendiri. Tas ransel sekolah, tas tangan (biasa diisi buku gambar atau buku cerita), tas sepatu dalam ruangan, botol minum, bekal makanan (obentou), gelas plastik, sikat gigi, dan lap tangan. Semua itu wajib dibawa sendiri oleh si anak. “Jibun no mono, jibun de motte kudasai.” Artinya, “Barang sendiri, bawalah sendiri.” Shinchan juga begitu, kok.
#3 Makan sendiri
Di TK Shinchan biasanya bawa obentou yang dibawa dari rumah, nggak ada jajan sembarangan. Kreativitas orang tua biasanya bisa dinilai dari uniknya isi obentou ini. Saya kesulitan bikin obentou karena anak nggak suka sayur, jadinya ala kadarnya. Anak Jepang keren, lho, dari kecil sudah dibiasakan makan sayur tanpa pilih-pilih, kecuali Shinchan yang nggak suka paprika.
Saat jam makan siang, anak wajib makan sendiri. Tidak ada drama guru menyuapi muridnya. Selama makan siang, guru juga ikut makan di kelas. Selesai makan, anak diharuskan gosok gigi.
#4 Piket dan jadwal
Biasanya anak berbagi tugas untuk mempersiapkan meja, menyapu, mengelap, dll. Ada juga kerja bakti untuk membersihkan TK, termasuk toilet.
Jadwal sehari-hari TK di Jepang adalah sebagai berikut. Jam 8-9 anak masuk sekolah. Jam 9-10 main bebas. Jam 10-12 kegiatan di kelas, biasanya diisi dengan berkarya, seperti menggambar, melukis, membuat prakarya dari tanah liat atau kemasan bekas, dll. Adegan ini juga ada di animasi Shinchan. Biasanya, mereka memakai baju khusus berlengan panjang (warna biru atau pink) agar tak mengotori seragam di dalamnya.
Jam 12 makan siang dan main bebas sebentar. Sekitar jam 1 siang masuk kelas dan persiapan pulang. Bernyanyi dengan diiringi permainan piano gurunya atau dibacakan buku cerita bergambar. Konon guru TK di Jepang sebisa mungkin harus bisa bermain piano, lho. Jam 2 siang pulang dijemput orang tua. Setelahnya, boleh bermain bebas di halaman, sementara para orang tuanya ngobrol dan bersosialisasi.
#5 Interaksi dengan guru
Di TK Jepang, ada jadwal main bebas, lho. Anak boleh bermain di lapangan atau di mana saja di lingkungan sekolah. Ada anak yang bermain bola, lompat tali, jungkat-jungkit, memanjat, bermain pasir dan air, dll. Sendiri atau bersama. Pokoknya, bebas sesuka hati. Guru mengawasi dari kejauhan dan sesekali bermain bersama atau merespons saat anak bertanya. Kepala sekolah juga tak segan ikut bermain langsung dengan anak-anak. Di Shinchan juga ada adegan ini.
Kalau bajunya kotor bagaimana? Setiap awal minggu, anak wajib membawa baju ganti, termasuk celana dalam dan kaos kaki, untuk jaga-jaga kalau bajunya kotor.
Guru juga memakai baju yang memudahkan untuk menemani anak bermain. Baju formal kadang hanya dipakai saat acara formal saja, lho. Nggak ada seragam formal guru TK seperti di kita, eh.
#6 Piknik
Di TK Jepang, tentu ada dong piknik TK seperti di Indonesia. Kalau di Shinchan ada piknik ke kebun binatang, kalau di TK anak saya piknik ke semacam seaworld. Gratis? Sayangnya nggak, harus bayar. Guru juga ikut bayar kok dan laporan keuangan disampaikan dengan jelas.
Orang tua tidak boleh ikut. Biasanya anak dipasangkan dengan temannya dan wajib saling menjaga. Ini salah satu bentuk tanggung jawab. Saat piknik begini, juga bawa obentou sendiri, lho. Keren ya, gurunya bisa mengatur anak biar tertib di tempat umum.
#7 Kegiatan sekolah
Di TK ada kegiatan mini konser, lomba olahraga, bazar, kunjungan orang tua, dll. Mini konser biasanya dipersiapkan lama oleh anak-anak dan ditonton oleh para orang tua. Meski sederhana, anak-anak sangat senang dan bangga. Selain melatih percaya diri, juga belajar bahwa practice makes perfect.
Biasanya ada lomba tarik tambang dan lari estafet. Keluarga boleh hadir dan ikut berpartisipasi. Shinchan juga lari estafet dan ditonton bapak, ibu, dan adiknya, lho. Dari lomba olahraga, anak juga belajar tentang sportivitas, kerja sama, dll.
Bazar juga menjadi salah satu acara untuk mengakrabkan para orang tua. Dalam kunjungan orang tua, kita juga bisa melihat bagaimana anak bermain dan berkegiatan di sekolah.
Selain itu, ada juga kegiatan menanam ubi dan memasak kare bersama, berenang saat musim panas, latihan mitigasi bencana, sosialisasi dari polisi lengkap dengan mobil patrolinya, kunjungan dari pemain sepak bola divisi lokal, bersosialisasi dengan manula di sekitar, dll. Tak lupa juga ada upacara wisuda yang sungguh menguras air mata.
Kegiatan sekolah seperti ini tidak boleh sembarangan di-upload di medsos karena alasan privasi. Kalau ingin meng-upload momen anak saya di TK, saya juga menutup wajah teman-temannya. Mau bagaimana lagi, itu sudah termasuk manner di Jepang.
#8 Antar jemput sekolah
TK Shinchan agak istimewa, sih karena diantar jemput dengan bus sekolah. Biasanya yang punya fasilitas beginian itu TK swasta. Kalau pas jadwal penjemputan tidak siap, mau nggak mau orang tua juga yang harus mengantar sendiri. Ini juga yang biasanya Misae lakukan, naik sepeda mengantar Shinchan sambil menggendong Himawari. Pemandangan seperti ini juga biasa terlihat di Jepang. Yang jelas, orang tua wajib mengantar dan menjemput anak.
Selama dua tahun berinteraksi dengan dunia TK Jepang, saya merasakan bahwa penting untuk menjaga kerja sama antara sekolah, orang tua, masyarakat, dan pemerintah agar anak bisa menikmati kehidupan sekolahnya dengan nyaman. Anak juga bisa belajar mengucap salam dengan baik, sopan terhadap yang lebih tua, mandiri, kompetitif, dan banyak lainnya.
BACA JUGA Kehidupan SD di Jepang Versi Nobita Itu Bukan Mitos, 6 Hal Ini Buktinya dan tulisan Primasari N Dewi lainnya.