Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Adakah di Luar Sana, Perantau yang Sudah 7 Tahun Merayakan Iduladha di Tanah Asing Seperti Saya? Perantau yang Menimbun Rasa Kangen Keluarga

Zainuddin oleh Zainuddin
17 Juni 2024
A A
7 Tahun Merayakan Iduladha di Tanah Rantau (Unsplash)

7 Tahun Merayakan Iduladha di Tanah Rantau (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Perasaan yang pertama kali saya rasakan saat mendengar gema takbir Iduladha di tanah rantau adalah kesedihan. Tentu kesedihan ini lahir secara umum karena hari raya kurban tidak bersama keluarga.

Tetapi bagi saya pribadi, yang sudah terbiasa tidak merayakan Iduladha di tanah rantau, kesedihan itu tidak hanya karena merayakan tidak bersama keluarga. Justru saya mempunyai penyebab yang barangkali agak lain dengan kebanyakan orang.

Sejak kecil, tepatnya saat saya masih baru saja lulus sekolah dasar, orang tua mengirim saya ke pondok. Sebuah pondok di Jepara jadi tujuan.

Iduladha di tanah rantau

Tiga tahun di pondok itu, tiga tahun pula saya merayakan Iduladha tanpa orang tua. Tetapi bagi saya, merayakan Iduladha di pondok pesantren adalah bagian perayaan yang derajatnya hampir sama dengan merayakan idul kurban bersama keluarga. Bagi saya orang-orang di pondok pesantren adalah keluarga kedua saya.

Lantas, setelah itu saya mondok lagi di Madura. Hanya 4 tahun mondok di Madura, tapi  setiap momen Iduladha, pondok pesantren libur dan kami boleh pulang. Setelah mondok di Madura, dari situlah perayaan idul kurban tak lagi saya rayakan bersama keluarga. Dan beginilah cerita saya mendengar gema takbir di tanah rantau:

Entah, mendengar takbir di tanah rantau tanpa keluarga selalu berhasil mengundang mendung kesedihan. Namun, setelah mendapatkan gelar sarjana 3 tahun lalu, kesedihan mendengar gema takbir mempunyai makna yang berbeda. Bukan karena tidak merayakan idul bersama keluarga, bukan.

Tetapi justru, yang saya rasakan adalah, sebuah renungan, sebuah evaluasi dan kontemplasi diri. Bertahun-tahun di tanah rantau, apa yang telah saya dapatkan? Apakah saya sudah berhasil membuat keluarga saya bangga? Apakah mereka sudah bahagia dengan saya yang seperti sekarang ini? Apakah saya hanya terus menjadi beban mereka? Apakah justru saya membuat orang tua semakin khawatir atau bahkan mereka kecewa kepada saya?

Tanya yang tak mampu saya jawab

Gema takbir Iduladha yang melengking nyaring di toa-toa masjid itu, seakan menusuk jantung saya, melahirkan tanya yang tak mampu saya jawab. Terkadang bukan saya tak bisa menjawab pertanyaan yang lahir dari diri saya sendiri, melainkan jawabannyalah yang justru membuat saya semakin deras air mata ini mengalir. 

Baca Juga:

Menerka Maksud Aldi Taher Sembelih “DPR” Saat Iduladha 

3 Kawasan yang Jadi Tempat Jualan Hewan Kurban Dadakan di Semarang

Saya merasa masih belum bisa membahagiakan orang tua saya dan bahkan jauh dari kata “anak yang patut dibanggakan”. Sungguh amatlah malang keadaan malam takbiran 3 tahun terakhir ini bagi saya…

“Allahu akbar allahu akbar walillah ilham….”

Seketika wajah ibu, ayah dan nenek-kakek saya yang masih hidup, menyala terang dalam angan. Seakan mereka menagih sesuatu, ya tagihan berupa sebuah pencapaian kesuksesan. Meski sebenarnya saya tahu, ayah ibuku sama sekali tidaklah pamrih atau mengharap-harap timbal balik apapun dari saya. Tetapi sebagai anak cukup tahu diri apa yang semestinya saya capai.

Gema takbir selalu mengajari saya tentang pentingnya evaluasi diri

Tentang kembali mengenang niat awal mengapa saya merantau, kembali menyegarkan pikiran mengapa saya menjadi advokat? Gema takbir, membangkitkan semangat, menyalakan api perjuangan demi kebahagiaan keluarga dan demi memastikan calon ibu dari anak-anakku terjamin segala bentuk kebutuhannya.

Kata ayah “Laki-laki harus bisa segala hal, selain wajib bertanggung jawab perihal ekonomi. Kau juga harus mampu memberi dan menjamin rasa aman dalam keluarga. Laki-laki harus bisa memasak dan mencuci, jangan pernah membebankan semua hal pekerjaan rumah terhadap istrimu kelak. Jadilah laki-laki yang benar-benar laki-laki.”

Selamat hari raya Iduladha teman-teman

Dari saya Zainuddin.

Penulis: Zainuddin

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Kenapa Tokoh Masyarakat Sering Kebagian Kepala Kambing Saat Iduladha?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 17 Juni 2024 oleh

Tags: idul adhaidul kurbaniduladhaiduladha 2024kurban kambingkurban sapi
Zainuddin

Zainuddin

Penulis dan advokat. Tinggal di Jogja.

ArtikelTerkait

idul adha

Cobaan Saat Idul Adha: Nasib Tidak Suka Daging Sapi Maupun Kambing

11 Agustus 2019
5 Sapi Idaman untuk Idul Adha 2020 Versi Mahasiswa Peternakan peternak rakyat MOJOK.CO

Jelang Idul Adha: 5 Sapi Idaman Versi Mahasiswa Peternakan

21 Juli 2020
ibadah kurban

Ibadah Kurban dan Solidaritas Kemanusiaan

11 Agustus 2019
Cara Ibu Saya Menggugat Otoritas Pemuka Agama di Desa Kami MOJOK.CO

Cara Ibu Saya Menggugat Otoritas Pemuka Agama di Desa Kami

26 Juli 2020
Besok-besok, kalau Jadi Panitia Kurban, Jangan Aji Mumpung

Besok-besok, kalau Jadi Panitia Kurban, Jangan Aji Mumpung

11 Juli 2022
Merayakan Idul Adha sebagai Minoritas di Jepang terminal mojok

Merayakan Idul Adha sebagai Minoritas di Jepang

17 Juli 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.