Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

6 Tips Menghindari Kesalahan Penulisan Bahasa Jawa

Bahruddin Hasan oleh Bahruddin Hasan
7 November 2020
A A
bahasa jawa krama inggil syekh subakir jawa tumbal ki semar mojok

bahasa jawa krama inggil syekh subakir jawa tumbal ki semar mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai orang yang lahir dari keluarga Jawa yang konservatif, membuat saya cukup akrab dengan aktivitas dan segala yang identik dengan kebudayaan Jawa, salah satunya bacaan-bacaan berbahasa Jawa. Tabloid mingguan yang kerap mengisi hari-hari saya dari kecil sampai beranjak remaja adalah Jaya Baya dan Panjebar Semangat. Dari majalah inilah saya banyak mengenal beberapa kaidah dan tata bahasa Jawa yang baku, baik dari segi penulisan maupun pelafalannya.

Bahasa Jawa sama dengan bahasa-bahasa lainnya yang memiliki aturan termasuk dalam penulisan aksara Jawa yang diadaptasi pada huruf latin. Anehnya kesalahan ini justru banyak tidak dipahami oleh pemilik dan penutur bahasa itu sendiri. Perihal pedoman penulisan bahasa Jawa di dalam huruf latin akan berbeda dengan penulisan menggunakan bahasa Indonesia karena penulisan bahasa Jawa huruf latin sebenarnya mengacu pada aksara Jawa yaitu carakan atau lazim disebut hanacaraka .

Lebih dari 95 persen yang saya temui setiap hari penulisan bahasa Jawa tidak sesuai dengan kaidah yang benar. Tidak hanya dalam percakapan receh sehari-hari, hal itu juga bisa ditemukan  di dalam chat WhatsApp, status Facebook, atau Instagram story. Ironisnya sering kali kesalahkaprahan datang dari tulisan-tulisan yang konteksnya formal. Misalkan pada surat undangan, rubrik-rubrik bahasa Jawa, penulisan lirik lagu, cerpen bahasa Jawa, dan lain sebagainya. Beberapa saat sebelum saya menulis ini, saya juga sempat menemui situs yang berbasis budaya Jawa pun masih belum konsisten menerapkan aturan baku dalam penulisannya.

Menemui kondisi tersebut jujur sering membuat saya gelisah dan tidak nyaman. Saya selalu merasa ada yang ngganjel jika melihat kesalahkaprahan yang terjadi. Oiya ini salah kaprah loh ya, bukan salah paham. Berbeda dengan salah paham karena kesalahkaprahan lebih pada kondisi yang salah namun sudah dianggap wajar karena sudah terlanjur meluas atau banyak yang menggunakannya.

Akhirnya saya memilih membuat tulisan ini untuk sedikit berbagi tips kepada teman-teman yang saya yakin masih sangat mencintai budaya Jawa, agar setidaknya tahu apa saja kesalahkaprahan yang sering terjadi dalam penulisannya. Saya tidak bermaksud menggurui atau merasa lebih pintar, sama sekali bukan. Minimal dengan berbagi tips ini, saya sedikit lega karena uneg-uneg saya selama ini bisa tersalurkan.

Baiklah, nggak perlu panjang lebar lagi. Berikut tips sederhana sebagai dasar untuk menuliskan bahasa Jawa yang baik dan benar :

#1 Gunakan huruf “a” bukan “o”

Untuk menuliskan kata yang pengucapan seperti pada kata calon, gunakan huruf “a”. Contohnya lunga bukan lungo, tresna bukan tresno, iya bukan iyo dan seterusnya.

Penulisan tersebut harus menggunakan huruf a, hal ini karena berasal dari huruf Jawa legena ( ha, na, ca, ra, ka). Minimal dengan penulisan yang tepat, teman-teman tidak lagi salah membedakan lara yang berarti sakit dan loro yang berarti jumlah atau bilangan.

Baca Juga:

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

Akan tetapi sebagaimana kaidah bahasa-bahasa yang lain, akan selalu ada yang namanya pengecualian.Pengecualian tersebut misalkan pada kata blencong, blorong, termos, mlocot, tawon, dan lain sebagainya. Dalam pengucapannya sama seperti kata bodoh, namun tetap ditulis dengan huruf “o” bukan “a”. Kenapa bisa demikian? Penjelasannya agak panjang dan mungkin akan saya bahas lebih detil di lain kesempatan. Yang pasti dalam penulisan tersebut lebih sedikit terjadi kesalahan karena memang pelafalan dan tulisannya sama.

#2 Selalu gunakan “dh” pada kata yang pelafalannya seperti pada kata dosa

Dalam bahasa Indonesia tentu hal ini tidak ada bedanya, tapi lain dengan bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa ada yang dibaca tebal dengan huruf “dh” seperti kata dhokar atau dhisik. Dan ada yang dibaca ringan menggunakan “d” sebagaimana pada kata dolan, dalan, dan wedang. Dengan menuliskan secara benar, kita tidak kesulitan jika mau membedakan wedi yang berarti takut dan wedhi yang berarti pasir, duduk yang artinya bukan dengan dhudhuk yang artinya menggali tanah.

#3 Gunakan “i” meskipun pelafalannya “e”, seperti kata bulik, tilik, nggih dan seterusnya

Saya jumpai banyak yang menuliskan dengan huruf “e” hanya karena membacanya “e”, misalkan bulik ditulis bulek, nggih ditulis nggeh. Nah salah satunya banyak yang menulis kata adek, satu kata yang umum dan dianggap wajar namun memiliki dua kesalahan sekaligus, yaitu huruf “d” yang seharus “dh” dan “e” yang seharusnya “i”.

#4 Gunakan “u” meskipun membacanya “o” seperti kata diatur bukan diator, ngurus bukan nguros

Hati-hati untuk hal ini, kesalahan penulisan selain membuat tulisan menjadi wagu tapi juga fatal dalam pemaknaannya. Misal maksud hati ingin menulis ngentut atau buang angin malah jadi ngentot yang berarti… Dah gede kan ya.

#5 Bedakan antara “th” yang dibaca tebal dan “t” yang dibaca biasa

Ini seperti poin nomor dua, tapi tetap penting untuk ditulis. Hati-hati dalam membedakan “th” dan “t”. Sebagai contoh, penulisan pitik menggunakan “t” biasa seperti kata katak, jangan kebalik-balik yaa. Sedangkan “th” untuk kata yang dibaca tebal misalkan pada kata bathi, menthog, centhong dan seterusnya. Penggunaan kaidah yang benar dalam hal ini akan memudahkan dalam membedakan titik yang berarti tanda baca dan thithik dari kata sethithik yang berarti sedikit. Hal yang sama juga putu yang artinya cucu dan puthu yang merupakan jenis makanan.

#6 Jangan salah membedakan konsonan “g” dan “k”

Dalam tata penulisan bahasa Jawa, pelafalan “k” seperti kata katak berbeda dengan ajeg, mandheg, atau debog. Di dalam bahasa Indonesia ajeg (tetap) yang baku memang ditulis ajek. Namun ,berbeda dalam penulisan di bahasa Jawa. Penulisan menggunakan huruf “g” ketika kata yang pelafalannya sama seperti intelek.

Sebenarnya masih banyak lagi kaidah-kaidah penulisan bahasa yang harus dipahami. Namun, setidaknya beberapa tips di atas adalah hal dasar yang menurut saya wajib dimengerti dalam penerapan berbahasa sehari-hari agar kesalahkaprahan tidak semakin menjadi-jadi.

Pada akhirnya yang perlu digarisbawahi, kesalahan dalam berbahasa Jawa secara umum tidak perlu dijadikan momok yang justru bikin takut belajar. Mari sama-sama berproses untuk tetap melestarikan bahasa daerah khususnya Jawa secara benar, santun, dan menyenangkan. Kesalahan berbahasa tidak seharusnya mendatangkan perundungan, tapi agar kita bisa saling mengingatkan dan mengedukasi dengan cara terbaik.

Semoga bahasa Jawa tetap lestari dan dicintai. Salam budaya !

BACA JUGA Squidward Adalah Perwujudan Diri Kita dalam Perspektif Absurdism

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 6 November 2020 oleh

Bahruddin Hasan

Bahruddin Hasan

Lulusan psikologi yang suka menggambar.

ArtikelTerkait

Surabaya Belum Butuh Kereta Tanpa Rel, Mending Perbaiki Dulu Transportasi Umum yang Sudah Ada Mojok.co

Surabaya Belum Butuh Kereta Tanpa Rel, Mending Perbaiki Dulu Transportasi Umum yang Sudah Ada

10 Juni 2024
harmoko pop cengeng mojok

Harmoko Adalah Sebenar-benarnya Snob Musik Indonesia

14 Agustus 2020
persalinan

Perempuan Di Zaman Nenekku Hingga Zaman Istriku Tentang Persalinan

15 Juni 2019
4 Drakor Mahal yang Gagal, Bikin Penonton Kecewa Mojok.co

4 Drakor Mahal yang Gagal, Bikin Penonton Kecewa

9 Januari 2025
Jogja Nggak Berubah Itu Bullshit! Cuma Omong Kosong Belaka! (Unsplash)

Saya Semakin Muak dengan Orang yang Bilang Jogja itu Nggak Berubah Padahal Nyatanya Bullshit!

19 November 2025
T-Rex

Pertanyaan yang Bikin Overthinking: Tangan T-Rex Itu Buat Apa?

21 Desember 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.