6 Kebiasaan Buruk Pengendara Mobil di Surabaya

6 Kebiasaan Buruk Pengendara Mobil di Surabaya Terminal Mojok.co

6 Kebiasaan Buruk Pengendara Mobil di Surabaya (Shutterstock.com)

Selain memiliki jalan yang lebar dan nggak rata, Surabaya juga memiliki pengguna jalan yang tingkahnya aneh-aneh. Saking anehnya, kadang sampai sulit diceritakan dengan kata-kata. Contohnya, di Surabaya itu masih ada pengendara mobil yang mengemudi pelan-pelan di jalur sebelah kanan. Ini adalah tingkah pengendara selow yang menjengkelkan sekaligus merepotkan pengendara lain.

Di kota sebesar Surabaya yang mencari informasi semudah membuka smartphone dan searching di Google, kita juga masih bisa menemukan pengendara mobil yang nggak tahu “aturan jalan”. Bahwa garis ganda berwarna putih lurus yang ada di aspal jalan raya itu artinya dilarang mendahului. Oleh karena itu, saat berkendara di Surabaya, kita masih sering melihat pengendara mobil yang nyalip sembarangan tanpa melihat marka jalan. Suram.

Kendaraan yang padat (Shutterstock.com)

Selain dua kebiasaan di atas, masih ada beberapa kebiasaan pengendara mobil di Surabaya yang menurut saya buruk dan sebaiknya segera dihentikan. Ini penting, demi terciptanya ketertiban di jalan raya Kota Pahlawan. Apa sajakah itu? Gaskan, kita bahas satu per satu.

#1 Nggak mengerti fungsi Yellow Box Junction (YBJ)

Yellow Box Junction atau YBJ adalah marka jalan yang bentuknya persegi berwarna kuning dan berada di persimpangan jalan. Fungsinya untuk mencegah agar lalu lintas di persimpangan jalan nggak terkunci saat kepadatan terjadi. Aturannya, meskipun lampu lalu lintasnya berwarna hijau, selama masih ada mobil lain di dalam kotak kuning tersebut, pengguna jalan lainnya harus berhenti.

Masalahnya, saya sering banget saat berhenti di perempatan YBJ malah diklaksonin pengendara mobil yang posisinya di belakang saya. Mereka meminta saya untuk jalan. Padahal, jelas-jelas masih ada mobil lain di dalam kotak kuning. Hadeh, saya pusing banget pas kondisi begini. Soalnya, mau jalan kok salah, sementara kalau nggak jalan bakal diklakson pengendara lain. Ini jadi terlihat seolah-olah saya yang nggak paham marka jalan. Terus aku kudu piye, Rek?

Tolong, ya, kalau masih ada yang belum paham YBJ, silakan membaca Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Di Pasal 287 ayat 2 juncto Pasal 106 ayat 4 huruf a, b, di situ ada aturan tentang YBJ.

Marka YBJ ini memang jarang ditemui di jalanan daerah. Akan tetapi, di kota besar seperti Surabaya, marka YBJ ini ada banyak. Sependek ingatan saya, YBJ ada di persimpangan Kertajaya-Dharmawangsa-Pucang Anom, lalu ada di Urip Sumoharjo, Darmo-Pandegiling, Diponegoro-Dr Sutomo, dan beberapa simpang jalan lain yang ramai. Jadi, mau kalian pengendara mobil dari daerah atau asli Surabaya, YBJ itu ada fungsinya dan nggak boleh diterabas begitu saja.

#2 Belok dari jalur tengah

Ini sering banget saya lihat di jalanan Surabaya. Ada pengendara mobil yang belok, tapi malah dari jalur tengah. Misalnya, dia mau belok kanan. Bukannya ambil jalur kanan dulu, eh dia beloknya dari jalur tengah.

Jika mau bukti, silakan berkendara di depan Maspion Square dan amati yang mau belok ke Jalan Ahmad Yani. Pasti kalian akan sering melihat pengendara yang ambil jalur tengah, tapi belok kanan.

Nggak kalah seringnya, ada juga pengendara mobil yang masih suka mendahului atau nyalip ketika di tikungan. Lah mbok kiro ini balapan MotoGp? Ini tuh jalan raya, nyalip seperti itu berisiko nabrak pengendara lain. Tolong lah, Rek, jangan dipertontonkan kalau SIM-nya dapat dari hasil nembak di negara Wakanda.

#3 Menghidupkan hazard saat hujan

Kalian pasti pernah melihat pengendara mobil yang menyalakan hazard saat hujan? Atau pengendara mobil yang menyalakan hazard saat mobilnya ambil jalan lurus di perempatan. Di Surabaya masih banyak banget yang seperti ini. Atau jangan-jangan, kalian salah satu yang masuk dalam golongan ini? Jika iya, segeralah bertaubat dan menghentikan kebiasaan buruk tersebut.

Menyalakan lampu hazard saat hujan (Shutterstock.com)

Nyalain hazard saat hujan justru membuat pengendara lain bingung karena nggak bisa membaca arah mobil kalian: mau ke kiri atau ke kanan? Hal seperti ini justru berisiko menimbulkan kecelakaan. Ketika hujan, kita sebaiknya nyalakan lampu saja. Kalau hujannya lebat, kan bisa ditambah dengan fog lamp.

Jika menyalakan lampu hazard saat hujan saja keliru, apalagi nyalain lampu hazard saat di perempatan ataupun saat konvoi. Kombo kelirunya, Gaes.

#4 Parkir sembarangan di jalan

Sebenarnya, tidak masalah punya mobil banyak, asalkan punya tempat parkir. Di Surabaya, konsepnya terbalik, nggak punya tempat parkir nggak masalah asalkan punya mobil. Hasilnya, banyak sekali orang parkir mobil sembarangan di bahu jalan. Sikap seperti ini tuh menjengkelkan banget, loh. Pasalnya, ini menggangu pengendara lain yang hendak melewati jalan tersebut, apalagi kalau jalannya sempit. Ntar giliran mobilnya di serempet, marah. Loh, yak opo, seh?

Saran saya, kalau belum bisa bayar tempat parkir mobil atau nggak punya tempat parkir mobil sendiri, lebih baik naik angkutan umum dulu daripada nyusahin orang lain.

#5 Menggunakan bahu jalan tol untuk mendahului

Jika sedang berkendara di tol Waru-Surabaya yang terkenal sebagai salah satu tol paling rumit di Indonesia, saya sering melihat mobil berkecepatan tinggi yang melintas di bahu jalan tol. Biasanya, bahu jalan tol itu mereka digunakan juga untuk nyalip (mendahului). Sungguh, ini keliru banget, sih.

Gerbang Tol Warugunung (Shutterstock.com)

Bahu jalan tol harusnya digunakan untuk mobil yang mengalami keadaan darurat dan butuh menepi. Lagipula bahu jalan tol kan licin, ada kerikilnya dan banyak debu. Kalau digunakan untuk nyalip, risikonya bisa tergelincir atau selip. Selain itu, berkendara dalam kecepatan tinggi di bahu jalan berisiko tinggi menabrak mobil yang sedang berhenti.

Prinsipnya, kalau kalian sedang buru-buru, pengin cepat sampai, nggak usah kebut-kebutan di jalan tol. Kalian terbang saja atau nebeng awan kintonnya Son Goku.

#6 Berhenti di pinggir jalan beli makanan

Biasanya, yang sering berhenti di pinggir jalan adalah angkot. Mereka berhenti tentu saja untuk cari penumpang. Namun di Surabaya, ada banyak pengendara mobil yang masih suka berhenti sembarangan di jalan untuk membeli gorengan, es degan, ataupun pentol. Sumpah, hal seperti ini menyebalkan banget karena membuat jalan jadi macet. Lagipula, apa susahnya, sih, mobilnya diparkir yang bener dulu sebelum jajan?

Jika malas turun dari mobil, mbok ya sabar sedikit. Kalau sudah sampai rumah, kalian kan bisa beli jajan lewat online food. Surabaya udah macet, jangan tambah kerumitan itu dengan kelakuan buruk kalian yang suka berhenti sembarangan di jalan.

Itulah kebiasan-kebiasaan buruk pengendara mobil yang masih sering saya lihat di jalanan Surabaya. Jika kalian melakukan hal-hal di atas, tolong segeralah bertaubat sebelum hal-hal buruk terjadi. Oke?

Penulis: Tiara Uci
Editor: Audian Laili

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version