Nama TransNusa mungkin masih asing di telinga kita. Padahal maskapai satu ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 2005. Dulu, TransNusa memang lebih banyak menghiasi langit NTT dan Sulawesi Selatan dengan pesawat ATR-nya. TransNusa juga sempat berhenti beroperasi saat pendemi Covid menyerang Indonesia. Namun kini, TransNusa hadir kembali dengan wajah baru dan menyasar segmen pasar low cost carrier (LCC).
Untuk saat ini TransNusa hanya membuka penerbangan di tiga kota, yaitu Jakarta, Bali, dan Jogja. Kebetulan saya sudah dua kali naik pesawat TransNusa dan ingin membagikan pengalaman tersebut kepada jamaah mojokiyah, barangkali ada yang membutuhkan review sebelum memutuskan naik maskapai ini.
#1 Harga tiket murah
Sebelum membahas lebih jauh tentang pengalaman naik pesawatnya, ada baiknya kita membahas harga tiketnya. TransNusa sendiri menyasar segmen pesawat kelas ekonomi atau LCC. Artinya, ia bersaing dengan Lion Air, Citilink, hingga Sriwijaya Air. Berdasarkan pengalaman terbang dua kali menggunakan TransNusa (Jakarta-Jogja dan Jakarta-Bali) dan membandingkannya dengan maskapai lain, harga tiket TransNusa adalah yang paling murah.
Untuk rute Jakarta-Jogja misalnya, saya mendapatkan tiket seharga Rp500 ribu dan Jakarta-Bali Rp700 ribu. Perlu diingat, harga tersebut bisa berubah sewaktu-waktu, namun biasanya sih nggak jauh dari nominal tersebut. Lantaran termasuk maskapai baru, saat ini TransNusa banyak memberikan diskon untuk promosi. Besar kemungkinan kalian bisa mendapatkan tiket dengan harga yang lebih murah lagi.
#2 Interior dan kursinya bagus
Perjalanan pertama saya dengan TransNusa dari Jakarta ke Bali menggunakan pesawat A320neo dengan kode registrasi PK-TLA. Ketika masuk ke dalam kabin, saya langsung jatuh cinta dengan tampilan interiornya yang terlihat mewah. Padahal kan maskapai ini pesawatnya rakyat jelata alias LCC.
Pemilihan warna pastel membuat suasana kabinnya terlihat classy dan fancy. Jika diibaratkan perempuan, TransNusa tuh berdandan layaknya cewek bumi.
Kursi penumpangnya juga membuat saya cukup terpana lantaran memiliki headrest yang akan menopang kepala kita dengan nyaman dan nggak perlu takut keseleo saat tak sengaja tertidur di pesawat. Seingat saya, maskapai LCC di Indonesia umumnya nggak ada yang melengkapi kursi kabinnya dengan headrest.
Nggak hanya itu, bentuk kursi di dalam pesawat juga dibuat agak melengkung sehingga memungkinkan punggung kita rebahan dengan nyaman dan nggak terasa kaku. Bantalan kursinya juga empuk untuk ukuran maskapai LCC dan jarak antar bangkunya juga cukup lega. Bye bye Salonpas, deh.
Baca halaman selanjutnya
Interior toiletnya juga sedikit berbeda dengan toilet pesawat LCC pada umumnya…