Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Luar Negeri

5 Sisi Gelap Magang di Jepang yang Jarang Diketahui

Primasari N Dewi oleh Primasari N Dewi
3 November 2022
A A
Tokutei Ginou, Alternatif Kerja di Jepang selain Magang Terminal Mojok

Tokutei Ginou, Alternatif Kerja di Jepang selain Magang (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Bekerja di Jepang, mendapatkan gaji besar, sekaligus bisa menikmati kehidupan Jepang mungkin menjadi impian bagi sebagian anak muda Indonesia. Salah satu caranya adalah menjadi kenshusei alias peserta magang di Jepang. Terselenggaranya program kerjasama bilateral antara pemerintah Indonesia dan Jepang ini tentunya sudah mengalami perbaikan dari tahun ke tahun. Hanya saja, sampai sekarang pun masih ada hal yang menjadi sisi gelap dari program pemagangan ini. Apa saja?

#1 Memakan waktu dan biaya yang tak sedikit

Untuk bisa pergi magang ke Jepang, tak ada yang bisa memastikan berapa lama waktunya. Selain proses belajar bahasa dan budaya Jepang yang setidaknya memerlukan waktu sekitar 6 bulan, masa tunggu sampai mendapat job juga tak kalah lamanya. Mendapatkan job juga harus melalui proses wawancara yang tak mudah. Bisa jadi harus berkali-kali ikut wawancara.

Belum pula, kalau ternyata perusahaan Jepang tempat bekerja tetiba mengundurkan diri karena bangkrut atau memang dinilai tidak layak menerima peserta magang. Kalau sudah begitu, dari yang tadinya sudah senang akan segera berangkat ke Jepang harus mau menunggu sampai dapat job lagi. Menunggu lagi.

Selain waktu, biaya yang diperlukan juga tak sedikit. Untuk bisa lolos seleksi magang pemerintah (yang katanya tanpa dipungut biaya apa pun), terkadang seseorang harus belajar bahasa Jepang di LPK yang setidaknya menghabiskan uang 5-7 juta rupiah. Belum biaya pribadi selama pelatihan nasional. Mungkin magang pemerintah memang lebih murah dibanding swasta, tetapi ada juga yang mengatakan kalau ada dugaan praktik jual beli kuota magang pemerintah. Kalau sudah begini, ya keluar uang lagi. Hadeeeh kalau beneran terjadi, parah juga ya.

Sedangkan untuk biaya pemagangan melalui LPK SO swasta, minimal 30 jutaan rupiah. Itu masih terhitung murah karena ada juga yang sampai menghabiskan uang 100 juta rupiah untuk bisa magang di Jepang. Belum kerja, sudah terlilit utang. Ngeri.

#2 Birokrasi yang bobrok

Perkara birokrasi, kita nggak bisa memungkiri kalau banyak banget yang perlu dibenahi, baik Indonesia dan Jepang. Beberapa saat lalu, beredar kabar kalau ada WN Jepang yang “tertangkap” oleh pihak imigrasi saat melakukan wawancara mencari calon peserta magang di lembaga pengiriman. Mereka dinilai menyalahi aturan keimigrasian. Alhasil, mereka pun harus “bernegosiasi”.

Padahal hal tersebut sama sekali tidak dibenarkan. Visa yang mereka gunakan (Visa-On-Arrival dan B211A) sudah mengikuti aturan keimigrasian Indonesia dan dianggap tidak ada pelanggaran. Kalaupun dianggap kegiatan bisnis dalam beberapa hari, Visa VOA bagi WN Jepang sudah cukup. Visa B211A pun mengizinkan kegiatan seperti melakukan pekerjaan darurat dan mendesak, melakukan pembicaraan bisnis, dll.

Namun, kalau dengan dalih dianggap “bekerja”, hal tersebut juga tidak sepenuhnya benar. Menurut UU no 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan karena WNA Jepang tersebut tidak menerima upah dari pihak pemberi kerja. Nah, lho, kalau sudah seperti ini WN Jepang bisa jadi “takut” dengan birokrasi Indonesia yang ribet.

Baca Juga:

4 Hal yang Harus Diperbaiki Program Magang Nasional Kemnaker

Alasan Kantor Pemerintahan Adalah Tempat Magang Terbaik bagi Mahasiswa yang Ingin Coba Dunia Kerja

Kesannya sih malu-maluin kalau ini.

#3 Problematika peserta magang di Jepang

Problematika yang sering dikeluhkan oleh peserta magang adalah gaji kecil yang tak sesuai dengan kontrak kerja. Di sektor perikanan misalnya, meskipun sudah bekerja keras 20 jam sehari, gaji yang diterima tak layak karena dipotong ini-itu yang tak wajar. Hal ini bisa saja terjadi karena miskomunikasi dari pihak SO yang tak menjelaskan potongan gaji seperti asuransi dan pajak yang tak sedikit. Persoalan lain ya sama seperti di Indonesia, bisa saja upah lembur tak dibayarkan oleh pihak perusahaan Jepang. Kok tega ya?

Berikutnya adalah peserta magang menerima kekerasan fisik maupun verbal. Selain itu, terkadang ada juga peserta magang yang mengalami pelecehan seksual. Hal ini juga terjadi di Indonesia, tetapi korban di Jepang hampir tak berani melapor ke pihak terkait atau terkadang sudah melapor pun tidak digubris. Tak sedikit pula kasus peserta magang bermasalah yang memilih mengakhiri hidupnya.

#4 Pelanggaran kontrak

Baik pemerintah Indonesia maupun Jepang tentunya selalu mengawasi program ini, melalui Kemenaker dan OTIT (Organization for Technical Intern Training). Akan tetapi, dengan berbagai problematika (baik peserta magang maupun perusahaan Jepang) bisa berdampak pada peserta magang yang akhirnya memilih kabur.

Jelas sekali, hal tersebut merupakan pelanggaran kontrak kerja secara sepihak sehingga harus menerima konsekuensinya. Tentunya dari pihak pekerja, mereka tak lagi memperoleh hak seperti asuransi dan jaminan sosial lainnya). Akan tetapi, mereka memilih untuk tidak pulang ke Indonesia dan tetap mencari cuan di Jepang sebagai pekerja “ilegal”.

Persoalan PMI ilegal ini sebenarnya meresahkan. Kehidupan mereka juga jauh dari kata “layak” dan selalu berpindah tempat karena ada kekhawatiran “tertangkap imigrasi lalu dideportasi”. Belum lagi persoalan PMI ilegal sakit, mereka tak bisa berobat karena tak memiliki asuransi. Atau kalau sampai meninggal pun, mereka juga nelongso. Kalau begini, semuanya jadi ikutan bingung dan kena dampaknya.

#5 Lembaga pengiriman (SO) dan lembaga penerima (AO) yang tak memiliki “power”

Saat merekrut calon peserta magang, tentunya SO sudah berusaha memilih yang terbaik melalui bermacam-macam tes. Mulai dari tes kecakapan fisik, kemampuan bahasa, sampai psikotes. Walaupun demikian, tidak ada jaminan mereka akan magang dan baik-baik saja di Jepang. Pun sama, seketat-ketatnya AO dalam mengawasi perusahaan Jepang tetap saja ada oknum perusahaan yang curang. Kalau sudah begini, ya susah.

Terutama ketika ada kasus peserta magang yang akhirnya memilih kabur, pihak SO dan AO pun kewalahan. Dulu SO “mengikat” peserta magang dengan surat perjanjian agar tidak kabur, memberikan penalti sejumlah uang kalau kontrak dilanggar, dan meninggalkan jaminan ijazah atau sertifikat surat tanah. Akan tetapi, hal tersebut tidak boleh dilakukan karena dianggap melanggar peraturan dan hak asasi manusia pekerja migran.

Kasus peserta magang hamil juga tak kalah memusingkan. Meski perusahaan Jepang mengeluh dan kewalahan akibat pekerjanya hamil sekalipun, mereka tidak boleh melarang peserta magang yang hamil untuk tetap bekerja dan memberi hak cuti melahirkan. Padahal kontrak kerjanya hanya 3 tahun saja. Belum pula kalau ada masalah selama kehamilan, mau nggak mau perusahaan maupun AO juga ikut bertanggung jawab. Ya meski kehamilan itu kadang tidak tertebak kapan datangnya, tapi kan bisa direncanakan juga.

Meski program pemagangan ini belum sempurna, setiap tahun pemerintah Indonesia melalui Kemenaker sudah berusaha keras mengawasi dan melakukan perbaikan. Jadi, kalau teman-teman ingin bekerja di Jepang sebagai peserta magang, jangan lupa cari info sedetail mungkin sebelum memutuskan. Satu lagi, jangan mau percaya janji-janji manis dan iming-iming yang menggoda. Realistis saja, Gaes!

Penulis: Primasari N Dewi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Pengin Kerja di Jepang? Nih, Rincian Biaya yang Harus Dikeluarkan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 3 November 2022 oleh

Tags: jepangmagangsisi gelap
Primasari N Dewi

Primasari N Dewi

Guru bahasa Jepang tapi suka drakor.

ArtikelTerkait

Chibi Maruko-chan

Gara-gara Chibi Maruko-chan Aku Jadi Pengen Makan Belut

2 September 2019
Musuh Terbesar Organisasi Ekstra Kampus Adalah Kadernya Sendiri

Siapa Bilang Organisasi Kampus Nggak Lagi Relevan? Sembarangan!

15 Februari 2023
Panduan yang Harus Dipahami sebelum Memutuskan Kerja di Jepang

Panduan Singkat Sebelum Memutuskan Kerja di Jepang

19 Oktober 2021
Sisi Gelap Kanada, Negara yang Katanya Bersahabat

Sisi Gelap Kanada, Negara yang Katanya Bersahabat

18 Mei 2022
5 Alasan Anak Muda Jepang dan Korea Selatan Menunda Pernikahan terminal mojok.co

5 Alasan Anak Muda Jepang dan Korea Selatan Menunda Pernikahan

17 Februari 2022
Hitachi Seaside Park, Tempat Mekarnya Bunga-bunga Indah di Tepi Samudra

Hitachi Seaside Park, Tempat Mekarnya Bunga-bunga Indah di Tepi Samudra

11 Juni 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.