Beberapa waktu lalu, saya sempat nulis soal nasib lulusan jurusan Ilmu Politik yang nggak punya banyak harapan di dunia kerja. Tentu tulisan tersebut bukan buat bahan nyinyir atau memperkeruh suasana. Saya juga jebolan jurusan ini. Tetapi mari realistis, Ilmu Politik itu jurusan kuliah paling keren, lho. Kita belajar soal demokrasi, kebijakan publik, sampai relasi kuasa, tapi pas lulus malah relasinya yang nggak ada.
Memang opsi kerja yang linear masih terbuka dan cukup banyak pilihannya. Ada LSM, analis kebijakan, atau jalur PNS yang penuh lika-liku dan surat-surat bermaterai. Tapi coba tanya diri sendiri, beneran yakin bisa masuk di bidang itu? Kuota yang dibutuhkan terbatas, seleksinya sangat ketat, peluangnya terbatas, dan sistemnya… ya, penuh tantangan. Sementara untuk masuk ke level legislatif atau eksekutif, kita sadar bahwa tak hanya dituntut punya kapasitas, tapi juga kesiapan finansial dan jaringan yang kuat.
Nah, makanya di tulisan ini saya mau kasih alternatif pekerjaan yang sering dianggap nggak nyambung sama jurusan Ilmu Politik. Padahal pekerjaan-pekerjaan ini bakal cocok banget dilakoni oleh para alumni jurusan tersebut. Nggak perlu mendapat gelar “pengamat” atau duduk manis di lembaga riset. Bahkan dari bidang pekerjaan yang dianggap “sepele” ini kemampuan berpikir kritis sangat diuji. Mari kita bahas bareng sebelum keburu minder atau dicap salah gaul gara-gara nggak kerja di “jalur yang benar”.
#1 Lulusan jurusan Ilmu Politik cocok jadi pedagang
Menjadi pedagang mungkin terdengar jauh dari keilmuan lulusan Ilmu Politik yang biasanya terfokus pada analisis kebijakan, birokrasi, atau aktivitas politik formal. Namun jika mau menelisik lebih dalam, aktivitas berdagang sesungguhnya tidak bisa lepas dari konsep-konsep politik yang telah dipelajari pada bangku kuliah.
Dalam dunia dagang, terdapat interaksi sosial yang melibatkan negosiasi, strategi komunikasi, serta pemahaman terhadap kekuasaan dan pengaruh. Semua itu adalah aspek fundamental dalam ilmu politik. Jadi berdagang bukan sekadar jual beli barang, melainkan praktik politik mikro yang berlangsung di ruang publik.
Lebih lanjut, menjadi pedagang juga menuntut kemampuan adaptasi terhadap perubahan kondisi pasar dan regulasi yang mengatur kegiatan ekonomi. Hal ini selaras dengan pemahaman ilmu politik tentang dinamika kebijakan publik dan hubungan antara negara dan masyarakat.
Seorang pedagang yang sukses harus mampu membaca situasi, memanfaatkan jaringan sosial, dan memahami regulasi pemerintah yang memengaruhi usahanya. Dengan kata lain, mereka secara tidak langsung menerapkan teori-teori politik tentang kekuasaan, tata kelola, dan pengaruh dalam konteks ekonomi sehari-hari.
Terakhir, menjadi pedagang juga membuka ruang bagi lulusan jurusan Ilmu Politik untuk berperan dalam penguatan ekonomi rakyat dan pembangunan komunitas. Melalui usaha perdagangan yang dikelola dengan baik, mereka dapat menciptakan peluang kerja, memberdayakan masyarakat, dan bahkan berkontribusi pada stabilitas sosial-politik di tingkat lokal. Oleh karena itu, profesi ini bukan sekadar jalan keluar praktis, tapi juga implementasi nyata ilmu politik yang mempertemukan teori dengan aksi sosial-ekonomi di kehidupan nyata.
#2 Profesi marketing di segala bidang
Kalau kamu pikir marketing cuma soal jualan dan iklan doang, coba luruskan lagi pandangan tersebut. Padahal di balik semua itu, marketing sebenarnya jelmaan dari arena politik sesungguhnya—tentang gimana cara mempengaruhi orang, membangun citra, dan menyampaikan pesan yang pas. Jadi, lulusan jurusan Ilmu Politik sebenarnya punya bekal yang cukup oke buat masuk ke bidang ini. Soalnya kita sudah terbiasa menganalisis bagaimana kekuasaan dan opini publik terbentuk.
Dalam marketing, strategi itu penting banget. Mirip kayak kampanye politik, kamu harus tahu kapan waktu yang tepat buat ngomong, gimana cara bikin pesan yang nyantol di kepala orang, dan lewat saluran apa supaya pesannya sampai. Ini bukan cuma soal produk, tapi soal gimana cara menggerakkan pikiran dan perasaan orang—hal yang juga jadi fokus ilmu politik.
Lebih dari itu, lulusan jurusan Ilmu Politik bisa memanfaatkan pemahaman tentang dinamika sosial dan kultur masyarakat untuk bikin strategi marketing yang nggak sekadar jualan produk, tapi juga membangun hubungan yang kuat dan berkelanjutan dengan konsumen. Jadi, marketing bukan cuma soal uang dan angka, tapi juga soal bagaimana kita ikut membentuk tren dan bahkan sikap sosial yang punya dampak lebih luas.
#3 Lulusan jurusan Ilmu Politik bisa jadi customer service
Siapa bilang kerja jadi customer service cuma soal jawab telepon dan menghadapi keluhan pelanggan? Buat alumni jurusan Ilmu Politik, pekerjaan ini sebenarnya penuh tantangan politik mikro yang menarik. Kamu harus memahami cara menghadapi berbagai tipe orang, membaca situasi sosial, dan mengelola konflik dengan strategi cerdas. Mirip banget sama proses negosiasi dan diplomasi yang kita pelajari.
Dalam Ilmu Politik, kita belajar soal dinamika kekuasaan dan pengaruh dalam hubungan sosial. Nah, dengan menjadi customer service kamu bisa menghadapi “politik” di level paling dasar. Bagaimana mengelola ekspektasi, membangun kepercayaan, dan memengaruhi persepsi pelanggan. Ini bukan cuma soal sabar dan ramah, tapi juga memahami psikologi sosial dan komunikasi efektif yang bakal jadi bekal utama kita.
Selain itu, customer service juga mengajarkan kemampuan adaptasi dan penyelesaian masalah yang cepat. Dua hal ini penting dalam dunia politik yang penuh perubahan. Jadi jangan anggap remeh profesi ini. Justru lulusan jurusan Ilmu Politik bisa mengasah keterampilan interpersonal dan strategi sosial yang kelak berguna untuk karier di bidang lain. Bahkan yang lebih “high profile”.
#4 Freelancer writer bisa menyuarakan ide, kritik, dan analisis tajam soal politik dan sosial
Pekerjaan freelance writer sering dianggap cuma nulis-nulis biasa, kerjaan sampingan, atau bahkan “cuma hobi”. Padahal buat lulusan jurusan Ilmu Politik, menulis itu bukan sekadar menyusun kalimat rapi, tapi cara paling efektif untuk menyuarakan ide, kritik, dan analisis yang tajam soal politik dan sosial. Kita kan terbiasa mengulik isu, mengurai argumen, dan membedah kebijakan. Semua itu modal utama buat jadi penulis yang kredibel.
Freelance writer punya kebebasan buat pilih topik yang pengin digarap, dari isu lokal sampai global, dari politik praktis sampai teori sosial. Plus, kita bisa menyebarkan pemikiran ke berbagai platform: blog, majalah, media online, atau bahkan skrip podcast. Intinya, kita tetap jadi bagian dari arena perdebatan publik. Tapi medianya lebih fleksibel dan sering kali lebih ngeklik ke generasi muda.
Dan jangan lupa, kerjaan ini juga ngasah kemampuan riset, kritik, dan adaptasi cepat sama perkembangan politik terkini. Hal-hal ini sudah mendarah daging selama kita kuliah. Jadi, jangan anggap remeh freelance writer, ya. Karena di balik setiap artikel yang tajam dan menggigit, ada alumni jurusan Ilmu Politik yang diam-diam “mengatur permainan” opini publik lewat kata-kata.
#5 Menjadi stand-up comedian mungkin terdengar kurang ideal bagi alumni jurusan Ilmu Politik, tapi…
Menjadi stand-up comedian mungkin tidak terdengar seperti jalur karier ideal bagi lulusan Ilmu Politik. Namun jika dilihat lebih dalam, profesi ini justru sangat sarat dengan muatan politis. Stand-up comedy bukan sekadar hiburan, melainkan medium efektif untuk menyampaikan kritik sosial dan politik secara halus namun tetap tajam. Konsepnya mirip seperti yang kita pelajari di kampus—menganalisis kekuasaan, struktur sosial, dan kebijakan—tapi disampaikan lewat humor.
Komika yang memiliki latar belakang ilmu politik bisa mengolah isu-isu publik, keresahan sosial, bahkan absurditas birokrasi menjadi materi yang menggelitik sekaligus mencerdaskan. Humor dalam stand-up comedy memungkinkan pesan-pesan kritis sampai ke audiens tanpa menimbulkan resistensi berlebihan. Ini adalah bentuk komunikasi politik efektif, di mana narasi disampaikan dengan cara yang relatable dan menyentuh nalar publik.
Lebih jauh, stand-up comedy juga menuntut sensitivitas terhadap dinamika sosial dan kemampuan membaca reaksi audiens secara real time—kemampuan yang selaras dengan pemahaman politik dalam kehidupan sehari-hari. Jadi meskipun tampak tidak linearr, profesi ini sebenarnya membuka ruang baru bagi alumni jurusan Ilmu Politik untuk terlibat dalam wacana publik secara kreatif dan membumi.
Itulah lima pekerjaan yang sering dianggap kurang linear dengan jurusan Ilmu Politik, padahal sebenarnya sangat relevan dengan ilmu yang didapatkan di bangku kuliah. Jadi, jangan terlalu khawatir soal prospek kerja bagi alumni Ilpol di mana pun berada. Yakinlah, tidak ada jalan karier yang buntu, selama kamu mampu memanfaatkan keahlian dan wawasan dengan cara yang cerdas dan kreatif semaksimal mungkin. Lagi pula, dunia ini terlalu sumpek jika hanya dibatasi oleh stereotip perihal “pekerjaan harus linear dengan jurusan saat kuliah”.
Penulis: Dimas Junian Fadillah
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















