Perkara selera makanan memang selalu personal, tapi kalau makanan mahal rasanya nggak enak, jadinya overrated nggak sih?
Mari bersepakat kalau Gunungkidul adalah sebaik-baiknya tempat untuk memperkaya petualangan rasa lokal. Mau cari kuliner tradisional paling lembut sampai yang cukup ekstrem, tersedia di tanah kelahiran saya ini. Mulai dari tempe bacem, sayur lombok ijo, nasi tiwul, hingga belalang goreng, tumpah ruah di Bumi Handayani. Jelas dan terbukti.
Banyaknya kuliner enak bin lezat khas Gunungkidul, tampaknya bikin makanan ala-ala mancanegara cukup minder datang ke sini. Kalau kalian habis dari pantai dan pengin mencicipi Starbucks, Pizza Hut, apalagi Korean street food, urungkan niatmu dari sekarang deh, ya.
Sejauh mata memandang, saya belum pernah melihat atau menemukan warung yang menyediakan dirty chai latte di Bumi Handayani. Padahal, sesekali saya juga pengin menyantap menu Starbucks itu. Jadi, ya, kalau ada makanan ala-ala viral di media sosial, mau nggak mau saya langsung gas ke Kota Jogja untuk membuktikan cita rasanya.
Salah satu makanan viral yang bikin saya penasaran dan akhirnya tergoda untuk mencicipi adalah tteokbokki. Banyak orang bilang kalau kuliner asal Korea ini punya cita rasa enak dan mantap jiwa. Tapi, setelah saya nyobain sak lep tteokbokki, saya mengurungkan niat untuk menyantapnya lagi. Makanan ini gagal membuat lidah dan hati saya gembira, selain harganya mahal juga bikin eneg. Beneran.
Yah, barangkali begitulah hidup, kadang apa yang diinginkan nggak sesuai ekspektasi. Sama seperti makanan, ada banyak kuliner mahal yang dilebih-lebihkan padahal rasanya biasa-biasa saja. Saat ini, ada beberapa makanan mahal yang menurut saya overrated, di antaranya:
Sushi
Salah satu makananan mahal yang overrated adalah sushi. Dari dulu, peminat makanan ini nggak pernah surut. Padahal harganya nggak murah lho.
Sebagai manusia yang tinggal di pelosok desa, sebenarnya saya nggak menutup diri sama santapan luar negeri. Saya masih bisa menikmati makanan ala-ala, kayak hamburger dan pizza. Tapi, untuk sushi, saya heran betul kenapa ada orang yang melebih-lebihkan cita rasa makanan aneh ini, ya. Letak enaknya di mana sih, Gaes?
Terus terang saya pernah makan sushi sekali di salah satu resto di Jogja. Dan, itu bakal jadi pertemuan pertama dan terakhir saya sama sushi. Lha gimana, makan seuprit nasi dan sayuran mentah saja, saya harus merogoh kocek ratusan ribu, je. Mending kalau enak, lha ini dapat kenyang kagak malah eneg e, Ri.
Maksud saya begini, kalau cuma pengin makan nasi sama sayur mentah kan di rumah banyak. Tinggal ambil sesendok nasi di magic com di dapur, gulung sesuka hati, lalu masukkan bayam atau daun kelor. Beres. Perut kenyang dan terhindar dari bahaya laten tunggakan angsuran BRI gegara makan sushi. Asli.
Mentai rice
Belakangan nama mentai viral di media sosial lantaran lord investor Indonesia, Sandiaga Uno, ingin menghadirkan sushi salmon mentai di Jogja. Buat kalian yang belum tahu, mentai adalah saus yang terbuat dari ikan pullock dengan campuran mayonnaise. Udah itu aja.
Biasanya, saus ini dikombinasikan dengan beberapa menu makanan, kayak dimsum, nasi, salmon, udang, dan lainnya. Sialnya, saya juga pernah nyicipi saus ini, tepatnya mentai campur nasi atau istilah kawula edgy disebut mentai rice. Sekali santap, cuma rasa asin doang yang nempel di lidah. Makanan mahal rasanya cuman kek gini?
Harga mentai pun bervariasi tergantung bahan campurannya. Kalau saya pribadi, dulu harus mengeluarkan kocek Rp35 ribu, hanya untuk mendapatkan sensasi rasa asin dan asam doang. Jelas dengan rasa yang nggak seberapa, buat saya, mentai menjadi makanan mahal yang overrated. No debat!
Seblak kerupuk
Makanan mahal yang overrated selanjutnya adalah seblak kerupuk. Nggak tau kenapa banyak orang, terutama kawula cewek, yang doyan dan menghamba sama makanan pedas ini. Padahal, menurut saya, seblak tak lebih cuma sekedar kerupuk dibasahi air doang. Nggak lebih dari itu. Tenan wis.
Saat menyantap seblak dalam kondisi dingin, cuma dapet rasa kerupuk klemar-klemer bau anyir dan ceker ayam yang bikin eneg. Udah gitu, seblak juga benar-benar nyiksa perut. Habis ngganyang mi dengan campuran kerupuk serta ceker ini, saya pernah bolak-balik ke kamar mandi lebih dari dua kali sehari karena perpaduan pedasnya yang nggak ramah pencernaan.
Sementara, untuk seporsi seblak kerupuk umumnya dibandrol dengan harga mulai 25 ribu sampai 30 ribu. Buat saya pribadi, ini tentu cukup mahal untuk ukuran makanan pedas full MSG yang memicu kebakaran di lidah dan usus ini.
Matcha
Semua jenis makanan yang mengandung unsur matcha, entah kenapa selalu mahal dan overrated. Buat yang belum tahu, matcha adalah bubuk teh hijau yang biasa dijadikan minuman hangat atau sekedar topping makanan. Dari sekian banyak kuliner yang terbuat dari matcha, barangkali matcha dalgona yang paling overrated.
Entah kenapa, saya merasakan betul cita rasa aneh pada makanan tersebut. Rasanya pahit dan didominasi cita rasa rumput kolonjono. Mending kalau murah jadi nggak nyesel, lha saya waktu itu beli harganya 40 ribuan, je. Ya memang ada matcha yang murah, tapi, kalau udah dikasih embel-embel matcha, biasane njuk ra nggenah kae lho, ya rasa ya harga.
Tteokbokki
Seperti yang sudah saya tulis di awal bahwa tteokbokki adalah makanan mahal yang overrated. Persis namanya, rasa tteokbokki di lidah juga sulit bin rumit. Iya, streetfood asal Negeri Ginseng yang terbuat dari kue beras, ini memiliki cita rasa manis, gurih, dan sedikit pedas. Tekstur tokiboki, eh tteokbokki, sendiri kenyal-kenyal kayak cilok sensasi internasional.
Saat lagi dan lagi, pernah nyoba makanan jalanan ini. Kesan pertama yang saya dapatkan adalah campur sari. Buat saya pribadi, yang punya lidah Gunungkidulan ini, sama sekali nggak cocok menikmati perpaduan rasa nano-nano, seperti rice cake, selembar mi telur, ikan asin, dan biji wijen. Jadi, ya, cukup heran banyak orang mengelu-elukan makanan yang dibanderol Rp23 ribuan per porsi ini. Mahal dan biasa saja.
Karakter rasa makanan Korea emang rata-rata kayak gitu, sih: mahal dan overrated. Entah karena lidah saya yang cenderung kurang universal atau memang cuma mengejar tampilan. Hanya Tuhan yang tahu. Begitu.
Itulah beberapa makanan mahal overrated yang saat ini jadi primadona kawula muda Nusantara. Lidah orang memang beda-beda. Tapi kalau ada orang yang doyan dan mendewa-dewakan makanan di atas, aneh sih.
Penulis: Jevi Adhi Nugraha
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGAÂ Fenomena Ciki Ngebul: Mengapa Makanan Berpenampilan Eksotis Selalu Diminati?