Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

5 Macam Duka Menjadi Editor di Media

Riyanto oleh Riyanto
3 Juli 2020
A A
suka duka menjadi editor di media keluhan mojok.co

suka duka menjadi editor di media keluhan mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa bulan ini saya nyambi bekerja sebagai editor di sebuah media online. Meski jumlah pengirim artikelnya belum sebanyak Terminal Mojok, saya bisa merasakan kepala saya berdenyut-denyut nyeri karena berbagai hal. Iya, menulis itu bukan perkara mudah, pun mencari tema-tema yang keren itu juga susah. Sudah berat nyari tema, mengeksekusinya jadi tulisan lebih berat lagi.

Kebetulan media tempat saya nyambi bekerja bukanlah media yang harus menggunakan tata bahasa baku dan bahkan cenderung slengean. Jadi ya sebenarnya saya nggak terlalu mempermasalahkan penggunaan kata nggak baku asal dengan tujuan untuk “lucu-lucuan”. Artinya si penulis sebenarnya tau kalo bahasa bakunya itu seperti apa, tapi memilih menggunakan bahasa yang nggak baku. Ya itu tadi, kayak “tahu” diubah menjadi “tau” dan semacamnya.

Nah, berikut adalah daftar keluhan saya selama menyeleksi sekaligus mengedit tulisan-tulisan yang masuk ke email redaksi.

Duka menjadi editor di media #1 Penulisan di, ke, dan dari

Ini kok ya klise tapi keterlaluan level dewa. Ada saja yang masih bingung nggunain “di” yang dipisah dan “di” yang digabung. Asli, bukannya saya mengidap OCD terhadap hal ini, tapi risih banget kalo ada yang nulis “dimana” atau “kemana” atau “di mainkan” atau “di suapin” bla bla bla. Kayaknya ini pelajaran SMA deh. Apa malah SMP ya? Apa malah SD? Pokoknya pelajaran dasar deh.

Saya nggak terlalu memusingkan typo ya—asal dalam tahap wajar sih—karena biasanya jari emang sering iseng kepeleset mau nulis apa dan jadinya malah apa. Entah kenapa saya lebih memaklumi typo dibandingkan dengan salah penempatan “di”, “ke”, dan “dari”. Perlu diketahui saja bahwa penggunaan “di”, “ke”, dan “dari” hanya dipisah apabila menunjukkan kata tempat atau waktu.

Saya tidak mengatakan bahwa saya adalah pengguna bahasa Indonesia paling benar di semesta ini, tapi setidaknya ya sedikit ngerti dan peduli sama hal-hal kayak gini. Bahkan saking sedikitnya saya ngerti tentang penggunaan bahasa Indonesia, baru beberapa bulan lalu saya ngerti kalo istilah EYD sudah nggak digunakan lagi.

Duka menjadi editor di media #2 Tema bagus, tulisan berantakan vs tulisan bagus, tema berantakan

Tiada yang lebih dilematis antara memilih tulisan yang temanya bagus tapi dieksekusi berantakan atau tulisan bagus tapi temanya biasa aja. Sungguh, tidak bisakah dua kubu ini menjadi satu saja? Biar gampang nentuinnya gitu. Kan kalo tema bagus dan tulisan bagus, sudah auto lolos seleksi dan tayang. Lah, tema bagus kalo tulisan berantakan kan ngeselin banget. Mau ditolak, kok tema bagus. Mau dilolosin, kok ngeditnya berasa ngetik ulang.

Sementara itu ada juga yang tulisannya uwwwuuu bagus banget, tapi temanya biasa aja. Kan sayang gitu, udah tulisannya bagus, eh yang dibahas biasa aja. Mau ditolak, tulisannya bagus. Mau diterima, topiknya biasa aja. Asli, bikin dilema.

Baca Juga:

Kenapa Mahasiswa Jurusan Sastra Justru Jarang Jadi Penulis?

5 Tips supaya Tulisan Kalian Bisa Tembus Terminal Mojok

Kalau kebetulan saya punya waktu selo yang lumayan banyak, biasanya saya bakal ngalah buat ngedit yang tema bagus tulisan berantakan. Bukan ngedit sih, lebih ke nulis ulang. Jadi ya saya baca sambil memahami maknanya, lalu saya tulis lagi tanpa mengubah esensi dari tulisan itu. Atau kalo lagi males ya saya diemin dulu dan nunggu males saya ilang kalo mau ngedit, atau saya lupakan kalo ternyata ada tulisan yang rapi dan dengan tema yang uwwwu.

Duka menjadi editor di media #3 Banyak tulisan yang salah tema

Asli, hanya karena media tempat saya nyambi kerja menerima tulisan dengan tema besar “Keresahan Manusia Modern” bukan berarti segala bentuk keresahan diterima sih. Buanyak banget yang salah tema dan ngirim pengalaman pribadi yang lebih kayak tulisan di buku diari.

Iya, pengalaman seseorang biasanya lucu-lucu dan bagus kalo ditayangin di media. Tetapi nggak semua pengalaman yang kalian anggap lucu itu bisa lucu juga kalo dibagiin ke media. Menurut penelitian, pengalaman pribadi seseorang sungguh luar biasa, sampai kemudian menjadi membosankan saat didengar oleh orang lain. Nah, makanya kalo ada yang bisa menuliskan pengalaman pribadinya dan bisa tetep heboh saat dibaca orang lain, sungguhlah luar biasa orang tersebut.

Satu lagi, banyak juga yang ngirim cerpen. Ya ampun, perasaan udah ditulis di ketentuan kalo yang diterima itu artikel dengan tema “Keresahan Manusia Modern”. Ngapa malah ngirim cerpen cinta-cintaan? Masih mending, ada yang ngirim puisi. Ini emang nggak mudeng atau pengin ngerjain editornya sih? Tolonglah, budayakan membaca baik-baik dan memahami ketentuan terhadap segala sesuatu, agar nggak salah sasaran, atau dalam kasus ini, nggak bikin saya jengkel.

Duka menjadi editor di media #4 Naskah masuk banyak, intronya gitu-gitu aja.

Pas buka email dan liat banyak yang ngirim tulisan, rasanya ada harapan bahwa hari itu akan banyak artikel bagus yang tayang. Mulailah saya baca satu per satu artikel yang masuk. Dan bedebah, rata-rata menuliskan “Pada masa pandemi seperti ini…” atau “Selama wabah Covid-19…” atau “Memasuki masa-masa pandemi dan kita harus di rumah aja…” atau… ah pokoknya pembuka-pembuka model gitu deh, asli bikin mual. Udah buanyaaak banget tulisan yang mengawali atau melibatkan wabah, Covid-19, pandemi, kerja dari rumah, di rumah aja, bla bla bla.

Maksudnya, nggak ada intro lain yang menarik, apa? Misal diawali dengan pembahasan efektivitas balon angin WAWAWA terhadap peningkatan konversi penjualan cat, gitu? Atau bahas invasi alien sekalian. Atau bahas partikel akselerator. Atau bahas konsep reaktor nuklir. Atau serah apa aja asal jangan yang berbau-bau pandemi. Asli, mual-mual yang baca.

Duka menjadi editor di media #5 Artikel ditulis pake Microsoft Word versi lebih tinggi

Ini sebenernya salah saya sendiri sih, nggak upgrade Microsoft Word ke versi atas. Saya masih pake versi 2007 karena bukannya nggak ngikutin perkembangan, tapi versi ini yang paling ringkes dan nggak neko-neko. Ya risikonya itu tadi, kalo ada yang ngirim pake versi di atas 2007, spasinya bakal ambyar. Paragrafnya bakal amburadul. Kemudian saya kudu buka dokumennya pake Google Docs. Ya gimana ya, mau misuh-misuh, kok ya salah saya sendiri. Makanya, saat saya dapet dokumen yang spasinya nggak berantakan, level kebahagiaan yang saya rasakan lebih dahsyat daripada sekedar menang giveaway.

BACA JUGA Tipe Komentator Tulisan di Terminal Mojok dan Cara Penulis Menanggapinya dan tulisan Riyanto lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 3 Juli 2020 oleh

Tags: editorPenulis
Riyanto

Riyanto

Juru ketik di beberapa media. Orang yang susah tidur.

ArtikelTerkait

Emang Penulis Terminal Mojok Ada yang Punya Privilege, ya?

Emang Penulis Terminal Mojok Ada yang Punya Privilese, ya?

18 Maret 2020
Begini Rasanya Jadi Editor Naskah terminal mojok

Gini Amat Rasanya Jadi Editor Naskah

26 September 2021

Tulisan Makin Ngaco, Aplikasi Wattpad Butuh Editor Kebahasaan

2 Juni 2021
menulis

Sudah Lama Tidak Menulis, Ketika Menulis Tidak Lama

30 Juli 2019
karya fiksi UT kuliah ekonomi kuliah sastra kuliah online mahasiswa s-1 dan s-2 Sebagai Penulis, Saya Sering Disangka Romantis dan Bisa Menjadi Sekretaris kuliah online

Sebagai Penulis, Saya Sering Disangka Romantis

20 Mei 2020
artikel ramalan zodiak dibikin dengan cara mengarang bebas mojok.co

Jangan Kaget, Artikel Ramalan Zodiak Emang Sering Ditulis sambil Ngarang Bebas kok

26 Agustus 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Tidak Ada Skripsi hingga Jarang Ketemu Dosen, Hal-hal yang Lumrah di Universitas Terbuka, tapi Nggak Wajar di Kampus Lain Mojok.co

Kuliah di Universitas Terbuka Mengajarkan Saya Fleksibel Tidak Berarti Mudah, tapi Akhirnya Saya Bisa Berdamai

9 Desember 2025
Saya Hidup Cukup Lama hingga Bisa Melihat Wonosobo yang Daerah Pegunungan Itu Kebanjiran Mojok.co

Saya Hidup Cukup Lama hingga Bisa Melihat Wonosobo yang Daerah Pegunungan Itu Kebanjiran

12 Desember 2025
4 Kasta Tertinggi Varian Rasa Brownies Amanda yang Nggak Bikin Kecewa Mojok.co

4 Kasta Tertinggi Varian Rasa Brownies Amanda yang Nggak Bikin Kecewa

11 Desember 2025
5 Penderitaan Abadi yang Dirasakan Penghuni Rumah di Pinggir Jalan: Jadi Sasaran Kejahatan dan Kena Polusi Suara Tanpa Henti! rumah pinggir jalan raya

Suka Duka Tinggal di Rumah Pinggir Jalan Raya Utama: Buka Usaha Mudah, tapi Susah untuk Hidup Tenang

9 Desember 2025
Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

15 Desember 2025
Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah
  • Borobudur Moon Hadirkan Indonesia Keroncong Festival 2025, Rayakan Serenade Nusantara di Candi Borobudur
  • Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua
  • Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban
  • Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri
  • Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.