Mengunjungi suatu tempat biasanya jadi satu paket lengkap dengan wisata kuliner. Tak terkecuali ketika mampir ke Semarang. Meski sering dicerca soal hawa panas dan langganan banjir, Semarang punya segudang kekayaan kuliner yang patut diadu. Dari makanan berat hingga jajanan ala jalanan, semua ada di sini.
Dikenal sebagai pusat perdagangan dan pemerintahan, variasi hidangan di Semarang banyak dipengaruhi oleh sejumlah kultur. Bahkan beberapa sajian yang dikira khas Semarang, sejatinya berasal dari sederet kota kecil lain yang mengitari. Sayangnya, pilihan yang melimpah ruah ini tak menjamin semuanya sesuai selera wisatawan yang menyambangi kota berlambang Lawang Sewu tersebut.
Daftar Isi
- #1 Meski sangat populer, tidak semua orang menyukai lumpia isi rebung
- #2 Perlu berjuang untuk menelan roti ganjel rel, kuliner Semarang yang terinspirasi dari jajanan Belanda
- #3 Warna hitam dalam tahu petis membuat pembeli geli mencicipi
- #4 Mengigit tahu pong serasa kena prank bagi mereka yang nggak paham
- #5 Tahu gimbal, kuliner Semarang yang jadi musuh besar buat penganut sekte bubur nggak diaduk
#1 Meski sangat populer, tidak semua orang menyukai lumpia isi rebung
Bicara panganan asli Semarang, lumpia juaranya. Buah tangan nomor satu di kota tersebut banyak diperdagangkan di sepanjang trotoar hingga toko oleh-oleh besar. Harganya pun bervariasi. Ada yang dipatok kurang dari sepuluh ribu, sampai belasan ribu rupiah per biji. Tak heran, makanan satu ini dianggap cukup mewah sebagai sebuah antaran.
Selain seafood, ayam, dan sayuran, isian lumpia paling terkenal adalah rebung. Isian yang diolah dari tunas bambu muda tersebut terkadang menimbulkan aroma tidak sedap. Mereka yang sensitif sering menyamakannya dengan bau pesing. Alasan ini yang menyebabkan sebagian wisatawan enggan melahap lumpia, terlebih jika tidak digoreng atau dikenal sebagai lumpia basah.
#2 Perlu berjuang untuk menelan roti ganjel rel, kuliner Semarang yang terinspirasi dari jajanan Belanda
Tak banyak orang tahu, Semarang punya kuliner khas yang bernilai budaya tinggi. Konon, kudapan yang disebut pula roti gambang ini terinspirasi dari jajanan asal Belanda bernama ontbijtkoek. Saking ingin mencecap kelezatannya, masyarakat saat itu berusaha menirunya dengan disesuaikan bahan yang tersedia di tanah nusantara.
Kini, meski eksistensi roti ganjel rel makin terkikis, beberapa toko masih setia menjualnya. Walau judulnya roti, tekstur panganan ini jauh dari kesan ringan dan berpori. Malahan, roti ganjel rel terbilang padat dan berat. Oleh sebab itu, sebagian wisatawan menganggap makanan ini sulit dikunyah dan terlalu mengenyangkan untuk ukuran sepotong roti.
#3 Warna hitam dalam tahu petis membuat pembeli geli mencicipi
Siapa yang tak suka gorengan? Apalagi jika masih hangat dan renyah. Namun, sepertinya tahu petis tidak dibuat untuk semua penggemar gorengan. Pasalnya, camilan yang terbuat dari tahu putih dengan sisipan saus petis di dalamnya tersebut menguarkan aroma khas yang mungkin terasa tajam.
Wajar, petis Semarang biasanya dihasilkan dari udang yang direduksi hingga membentuk pasta kental. Sensasi menyegat sewaktu menggigit kuliner Semarang satu ini bisa jadi menusuk hidung. Ditambah lagi, warna cokelat kehitaman dari petis terkadang membuat orang sedikit geli mencicip.
#4 Mengigit tahu pong serasa kena prank bagi mereka yang nggak paham
Tak hanya tahu petis, Semarang juga punya street food gorengan lain bernama tahu pong. Berbeda dari tahu petis yang berisikan saus kental, tahu pong dijual tanpa isi apa pun alias kosong melompong. Oleh karena itu, jajanan ini disebut tahu pong.
Sialnya, wisatawan kadang merasa dikerjai lantaran tahu yang mereka beli seolah hanya menjual kulit. Paling banter, disajikan bersamaan cabai rawit. Beruntung, saat ini sudah banyak penggiat kuliner di Semarang yang berkreasi menghadirkan variasi tahu pong ke dalam berbagai santapan. Misalnya saja, menu tahu gejrot yang mengombinasikan tahu pong dengan kuah asam manis dan sayuran.
#5 Tahu gimbal, kuliner Semarang yang jadi musuh besar buat penganut sekte bubur nggak diaduk
Penyembah aliran bubur tidak diaduk sebaiknya menghindari memesan hidangan tahu gimbal manakala menyambangi Semarang. Sebab, tidak seperti bubur, menikmati sepiring tahu gimbal wajib mencampur seluruh bagian yang tersaji. Seporsi tahu gimbal terdiri dari potongan tahu goreng, gimbal (bakwan udang), kol, lontong, dan telur yang kemudian disiram saus kacang.
Jelas, tidak mungkin menyantap tahu gimbal tanpa mengaduknya. Sensasi cita rasa unik yang gurih dan segar tidak akan tercipta bila nekat memakan setiap elemennya secara terpisah. Makanya, wisatawan aliran makan bubur tak diaduk garis keras harap berpikir ulang sebelum mental kalian diuji kala menikmati kuliner Semarang yang istimewa ini.
Tidak cocok dengan kuliner di kota kita bertandang adalah lumrah. Hal ini tak lebih dari preferensi dan kebiasaan. Yang terpenting adalah tidak menghujat suatu makanan khas daerah tertentu apabila terasa asing demi alasan saling menghargai.
Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Kuliner Enak yang Sulit Ditemukan di Semarang.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.