Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Serial

5 Karakteristik Masyarakat Desa dalam Drakor Our Blues

Noor Annisa Falachul Firdausi oleh Noor Annisa Falachul Firdausi
29 Mei 2022
A A
5 Karakteristik Masyarakat Desa dalam Drakor Our Blues Terminal Mojok

5 Karakteristik Masyarakat Desa dalam Drakor Our Blues (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Jadi pengin tinggal di desa yang kayak di drama Our Blues nggak?

Jika diperhatikan, drama Korea cenderung lebih banyak mengambil latar perkotaan. Kehidupan masyarakat ibu kota yang mengerjakan segala sesuatu atas asas ppalli-ppalli atau cepat-cepat sudah cukup lumrah kita saksikan. Kadang kala kita sebagai penonton ikut merasa letih hanya dengan memperhatikan mereka berkomutasi, bekerja, dan bergabung dalam kegiatan sosial dari pagi sampai malam.

Drakor yang menghadirkan nuansa pedesaan yang asri dengan masyarakat anti-buru-buru bisa dikatakan hanya sedikit jumlahnya. Di tahun 2021 lalu ada Hometown Cha-cha-cha yang membawa kita ke tengah-tengah masyarakat pinggir laut di Gongjin. Senang sekali di tahun 2022 ini ada lagi drakor serupa berjudul Our Blues yang kebetulan juga memperlihatkan bagaimana masyarakat pesisir hidup dan bersosialisasi.

Kalau kamu menonton kedua drama tadi, kamu akan merasakan perbedaan yang sangat kentara antara kota dan desa. Tak hanya terlihat secara kasat mata lewat tata kota, gedung-gedung pencakar langit, atau kemacetan yang acap ditemukan saat jam berangkat dan pulang kerja. Masyarakat kota dan desa juga punya karakteristiknya masing-masing. Mari kita telusuri karakteristik masyarakat desa di drama Our Blues bersama-sama.

#1 Masyarakatnya bersifat homogen

Drama Our Blues menceritakan kisah para penduduk yang berlokasi di Pulau Jeju. Pulau Jeju yang sangat jauh dari ingar-bingar Seoul memiliki masyarakat yang masih homogen. Homogenitas ini tampak dari identitas, budaya, gaya hidup, hingga nilai yang dipegang oleh para anggota masyarakatnya masih serupa.

Para wanita penyelam di Jeju yang disebut haenyeo (Shanae Ennis Melhado/Shutterstock.com)

Di sini, kamu akan menyaksikan para masyarakatnya yang masih menggunakan bahasa daerah yang sama, yakni dialek Jeju. Sebagian besar penduduknya pun masih bekerja di bidang yang masih ada kaitannya dengan laut, entah itu menjadi haenyeo, nahkoda, nelayan, hingga industri-industri lain yang mendukung.

#2 Gaya hidup bersahaja

Imajinasi masyarakat kota terhadap masyarakat desa sering kali melenceng. Salah satu distorsi yang kerap ditemukan adalah adanya anggapan bahwa masyarakat desa identik dengan kemiskinan. Sebenarnya, kemiskinan bisa kita temukan di mana saja, bahkan di ibu kota sekalipun.

Our Blues ini justru menunjukkan bahwa masyarakat desa cenderung memiliki gaya hidup yang bersahaja. Bintang utama dari kehidupan yang sederhana ini adalah Jung Eun Hui (Lee Jung Eun). Dulunya ia memang hidup kekurangan, hingga membayar ongkos naik bus ke sekolah saja nggak mampu.

Baca Juga:

Mahasiswa KKN: Berlagak Pahlawan, padahal Cuma Beban. Pahlawan Sebenarnya ya Masyarakat Desa!

Membayangkan Hidup di 4 Desa Paling Populer dalam Drama Korea, Paling Enak Tinggal di Mana?

Tapi, kini Eun Hui benar-benar hidup dikelilingi kekayaan. Apa pun bisa ia beli. Namun, Eun Hui nggak lantas boros dengan membelanjakan semua uangnya hingga lupa diri. Ia justru menyimpan dan menginvestasikan uangnya dengan baik. Ia punya tabungan deposito dalam jumlah besar di bank dan namanya tercatat sebagai pemilik gedung di hampir seluruh Seogwipo dan Pureung. Siapa pun nggak akan menyangka bahwa Eun Hui sekaya itu berkat gaya hidup sederhananya. Oh ya, walaupun sukses dan kaya raya, Eun Hui nggak lantas dapat gelar Crazy Rich Jeju terus pamer beli Tesla malam-malam, sih.

#3 Sangat akrab

Bisa dikatakan bahwa masyarakat desa memiliki karakteristik khas yang hampir nggak dipunyai oleh masyarakat kota, yakni dari segi guyub atau keakrabannya. Masyarakat desa cenderung kenal satu sama lain luar dalam. Mungkin kalau ada ujian mendeskripsikan tetangga, masyarakat desa akan unggul dibandingkan masyarakat kota.

Masyarakat desa hidup guyub (Stock For You/Shutterstock.com)

Hampir semua orang di Seogwipo tahu siapa cinta pertama Eun Hui, anak perempuan tetangga yang masih balita sudah bisa apa, hingga konflik ibu-anak antara Lee Dong Seok (Lee Byung Hun) dan Kang Ok Dong (Kim Hye Ja). Mereka bisa mengetahui ini dan itu karena kepedulian. Yah, walaupun kadang terlalu peduli juga bisa bikin orang lain merasa risih, sebagaimana yang dialami oleh Lee Yeong Ok (Han Ji Min) karena tetangga-tetangga kepo soal keluarganya.

#4 Menetapkan sanksi represif

Menjadi anggota suatu masyarakat sama halnya menjadi member suatu tempat belanja, alias kita harus tunduk atas semua peraturan, berhak atas reward, dan siap untuk menerima punishment jika melanggar kesepakatan. Masyarakat desa cenderung menjunjung tinggi nilai moral dan hukuman yang ditetapkan bersifat represif. Jika di kota semua masalah cenderung diselesaikan dengan dibawa ke ranah hukum, agak berbeda dengan yang berlangsung di desa.

Ketika seorang anggota masyarakat menyalahi aturan, nilai, atau norma, hukuman yang diberikan bersifat menekan. Misalnya saja ketika Bang Yeong Ju (Roh Yoon Seo) dan Jung Hyeon (Bae Hyun Sung) ketahuan berbuat zina hingga memiliki anak di luar pernikahan yang sah, teman-teman dan para guru mencemooh mereka. Begitu juga ketika mereka pagi-pagi berciuman di depan rumah, tetangga mereka, Kim Myeong Bo (Kim Kwang Kyu), langsung menegur.

Sanksi represif ini bertujuan agar pelanggar aturan merasa jera, berupaya menebus kesalahan, dan berusaha agar tak mengulanginya lagi di masa depan. Sebab, dipermalukan di depan publik jauh lebih kuat efek jeranya dibandingkan hukuman formal. Eh, tapi kalau urat malunya sudah putus mungkin kurang berpengaruh, ding.

#5 Altruistik

Masyarakat desa juga cenderung secara sukarela menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Tindakan itu mereka lakukan juga dengan mengatasnamakan kepentingan bersama. Sifat altruistik masyarakat desa ini kerap diperlihatkan dalam Our Blues. Misalnya ketika Lee Dong Seok membantu membetulkan listrik milik warga pulau serta Jung In Kwon (Park Ji Hwan) dan Bang Ho Sik (Choi Young Joon) yang membenahi atap rumah Bu Ok Dong dan Bu Chun Hui (Ko Du Shim) yang bocor.

Sukarela menolong orang lain (Shutterstock.com)

Berkaitan dengan pekerjaan pun para masyarakat ini sering saling bahu membahu tanpa menuntut bagi hasil atas upah yang didapat. Ketika kios Bu Ok Dong dan Bu Chun Hui ramai, Byeol I (Lee So Byeol) akan membantu melayani pembeli. Sempat diceritakan pula bahwa Bu Ok Dong dan Bu Chun Hui sering membantu merawat Yeong Ju saat dia masih kecil. Semuanya dilakukan secara sukarela tanpa ada pemikiran materialistis.

Itulah dia lima karakteristik masyarakat desa yang direpresentasikan melalui interaksi masyarakat Jeju di Our Blues. Kamu yang masih tinggal di desa juga merasakan hal yang sama nggak?

Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 10 Drama Korea yang Menyajikan Cerita Realistis.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 29 Mei 2022 oleh

Tags: masyarakat desaOur Blues
Noor Annisa Falachul Firdausi

Noor Annisa Falachul Firdausi

Alumnus UGM asal Yogyakarta yang lagi belajar S2 Sosiologi di Turki

ArtikelTerkait

Alasan Masyarakat Desa Nggak Bangun Pagar Rumah Meskipun Sering Kemalingan terminal mojok.co

Alasan Masyarakat Desa Nggak Bangun Pagar Rumah Meskipun Sering Kemalingan

7 September 2021
5 Drama Korea Omnibus Kayak Our Blues Terminal Mojok

Rekomendasi 5 Drama Korea Omnibus Kayak Our Blues

10 Juni 2022
Betapa Miripnya Karakter dalam Drakor Our Blues dengan Warga Bantul Terminal Mojok

Betapa Miripnya para Karakter dalam Drakor Our Blues dengan Warga Bantul

2 Juni 2022
Memahami Alasan Mengapa Mancing Menjadi Primadona Masyarakat Rural terminal mojok

Memahami Alasan Mengapa Mancing Jadi Primadona Masyarakat Rural

27 Mei 2021
5 Drama Korea yang Wajib Ditonton Minimal Sekali Seumur Hidup Terminal Mojok

5 Drama Korea yang Wajib Ditonton Minimal Sekali Seumur Hidup

4 Juli 2022
Haenyeo, para Penyelam Wanita Tangguh dari Pulau Jeju yang Muncul dalam Drakor Our Blues Terminal Mojok

Haenyeo, para Penyelam Wanita Tangguh dari Pulau Jeju yang Muncul dalam Drakor Our Blues

31 Mei 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba! (Pixabay)

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba!

18 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis
  • Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya
  • Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi
  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.