Kembali lagi di Jalanan Jogja. Tempat banyak hati berbunga dan patah. Tempat asa ribuan mahasiswa menyatu dengan kebutan karyawan bergaji humble. Tempat kendaraan plat luar saling sikut dan jadi cibiran di ICJ.
Tidak ada habisnya membahas jalanan Jogja. Ternyata, masih banyak jalan raya di Jogja yang nggatheli. Ia nggatheli tidak hanya macet karena wisatawan, tapi memang jalannya kepalang rusak.
Saking rusaknya, salah satu kawan dari Medan pernah nyeletuk, “Kok jalan di Jogja kayak gini? Kan kota besar.” Niat hati saya mau marah dan tanya, “KTP mana, Bos?” Tapi, dia memang benar. Jalanan Jogja terlalu asudahlah untuk selayaknya daerah wisata, budaya, dan pendidikan. Meski, masih oke lah sebagai jalan sebuah daerah dengan UMR paling rendah dan kaya akan ketimpangan.
Sebenarnya tidak perlu memilih 5 besar. Toh, semua jalan raya di Jogja memang penuh lubang dan kenangan, eh, genangan. Tapi tentu ada 5 besar jalan raya yang kelewatan nggatheli sampai seperti sedang offroad. Bayangkan, offroad di tengah kota yang masih demen monarki. Kurang romantis apa coba?
Lalu jalan yang pantas dicacat dalam daftar ini seperti apa? Pertama, harus jalan raya. Karena kalau saya masukkan jalan desa atau kampung, jelas juaranya mereka. Kedua, selain rusak, beberapa jalan raya saya cantumkan karena obstacle yang lain. Misal macet atau berliku. Tapi rusak tetap yang utama.
#1 Jalan Kaliurang
Jalan Kaliurang saya sebut sebagai jalan paling nggatheli. Bayangkan, jalan yang ramainya bersaing dengan jalur puncak ini rusaknya nauzubillah. Tidak hanya rusak, tapi jalan ini penuh penyempitan karena rencana pembangunan yang embuh.
Tidak hanya lubang yang cukup dalam, hampir sepanjang ruas jalan ini penuh tambalan yang menambah obstacle. Salah-salah, Anda bisa tergelincir atau pecah ban. Macetnya jalur penghubung kota dengan destinasi wisata Kaliurang, makin sulit untuk menghindari lubang jalan ini.
#2 Ringroad jalur lambat arah Kentungan-Monjali
Saya harus spesifik perkara jalan ini. Memang, jalur lambat Ringroad bertabur lubang jalan. Tapi untuk ruas jalan ini, rusaknya memang menyebalkan. Bahkan bukan karena tidak dirawat, tapi obstacle yang ada memang disengaja. Sepanjang jalan ini bertabur lubang drainase yang tidak rata dan tidak manusiawi.
Lantaran obstacle yang minim perencanaan ini, banyak motor memilih masuk jalur cepat. Bukan karena ingin ngebut, tapi menjaga kesehatan tulang punggung dan shock absorber motor. Akibatnya, jalan ini jadi rawan kecelakaan. Seolah-olah pilihan yang kita miliki hanyalah: melewati jalur yang berpotensi menggugurkan kandungan atau bersaing dengan bus antar provinsi.
#3 Jalan Kabupaten
Namanya sih, Jalan Kabupaten. Realitanya tidak jauh beda dengan jalan kampung yang dikeraskan secara swadaya. Jalan yang terkenal karena banyak salon tapi tidak punya kelengkapan salon ini bertabur lubang dan tambalan jalan. Selain itu, lebar Jalan Kabupaten terlalu mepet bahkan untuk dua mobil berpapasan.
Selain obstacle di atas, penerangan Jalan Kabupaten di waktu malam terlalu humble. Sekali lagi, padahal punya nama Jalan Kabupaten. Tapi, ia tidak mencerminkan jalan yang dirawat dan dijaga kabupatennya. Ya, bagaimana lagi, mungkin kabupatennya juga tidak sekaya kabupaten lain. UMR-nya humble, jalannya jadi ikutan humble.
#4 Jalan Godean
Jalan yang jadi jalur alternatif DIY-Jateng ini memang tidak siap dengan fungsinya. Selain lebar jalan yang minimalis, lubang dan tambalan di Jalan Godean terlampau rata. Mungkin Anda bisa menemukan 1 kilometer jalan rata sebelum bertemu jalan rusak lagi. Tapi bukan berarti obstacle berhenti di situ.
Sudah sempit, Jalan Godean juga bertabur truk besar dan mobil travel. Jadi, Anda sebaiknya kalem saja tanpa harus zigzag. Salah-salah, Anda akan masuk lubang atau diserempet kendaraan dari arus berlawanan.
Tapi ada satu obstacle khusus, terutama bagi warga Godean yang sekolah atau kerja di Kota Jogja. Obstacle itu adalah: berangkat silau pulang silau. Mereka berangkat menuju arah timur saat matahari baru saja terbit, dan pulang ke arah matahari terbenam.
#5 Jalan UGM
Tidak ada spesifikasi khusus. Pokoknya jalan di sekitar UGM adalah Squid Game bagi pelintas (dan penyintas). Sebagai ketua dari Komunitas Pecinta Paving Block, jalanan di sekitar UGM tidak pernah rata. Belum lagi ditambah cekungan, lubang, dan polisi tidur berpangkat perwira tinggi.
Bahkan ruas Jalan Persatuan yang notabene aspal tetap tidak sempurna. Memang, hanya sedikit lubang jalan. Tapi pita kejut alias polisi tidur mini berjejer di sana bisa merusak kendaraan. Terlampau tinggi dan meruncing. Bahkan saya pernah pecah ban gara-gara jalan ra kalap itu!
Sumber Gambar: Unsplash
Editor: Audian Laili
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.